Jika mendengar nama Kawasaki, di kepala saya langsung berjejer kata keren, macho, dan gagah. Image Kawasaki sebagai motor sport telah tertanam dalam diri saya sejak masih bayi. Meski ada banyak merek motor sport sekeren Ducati, bagi saya motor sport ya tetap Kawasaki. Bahkan saat Kawasaki hengkang dari MotoGP dan tak mampu kembali lagi, kecintaan saya terhadap Kawasaki tak berkurang.
Makanya, ketika ada teman yang nawarin saya untuk test drive motor miliknya yaitu Kawasaki ZX-25R, saya langsung menerima tawaran tersebut dengan hati berbunga-bunga. Belum juga mencoba motornya, pikiran saya sudah ke mana-mana. Saya membayangkan akan sekeren Marco Melandri dan siap bleyer-bleyer di jalanan Surabaya. Sayangnya, begitu motornya sampai di depan rumah, boro-boro mau bleyer-bleyer, baru nyalain gas saja sudah dilirik orang satu kampung lantaran suaranya melengking, Bos.
Oh iya, sebelum lanjut, saya kasih tahu harga motor ini. Kawasaki ZX-25R dipatok mulai 105 juta rupiah. Kaum mendang-mending tenang aja di sini.
Setelah bersama Kawasaki ZX-25R selama kurang lebih tiga minggu dan mengendarainya di jalanan Surabaya pada pagi, siang, dan malam hari, kok saya merasa kalau motor ini kurang menarik untuk digunakan harian ya. Sek, jangan marah dulu, saya tidak bilang motornya jelek, hanya saja kurang pas digunakan untuk berkendara di jalan perkotaan seperti Surabaya.
Suara gahar, tarikan lemot
Dibekali mesin DOHC 4 silinder, 249 cc, 16 katup dengan tenaga mencapai 50 Ps pada 15.500 RPM membuat raungan Kawasaki ZX-25R melengking sangar. Bukannya lebay, tapi suaranya memang terdengar mirip moge meskipun ini hanya motor sport fairing 250 cc. Dalam RPM tinggi, saya mendengar letupan kecil yang mendorong adrenalin untuk ngegas lebih kenceng lagi. Urusan suara, Kawasaki ZX-25R memang bisa dibanggakan, meskipun knalpot yang kita gunakan standar pabrikan.
Sayangnya, untuk berkendara harian dengan RPM rendah, tarikan awalnya lemot dan terasa ngeden, sehingga untuk stop and go di jalan raya yang banyak lampu merahnya terasa kurang nyaman. Dalam kondisi motor kencang, kelemotan ini memang tidak terjadi atau bisa diatasi dengan menjaga RPM mesin tetap tinggi. Akan tetapi, dalam kondisi jalan macet yang memaksa kita untuk bermain di mode low, tarikan yang lemot membuat saya hopeless. Rasanya aneh saja, suaranya kencang, tapi tarikannya ngayun. Huft!
Mesin overheat
Saat berkendara dengan Kawasaki ZX-25R di malam hari dengan kondisi jalan yang lumayan lengang, saya merasakan ada sensasi semeliwir hangat yang menerpa betis, terutama saat berhenti di lampu merah. Sebenarnya hal ini masih wajar mengingat Kawasaki ZX-25R memiliki 4 silinder dengan kompresi cukup tinggi yaitu 11.5:1. Namun, ketika motor ini dikendarai di Kota Pahlawan pada siang hari yang panasnya kentang-kentang dan macet, paparan overheat mesinnya nggak hangat lagi, tapi panas. Saking panasnya saya sampai ingin menggoreng telur di atas betis.
Nah, setelah ini, kalian bakal tahu hal paling ra mashok dari motor yang harganya lebih dari 50 kali lipat UMR Jogja ini.
Baca halaman selanjutnya