Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Kasihan Sekali Nasib Buku-buku yang Disita Polisi Karena Dikira Buku Anarkis

Abiel Matthew Budiyanto oleh Abiel Matthew Budiyanto
13 April 2020
A A
buku yang disita polisi

Kasihan Sekali Nasib Buku-buku yang Disita Polisi Karena Dikira Buku Anarkis

Share on FacebookShare on Twitter

Oktober tahun 1965, sastrawan jenius Indonesia, Pramoedya Ananta Toer, harus mengalami nasib yang sungguh menyedihkan. Rumah beliau dilempari batu. Tidak sampai di situ, ia “diamankan” tentara. Ia dibawa pergi, sementara istrinya sedang melahirkan. Tentara yang mengamankan rumahnya kemudian membakar karya-karya Pram.

“Pembakaran naskah tersebut adalah hal yang tidak akan bisa saya maafkan! Pembakaran buku sama dengan perbuatan setan. Hal ini menunjukkan betapa rendahnya budaya mereka,” ujarnya geram.

Hari ini, selain darurat karena pandemi, Indonesia agaknya mengalami darurat literasi yang kronis. Saya sebut kronis karena sudah kepalang parah dan terjadi dalam jangka waktu yang panjang. Miris.

Kemarin muncul berita soal polisi yang melacak dan menangkap kelompok yang menamakan dirinya Anarko Sindikalis. Kelompok ini disebutkan melakukan aksi vandalisme dengan cara mencoret-coret tembok dengan ujaran provokatif seperti “Sudah Krisis Saatnya Membakar” atau “Kill The Rich”.

Tentu tidak sulit untuk menangkap gerombolan ini. Mengingat bapak kepolisian tentu punya kekuatan dan pengalaman mumpuni. Pelaku tertangkap, barang bukti dikumpulkan. Nah di sini bagian yang paling lucu sekaligus menyedihkan di saat yang bersamaan. Yang dijadikan barang bukti adalah buku.

Adegan penyitaan buku sebagai barang bukti ini menjadi lucu karena yang disita adalah buku-buku populer yang ditulis Tan Malaka, hingga Eka Kurniawan. Ini kan absurd banget. Apa coba salah buku-buku itu hingga mereka dituduh sebagai “otak” kegiatan kelompok anarko yang kata polisi hendak melakukan penjarahan.

Lagian ya, buku-buku itu, saya yakin banyak sekali yang punya. Bahkan kalau pak polisi mau mengeceknya, hampir di semua perpustakaan kota—bahkan perpustakaan kementerian pun pasti punya.

Yang bikin ini jadi menyedihkan, apa yang dilakukan pak polisi ini bisa jadi “menyesatkan” orang awam yang tidak suka baca buku. Masa nanti mereka mengira kalo Tan Malaka atau Eka Kurniawan itu anarko? Dan ini tentu akan berimbas kepada penulis, penerbit, hingga jaringan penjual buku yang nanti akan dicap sebagai penyebar ideologi anarkisme.

Baca Juga:

Ujian SIM Perlu Direvisi, Harusnya Lebih Fokus pada Etika dan Pengambilan Keputusan di Jalan

Pertigaan Lampu Merah Kletek Sidoarjo, Pertigaan Angker bagi Pengendara yang Tak Taat Peraturan Lalu Lintas

Bapak Polisi yang baik, kiranya saya baca membaca bukunya dulu sebelum mulai menyita. Paling nggak, baca bagian belakang atau kata pengantarnya aja deh. Dengan membaca dua bagian itu saja, saya rasa bapak polisi mungkin akan pikir dua kali untuk menggolongkan buku itu sebagai barang bukti.

Buku lain yang saya lihat ada di gambar barang bukti tapi tidak layak untuk disita adalah buku Ex Nihilo karya Dwi Ira Mayasari, buku itu tidak ada hubungannya dengan anarkisme atau vandalisme. Buku itu menceritakan seorang remaja yang mencari jati dirinya.

Corat-coret di toilet punya Eka Kurniawan, itu juga kumpulan cerpen yang isinya bagus-bagus. Saya yakin bapak pasti akan menikmatinya.

