Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Kayutangan Malang: Cantik, Romantis, tapi Lampunya Bikin Sesak Kayak Lagi Sikut-Sikutan

Devina Maheswari Hidayat oleh Devina Maheswari Hidayat
4 Agustus 2025
A A
Kayutangan Malang Cantik, tapi Bikin Sesak Kayak Sikut-Sikutan (Unsplash)

Kayutangan Malang Cantik, tapi Bikin Sesak Kayak Sikut-Sikutan (Unsplash)

Share on FacebookShare on Twitter

Pertama kali jalan malam di Kayutangan Malang, rasanya seperti masuk dunia paralel. Jalanan terang, cantik, tapi kok lampu-lampunya kayak lagi rebutan eksis di Instagram? Saking banyaknya, trotoar yang lebar itu terasa sempit.

Waktu kuliah arsitektur tahun lalu, dosen menampilkan foto jalan dengan lampu hias berdempetan. Refleks otak saya langsung teriak, “Kayutangan!” dan ternyata benar.

Jalan di Kayutangan Malang itu unik. Malam-malam kita nggak cuma mikir arah jalan, tapi juga mikir kapan mata bisa istirahat dari dempetan tiang. Lampu-lampu yang sikut-sikutan bikin wisatawan yang mau foto jadi susah estetik. Hasilnya bukan foto romantis malam kota, tapi foto rame-rame lampu kayak antrian gerbong kereta.

Belum lagi parkirnya. Bisa muter 3 atau 4 kali dulu baru dapat tempat, itu pun di pinggir jalan yang sempit. Ditambah lampu yang terlalu banyak, suasana jadi ruwet kayak kabel listrik PLN sebelum dirapikan.

Niat Pemkot Malang itu baik

Pemerintah Kota Malang jelas punya niat baik. Lampu-lampu klasik hijau-kuning ini dipasang supaya Kayutangan Malang terlihat estetik ala Little Amsterdam. Di sana lengkap dengan pagar kanal dan jembatan bergaya Belanda. 

Bonusnya, konsepnya juga adaptasi Malioboro Yogyakarta. Jadi, trotoarnya lebar, kursi buat duduk santai, dan lampu antik sebagai pemanis.

Bedanya, Malioboro nggak bikin mata kita lelah dan jalanan tambah amburadul. Di Kayutangan Malang, lampu-lampunya terlalu rapat, bahkan katanya jaraknya nggak sesuai standar internasional. 

Mungkin pemkot pengin suasana romantis kayak Paris. Tapi, hasilnya lebih mirip toko lampu jalan yang lagi diskon besar-besaran.

Baca Juga:

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Masalah di Kayutangan Malang

Anehnya, lampu-lampu ini juga nggak terlalu terang. Jadi kalau dipikir-pikir, fungsionalitasnya nggak maksimal. 

Berdiri di antara dua tiang saja rasanya kayak mau meluruskan shaf salat: shaf harap dirapatkan. Pedagang lokal sih santai saja, kata mereka, “Yang penting cantik.” Tapi ya, LED remang-remang ini lebih cocok buat foto aesthetic ketimbang penerangan serius.

Dalam standar internasional, misalnya CIE dan IES, lampu pedestrian setinggi 3 sampai 4 meter seharusnya dipasang dengan jarak 8 sampai 12 meter supaya cahayanya overlap lembut tanpa bikin silau. Nah, di Kayutangan Malang, jaraknya kadang nggak sampai 5 meter. Hasilnya? Bukannya romantis, tapi lebih mirip toko lampu jalan yang lagi pesta diskon.

Fenomena lampu berdempetan di Kayutangan Malang ini sebenarnya cerminan obsesi banyak kota wisata di Indonesia. Ia pengin terlihat modern dan Instagrammable kayak Eropa, tapi lupa adaptasi konteks lokal. 

Padahal, identitas Malang sudah cukup kuat dengan nuansa heritage dan ademnya udara. Jadinya begini: cantik di foto, tapi bikin mata dan kepala ikut semrawut kalau kelamaan nongkrong.

