“Cukur di sini meki, Bosku.”
Kalimat promosi tersebut saya baca di banner sebuah barbershop sekitaran Jalan Tamalanrea Raya, Makassar. Kalimat yang bagi saya (sebagai orang yang lahir dan besar di Makassar) biasa saja, bisa jadi bikin orang-orang yang belum kenalan sama partikel dialek dalam bahasa Makassar jadi salah paham karena ada kata “meki” di sana.
“Cukur di sini meki, Bosku!” Apakah tempat tersebut tempat cukur meki? Hahaha, tentu saja bukan, Bestie!
Lalu, apa maksudnya?
#1 Bagian dari dialek bahasa Makassar
“Meki” adalah bagian dari dialek dalam bahasa Makassar adalah gabungan dari “mi” dan “ki’”. “Mi” sebagai partikel dan “ki’” sebagai subjek orang pertama. Perlu diingat bahwa dalam dialek dalam bahasa Makassar, “ki” dengan “ki’” itu berbeda.
“Makan ki” dengan “makan ki’” punya arti yang berbeda. “Makan ki” bisa bermaksud memberi informasi bahwa dia (orang ketiga) sedang makan, sedangkan “makan ki’” berarti mempersilakan kamu/Anda untuk makan. Dalam penggunaannya, “ki’” sebagai subjek berpasangan dengan “ko” (kau). Bedanya, “ki’” bersifat lebih sopan, sedangkan “ko? lebih kasar. Itulah mengapa “ko” hanya digunakan jika lawan bicara adalah teman sebaya yang sudah akrab.
Kembali lagi pada persoalan tentang meki. Sebenarnya, dalam pengucapannya, meki yang dimaksudkan sebagai alat kelamin wanita, berbeda cara pengucapannya dengan meki sebagai bagian dari dialek Makassar. Meki sebagai bagian dari dialek Makassar mengandung unsur penekanan pada bagian akhir, makanya pada umumnya ditulis dengan meki’. Pengucapan me-nya pun ada dua jenis, ada yang mengucapkan “meki’” dengan “me” seperti pada kata mentah, ada juga yang menyebutnya dengan “me” seperti pada kata merah.
Selain itu, hal yang juga sangat penting terkait meki sebagai turunan atau gabungan dari “mi” dan “ki’” adalah dia tidak sendirian, ada maki’, miki’, dan mki’ sebagai rekannya dalam bentuk penulisan maupun pengucapan. Lalu ada moko, mako, meko, dan mko sebagai gabungan dari “mi” dengan “ko” yang menjadi pasangannya. Meski berbeda kasta dalam hal kesopanan, tetapi dalam bentuk makna semuanya sama.
#2 Makna dari meki’ sebagai bagian dari dialek bahasa Makassar
Sebagaimana sifat partikel mi dalam dialek Makassar, meki’ juga tidak punya arti khusus. Posisinya adalah sebagai pelengkap atau penegasan sebuah kata dalam kalimat yang untuk mengetahui apa maksud atau maknanya, maka harus dilihat dari konteks kalimat secara utuh.
Satu, sebagai pengganti dan/atau penegasan kata “saja”
“Cukur di sini meki, Bosku.”
Dalam kalimat di atas, “meki” sama artinya dengan “saja”. Jadi artinya, “Cukur di sini saja, Bosku!”
Selain itu, “meki” sering kali digunakan untuk penegasan kata “saja”. Seperti pada kalimat, “Di sini meki saja dulu.” (Kita di sini saja dulu).
Dua, bentuk kesopanan kalimat mempersilakan, mengajak, atau perintah
Seperti yang sudah saya jelaskan di atas, “meki” adalah gabungan atau turunan dari partikel “mi” dengan kata ganti “ki’”. Oleh karena itu, pada kalimat tertentu, “meki” bisa sama posisinya dengan “mi”, tetapi “meki” bersifat lebih sopan atau lebih halus.
Contohnya, “ambil mi” dengan “ambil meki”. Keduanya sama-sama mempersilakan untuk mengambil, tetapi tingkat kesopanannya berbeda. “Ambil mi” cukup sopan, sedangkan “ambil meki” sangat sopan. Nah, yang tidak sopan atau kasar adalah “ambil meko”.
Untuk kalimat ajakan dan kalimat perintah yang mengandung partikel “meki”, terkadang ada kalimat yang sama, tetapi maksudnya berbeda.
Contohnya, “Pergi meki, deh!”
Dalam dialek Makassar, jika kalimat tersebut berdiri sendiri, ada dua maksud/makna yang bisa timbul. Pertama, mengajak pergi. Kedua, menyuruh/memerintahkan lawan bicara untuk pergi. Agar bisa tahu apa maksud sebenarnya, tentu harus melihat konteks kalimatnya secara utuh atau paling tidak mendengar bagaimana kalimat tersebut diucapkan. Bagaimanapun, kalimat ajakan dan kalimat perintah, punya nada berbeda saat diucapkan.
Jika “Pergi meki, deh!” posisinya sebagai kalimat ajakan, artinya sama dengan “Kita pergi saja, deh!” Sedangkan jika posisinya sebagai kalimat perintah, artinya sama dengan “Kamu pergi saja, deh!”
Tiga, penegasan kata “sudah”
Untuk poin ini, kita bisa membaca atau mendengarnya dalam kalimat tanya yang terkadang sudah mengandung kata “sudah” itu sendiri. Misalnya, “Sudah meki makan?” (apakah kamu sudah makan?) atau “Sudah berapa kali meki ke Makassar?” (kamu sudah berapa kali ke Makassar?).
Nah, itulah dia beberapa hal yang berkaitan dengan “meki” sebagai bagian dari dialek Makassar. Memang tidak mudah untuk bisa langsung memahaminya. Saya yang nulis aja pusing nyari padanan katanya dalam bahasa Indonesia.
Meskipun demikian, saya berharap semoga tulisan ini bisa menjawab pertanyaan teman-teman yang merasa bingung atau heran kenapa “meki” bertebaran di Makassar.
Ingat, kalau mendengar atau membaca kalimat “Cuci meki di sini” di Makassar atau saat berbicara dengan orang Makassar, itu maksudnya meminta atau mempersilakan kamu untuk nyuci di tempat yang dimaksud, ya. Bukan bermaksud lain.
Sumber gambar: Unsplash.com