Dan jika buku Massa Aksi milik Tan Malaka yang nampaknya sungguh kiri-kiri-snob itu disita, buku itu hanya menjelaskan sejarah dan revolusi di Indonesia.

Ketahuilah, pak, menjadi penulis—di Indonesia–bukanlah pekerjaan mudah. Ia pekerjaan yang rumit. Untungnya nggak besar. Belum lagi banyak pembajak buku yang membuat penulisnya terkenal tapi tidak mendapat royaltinya. Belum lagi sobat-literasi-open-minded yang lebih doyan jajan buku saat harganya murah meriah seperti di Big Bad Wolf. Apa bapak tidak kasihan? Mas Eka Kurniawan bisa menangis melihat ini.

Kalaupun memang buku-buku itu benar mempengaruhi pemikiran mereka, seperti yang dikatakan Kapolres Metro Tangerang, tidakkah itu justru menunjukkan bahwa anak-anak muda ini sangat minim literasi sehingga menganggap seruan revolusi dari buku Massa Aksi membolehkan mereka berbuat vandalisme dan anarkisme?

Tingkat literasi Indonesia tergolong rendah, UNESCO bilang tahun 2019 Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61 negara dunia pada level literasi.

Tapi sedari tahun lalu juga kita sudah akrab dengan “penyerangan” terhadap buku. Buku yang adalah jendela ilmu, buku yang adalah sumber pengetahuan. Sejarah berulang.

Sebagai penutup, saya menemukan kutipan kocak bin sarkas di Twitter. Ketika itu ada yang ngetwit soal kasus vandalisme ini. Kutipannya saya bacakan kembali: “Rajin membaca jadi pandai, malas membaca jadi pol…krrrsssskkkkkrsksskk.”

BACA JUGA Bahkan Karl Marx (yang Katanya Kiri) Akan Tertawa Terpingkal Melihat Karya-Karyanya Disita dan tulisan Abiel Matthew Budiyanto lainnya. 

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pengin gabung grup WhatsApp Terminal Mojok? Kamu bisa klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 13 April 2020 oleh

Tags: anarko sindikalisbuku anarkispenyitaan bukupolisi
Abiel Matthew Budiyanto

Abiel Matthew Budiyanto

ArtikelTerkait

Saran Warna Seragam Satpam biar Cocok dengan Jobdesknya terminal mojok.co

Saran Warna Seragam Satpam biar Cocok dengan Jobdesknya

1 Januari 2021
Wajar Ada Orang yang Mau Keluar Duit Ratusan Juta demi Masuk Polisi, karena Polisi Amat Dihormati di Lingkungan, Tak Peduli Pangkatnya Apa

Wajar Ada Orang yang Mau Keluar Duit Ratusan Juta demi Masuk Polisi, karena Polisi Amat Dihormati di Lingkungan, Tak Peduli Pangkatnya Apa

11 Januari 2025
aborsi dan negara yang ikut campur urusan privat

Polisi Larang Aborsi dan Negara yang Hobi Ikut Campur Hal Privat

29 November 2021
Polisi Bilang Harun Masiku Tidak Ada di Tongkrongannya: Sudah Coba WA, Pak?

Polisi Bilang Harun Masiku Tidak Ada di Tongkrongannya: Sudah Coba WA, Pak?

14 Februari 2020
Berkaca dari Kekacauan Perempatan Madukismo, Lampu Lalu Lintas Sebaiknya Beroperasi 24 Jam Saja

Berkaca dari Kekacauan Perempatan Madukismo, Lampu Lalu Lintas Sebaiknya Beroperasi 24 Jam Saja

17 Februari 2023
Ujian SIM Perlu Direvisi, Harusnya Lebih Fokus pada Etika dan Pengambilan Keputusan di Jalan

Ujian SIM Perlu Direvisi, Harusnya Lebih Fokus pada Etika dan Pengambilan Keputusan di Jalan

27 Februari 2025
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Dosen Pembimbing Nggak Minta Draft Skripsi Kertas ke Mahasiswa Layak Masuk Surga kaprodi

Dapat Dosen Pembimbing Seorang Kaprodi Adalah Keberuntungan bagi Mahasiswa Semester Akhir, Pasti Lancar!

25 Desember 2025
Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025
Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

26 Desember 2025
Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025
Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

23 Desember 2025
Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.