Parkir di Kayutangan Malang bikin pusing

Selain itu, parkir di Kayutangan Malang juga bikin pusing. Entah kenapa di Tunjungan Surabaya dan Kayutangan Malang polanya sama saja. Trotoarnya sudah cantik, tapi lahan parkir terbatas. 

Kalau ke sini bawa satu keluarga, niat healing bisa berubah jadi ujian kesabaran. Rasanya mending naik ojek online, minta di-drop di tengah, lalu pasrah sama lampu-lampu yang nyorot kayak pengadilan mode malam hari.

Tapi, ya, harus diakui. Kayutangan Malang tetap cantik. Suasananya memang romantis, ditambah jajanan murah meriah yang bikin anak muda betah nongkrong sampai tengah malam. Cuma, lampu-lampunya perlu social distancing.

Kalau bisa ngomong, mungkin mereka juga minta jarak biar nggak terlalu intens tiap malam. Pada akhirnya, Kayutangan adalah contoh bagaimana kota bisa sibuk mempercantik diri demi kamera, tapi kadang lupa bikin nyaman untuk kita.

Tapi ya sudahlah, yang penting kita masih bisa foto-foto estetik. Meski hasilnya kadang lebih rapet daripada shaf salat. Bedanya, kalau shaf salat bikin khusyuk, ini bikin mikir:

“Lampu, sonoan dikit kali!”

Penulis: Devina Maheswari Hidayat

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Kayutangan Adalah Sumber Masalah Baru bagi Warga Kota Malang

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 4 Agustus 2025 oleh

Tags: kayutangankayutangan malangkayutangan malioborokota malangMalangMalioborotrotoar Kayutangan Malang
Devina Maheswari Hidayat

Devina Maheswari Hidayat

Lahir di Blora, 5 April 2004. Pecinta kata yang menemukan dunianya dalam tulisan dan sastra. Kerap menulis dan membaca di pojok kafe, menyalurkan rasa lewat kalimat puitis. Kini, sedang menapaki babak baru dalam kepenulisan.

ArtikelTerkait

4 Hal yang Saya Baru Ketahui Setelah Mengunjungi Malang Secara Langsung Mojok.co

4 Hal yang Saya Baru Ketahui Setelah Mengunjungi Malang Secara Langsung

16 Agustus 2024
Makanan Malang Banyak Kurangnya di Lidah Orang Depok dan Bandung

Makanan Malang Banyak Kurangnya di Lidah Orang Depok dan Bandung

10 Januari 2024
Nyatanya, Malang Benar-benar Indah tangerang UM

Nyatanya, Malang Benar-benar Indah

19 Oktober 2023
Pengalaman Pertama Tinggal di Apartemen Malang Penuh Penderitaan, Saya Cuma Tahan Sebulan

Pengalaman Pertama Tinggal di Apartemen Malang Penuh Penderitaan, Saya Cuma Tahan Sebulan

13 September 2025
Malang Creative Center, Bukti Terbaik Jika Anggaran Dimanfaatkan secara Tepat Guna

Malang Creative Center, Bukti Terbaik Jika Anggaran Dimanfaatkan secara Tepat Guna

16 Juli 2024
Kecamatan Kasembon, Kecamatan Paling Kasihan dan Terasing di Kabupaten Malang Mojok.co

Kasembon, Kecamatan Paling Kasihan dan Terasing di Kabupaten Malang

19 November 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

15 Desember 2025
Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

17 Desember 2025
3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba! (Pixabay)

3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba!

18 Desember 2025
Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

18 Desember 2025
Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

16 Desember 2025
Perbaikan Jalan di Lamongan Selatan Memang Layak Diapresiasi, tapi Jangan Selebrasi Dulu, Wahai Pemerintah Daerah!

Perbaikan Jalan di Lamongan Selatan Memang Layak Diapresiasi, tapi Jangan Selebrasi Dulu, Wahai Pemerintah Daerah!

13 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran
  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.