Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Karyawan Shaming yang Sering Dilontarkan Saat Seminar Wirausaha Itu Menyebalkan

Seto Wicaksono oleh Seto Wicaksono
26 Maret 2021
A A
libur nasional karyawan shaming seminar wirausaha mojok

karyawan shaming seminar wirausaha mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Saya percaya bahwa setiap orang punya caranya masing-masing dalam menjemput rezeki. Ada yang nyaman menjadi karyawan dan bekerja di suatu perusahaan, ada yang lebih memilih menjadi wirausahawan—termasuk juga freelancer, tidak sedikit pula mereka yang berstatus karyawan sekaligus memiliki usaha sampingan. Semuanya akan kembali kepada pilihan masing-masing. Tidak ada salah atau benar.

Namun, di luar dari pilihan tersebut, ada suatu hal yang rasanya membikin saya mangkel dan kepikiran sampai dengan saat ini. Yakni, template karyawan shaming yang hampir selalu diselipkan dalam materi pada seminar wirausaha, bisnis, seminar motivasi MLM, dan sebangsanya.

Kalimat “kerja atau dikerjain?”, “masih aja jadi karyawan, yang kerjanya hanya disuruh-suruh oleh atasan”, ”nggak apa-apa penghasilan lebih kecil dibanding saat jadi karyawan, yang penting jadi bos di perusahaan sendiri” selalu disuarakan pada saat seminar tersebut. Seakan berwirausaha adalah segalanya dan menjadi tujuan akhir dalam berkarir. Dan yang menjadi sasaran shaming tersebut bukan hanya pada level karyawan saja, tapi juga manajer, direktur, dan lain sebagainya.

Jika template karyawan shaming selalu sama, hanya begitu-begitu saja tanpa perubahan yang berarti, lantas apa bedanya dengan motivator yang dalam tiap seminarnya selalu mengganti kata “Selamat pagi” menjadi “Semangat pagi”?

Beberapa kali saya ikut seminar serupa, beberapa kali juga saya mendengar ucapan template yang sama. Alih-alih mendapatkan informasi, inspirasi, tips dan cara memulai usaha, atau relasi terkait wirausaha, yang ada isinya malah menyepelekan status atau jabatan seseorang sebagai karyawan kantoran.

Maksud saya, memangnya apa yang salah dari menjadi karyawan, bekerja di suatu kantor dengan durasi delapan jam kerja, entah di waktu reguler maupun shifting—yang penting sesuai dengan peraturan pemerintah? Selama merasa nyaman, bisa hidup mapan menjadi seorang karyawan, dan mengisi jabatan tertentu, apa salahnya gitu?

Barangkali, banyak orang yang ingin belajar tentang dunia wirausaha, bagaimana cara kerja juga alurnya, bagaimana harus memulai, dan lain sebangsanya. Namun, nggak semua orang punya keinginan atau tujuan akhir menjadi wirausahawan.

Pikir saya, seminar tentang wirausaha dan sebangsanya akan menjadi lebih baik dan bermanfaat jika materinya berisikan tentang tips memulai bisnis, perhitungan mengenai modal awal, proses pengembangan bisnis, bagaimana agar neraca keuangan seimbang, sampai bagaimana mengantisipasi kemungkinan terburuk jika usaha yang dibangun gulung tikar.

Baca Juga:

Dear Maba, kalau Diajak Bisnis Aneh-aneh sama Kating, Jangan Mau ya!

Saya Menolak Keras Pakai Aplikasi Penghasil Uang Instan

Mau bagaimana pun, beberapa poin tersebut patut dipertimbangkan secara matang. Lantaran, mesti dipikirkan juga, berapa nominal yang harus disisihkan sebagai tabungan jika bisnis tidak berlangsung sesuai yang dibayangkan.

