Bagi kami, khususnya masyarakat desa, piknik paling jauh yang biasa kami lakukan kalau nggak ke sungai ya ke gunung. Jarang banget acara piknik pribadi ke pantai atau tempat wisata yang lagi hype. Biasanya baru bisa pergi ke tempat wisata kekinian kalau ikut rombongan piknik. Apalagi hidup di desa itu berarti akrab sama karang taruna yang sering banget mengadakan piknik bareng sekampung.
Sebentar, emangnya keuntungan piknik bareng sekampung itu apa, ya? Buat senang-senang? Ya bener, sih, tapi apesnya nggak semua keluarga senang-senang lho waktu acara piknik itu. Kadang ada yang lagi nggak pegang uang tapi harus banget ikut soalnya anaknya rewel. Ada juga yang udah susah payah nabung buat ikutan piknik, tapi itu juga cuma nabung buat biaya pikniknya aja, belum uang jajan dan sebagainya.
Sebenarnya program piknik yang digagas pemuda pemudi karang taruna bagus-bagus aja, sih. Seperti yang saya bilang sebelumnya, selain bisa jadi ajang senang-senang, kegiatan ini bisa mempererat kebersamaan warga kampung juga. Sayangnya, di balik program unggulan ini ada beberapa hal yang kerap diabaikan.
Daftar Isi
Para orang tua harus bekerja kerja agar anaknya bisa ikutan piknik
Kayaknya poin pertama ini jadi masalah hampir sebagian besar warga kampung, ya. Gini, lho, kita nggak pernah tahu gimana keadaan ekonomi seseorang yang sebenarnya, Gaes. Walaupun program piknik dari pemuda karang taruna udah direncanakan jauh-jauh hari, dalam hidup ini yang namanya kebutuhan hidup tentu lebih dipentingkan, dong?
Lha, gimana kalau dalam satu keluarga ternyata ekonominya nggak bagus-bagus amat? Udah susah memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, eh ditambah wacana piknik sekampung. Apa nggak makin pusing cari uangnya. Belum lagi kalau udah punya anak, terus anaknya rewel pengin ikut-ikutan teman sekampungnya piknik. Kasihan kan kalau nggak ikut piknik, nanti anaknya cuma dengar cerita dari anak tetangga aja. Serba salah.
Nabung pas rapat karang taruna selalu berakhir piknik
Berdasarkan pengalaman pribadi, nabung pas rapat karang taruna kebanyakan dialokasikan untuk piknik. Saya harus mengakui piknik itu memang menyenangkan, tapi realitasnya kadang nggak semanis itu. Buat bisa pergi piknik ke tempat wisata kekinian butuh waktu berbulan-bulan, lho.
Bagi sebagian orang yang suka piknik mungkin senang-senang aja ya kalau uang tabungan mereka dipakai buat kegiatan bersama ini. Lha, buat yang niat menabung untuk mengumpulkan uang tentu beda lagi. Nabungnya baru buat bayar piknik, belum harus siapain uang untuk bekal, jajan, dll. Belum berangkat aja bahkan kadang udah kepikiran mau beli oleh-oleh. Kalau kayak gini mending pikniknya ke sungai dulu, deh.
Baca halaman selanjutnya: Sebenernya banyak yang menolak…
Nggak usah ngajak orang sekampung kalau banyak yang nolak
Kadang kalau karang taruna sudah mencanangkan program piknik bareng pasti ada aja warga yang menolak. Entah menolak karena memang sudah tua, atau bahkan karena nggak ada biayanya. Tapi, nggak jarang kegiatan kayak gini diwajibkan bagi semua warga kampung. Alasannya biar busnya penuh lah, biar kuotanya tercapai lah, biar makin akrab lah, dll.
Padahal kalau boleh jujur, piknik itu kan nggak harus ngajakin semua warga kampung. Semua anggota karang taruna ikut aja udah bagus, kok. Yang penting kan tetap solid dan nggak ada perpecahan cuma gara-gara piknik kampung.
Proker kebanggaan karang taruna
Mengurus akomodasi piknik memang melelahkan, tapi biasanya panitianya malah senang. Soalnya mereka bisa seneng-seneng bareng. Bahkan kepanitiaan piknik ini diutamakan daripada kegiatan apa pun. Padahal sebenarnya anggota karang taruna ini bisa lho mengurus program penting lainnya yang juga butuh persiapan matang. Misalnya seperti program pengelolaan sampah tiap rumah, membuat tanaman obat keluarga, dll.
Saya nggak melarang piknik bareng warga kampung yang biasa dicetuskan pemuda pemudi karang taruna, ya. Saya tahu piknik bareng itu sebenarnya tujuannya baik, bikin seneng, dan bikin akrab warga. Tapi, para pemuda harus memperhatikan waktu yang tepat. Persiapannya harus benar-benar matang biar nggak ada warga kampung yang merasa terbebani.
Kalau misalnya banyak warga yang menolak program piknik bareng ya sudah nggak usah semua warga kampung juga diajak. Cukup rombongan yang bersedia aja. Sekian isi hati kami, warga kampung yang biasa diajak piknik program karang taruna. Semoga ada anggota karang taruna yang membaca ini, ya.
Penulis: Wulan Maulina
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Menilik Sejarah Karang Taruna, Organisasi Paling Eksis di Bulan Agustus.