Sebagai karyawan yang juga sudah tiga kali mencoba nyambi berwirausaha, saya sangat paham bahwa, merintis usaha itu tidak semudah teori atau bacotan para pemateri seminar yang sering kali mengglorifikasi kalimat, “Ngapain kerja kantoran? Berangkat pagi, pulang malam. Mending usaha, bisa atur waktu secara fleksibel!”

Tunggu dulu, tunggu dulu. Ngomong kok sembarang was-wes-wos. Boro-boro fleksibel. Dalam prosesnya, saya merasakan betul bahwa, menjadi karyawan atau pun berwirausaha, harus sama-sama disiplin. Nggak bisa sembarangan, apalagi semaunya. Nggak perlu merasa siapa yang “paling”. Semua orang punya cara dan jalannya masing-masing dalam memperjuangkan cita-citanya.

Lagipula, di luar sana, ada yang pengin banget dan sudah berusaha keras berwirausaha, tapi ternyata rezekinya malah jadi karyawan dengan posisi yang menyenangkan. Pun sebaliknya, ada yang pengin merasakan jadi karyawan kantoran, tapi malah merasa nyaman dan rezekinya justru terbilang cukup sebagai wirausahawan. Malah, ada yang sanggup bekerja sebagai karyawan sambil menjalankan bisnis usahanya dengan baik.

Kalau sudah begitu, artinya jualan tentang mau sampai kapan kerja atau dikerjain, ngikut kerja bareng orang lain, jadi bawahan, bisa atur secara fleksibel, dan lain sebagainya, nggak bisa dipaksakan kepada semua orang, kan?

Jadi, memang sudah sebaiknya karyawan shaming dan shaming-shaming lainnya disudahi. Temukan cara yang lebih membikin orang tertarik untuk berwirausaha karena mereka memang yakin dan ingin. Kemudian, ada bimbingan atau sesi sharing tambahan jika usahanya sudah mulai berjalan, sampai akhirnya berkembang. Lebih asyik dan menantang, kan? Dibanding memandang sinis profesi yang orang lain jalani, lebih baik menyadari bahwa semuanya akan saling bersinergi satu sama lain.

Toh, pada akhirnya, semua akan saling membutuhkan. Karyawan butuh tempat untuk bekerja. Seseorang yang memutuskan berwirausaha pun—saat bisnisnya berkembang—pada akhirnya butuh karyawan untuk menjalankan unit usahanya.

BACA JUGA Lucunya Bekerja di Perusahaan yang Pimpinannya Adalah Teman Sendiri dan artikel Seto Wicaksono lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 26 Maret 2021 oleh

Tags: karyawan shamingmlmseminar usaha
Seto Wicaksono

Seto Wicaksono

Kelahiran 20 Juli. Fans Liverpool FC. Lulusan Psikologi Universitas Gunadarma. Seorang Suami, Ayah, dan Recruiter di suatu perusahaan.

ArtikelTerkait

Dear Maba, kalau Diajak Bisnis Aneh-aneh sama Kating, Jangan Mau ya!

Dear Maba, kalau Diajak Bisnis Aneh-aneh sama Kating, Jangan Mau ya!

24 Agustus 2024
3 Hal Sederhana yang Bisa Dilakukan Mahasiswa Kalau Resesi Ekonomi Terjadi terminal mojok.co

Pengalaman Ikut MLM: Dapat Uang Sih, Tapi Sisanya Ketersiksaan

28 November 2019
Tiga Hal yang Harus Dilakukan Saat Seseorang Menawarkan Bisnis MLM

Tiga Hal yang Harus Dilakukan Saat Seseorang Menawarkan Bisnis MLM

10 Desember 2019

Saya Menolak Keras Pakai Aplikasi Penghasil Uang Instan

23 Mei 2021
3 Hal Sederhana yang Bisa Dilakukan Mahasiswa Kalau Resesi Ekonomi Terjadi terminal mojok.co

Mengapa Orang Membenci MLM?

22 Juni 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

1 Desember 2025
4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025
Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

1 Desember 2025
4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop Mojok.co

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop

4 Desember 2025
Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.