Bagi saya, ITB selalu menjadi kampus impian. Kisah hidup orang tua saya berperan banyak dalam terciptanya impian ini. Sudah nggak terhitung berapa kali saya dibawa orang tua keliling Kampus Ganesha untuk ikut mereka bernostalgia. Sejak kecil, di pikiran saya telah tertanam bahwa “lingkungan kampus” bentuknya ya kayak ITB Ganesha. Makanya ketika saya akhirnya malah masuk UI dan berkuliah di kampus Depok, saya baru sadar, rupanya kedua kampus ini berbeda sekali.
Berbeda bukan berarti yang satu lebih unggul dari yang lainnya, ya. Apalagi kedua kampus ini sama-sama punya special spot di hati saya. Yang satu adalah impian yang tak pernah tercapai sementara yang satu lagi adalah tempat saya mencetus impian-impian baru. Sekadar merekam keunikan dari keduanya, di bawah ini adalah beberapa perbedaan yang bagi saya mencolok antara Kampus UI Depok dengan Kampus ITB Ganesha.
Daftar Isi
Keliling kampus tanpa capek
Dalam satu kesempatan berkunjung ke ITB yang nggak bersama orang tua, saya diajak keliling kampus sama teman. Saya mulai keliling dari gerbang depan sampai nggak sadar tiba-tiba saya sudah tiba di tempat awal lagi. Sekecil itu lho, dibanding UI Depok yang kalau dikelilingi lingkar luarnya secara jalan kaki bakal membakar ratusan kalori. Makanya buat sehari-hari di UI, kami keliling kampus pake Bikun.
Perjalanan mengelilingi Kampus Ganesha sama sekali nggak bikin capek. Mungkin karena udara Bandung yang sejuk. Mungkin juga karena saya pengunjung ya, jadi saya jalannya dibawa santai aja sambil menikmati pemandangan. Beda sama mahasiswa yang tergopoh-gopoh ngejar kelas biar nggak telat. Apalagi kalau lagi puasa kayak sekarang. Capek sih, pasti. Semangat ya, guys.
Underpass pusat kegiatan mahasiswa ITB
Pada kesempatan berkunjung lainnya, saya mampir ke pusat kegiatan mahasiswa ITB. “Pusat kegiatan mahasiswa” itu istilah UI banget sih. Kalau di ITB, kawasan sekretariat berbagai UKM itu disebutnya Sunken Court. Lebih fancy ya, istilahnya.
Meski namanya fancy, tapi bentukannya itu membuat saya sekilas mengira tempat itu sebagai underpass pedestrian. Bikin saya teringat underpass pedestrian Kota Tua, yang kiri kanannya diberdayakan buat jadi pertokoan. Nah, kalau “underpass” ITB ini, sisi kiri dan kanannya justru jadi ruangan untuk berbagai UKM.
Ternyata anggapan saya bahwa tempat ini semacam underpass pun nggak salah-salah banget. Soalnya memang di ujung Sunken Court, ada terowongan bawah tanah yang menjadi akses menuju ke fasilitas olahraga Saraga.
ITB cantik, tapi ini bukan tentang akun Instagram
UI mungkin dapat mendaulat diri sebagai kampus paling hijau se-Indonesia. Bisa dimaklumi, mengingat Kampus UI Depok memang menjadi rumah bagi sebuah hutan kota. Tapi ITB Ganesha, meski pepohonannya nggak serindang itu, punya lanskap taman yang begitu… cantik.
Bugenvil yang merambat di antara lorong-lorong kampus menjadi sorotan utamanya. Pemandangan bugenvil yang menggelayut cantik di antara pilar-pilar batu kali khas ITB itu begitu membekas di benak saya. Tak hanya bugenvil, tapi ada juga bunga kolecer yang membuat gerbang utama Kampus Ganesha menjadi begitu ikonik. Semuanya rimbun dan subur dalam dekapan Kota Kembang.
Momen mekarnya bunga-bunga ini menjadi penanda waktu tersendiri bagi civitas akademik ITB. Misalnya, bunga kolecer di gerbang itu mekar paling lebat tepat pada saat masuknya mahasiswa baru di bulan Juni sampai September. Ibarat mereka ikut antusias melihat wajah-wajah baru yang masih segar, yang belum dilibas beratnya beban perkuliahan.
Gerbang kampus yang semrawut
Selain bunga kolecer, ada satu karakter lain dari gerbang utama Kampus Ganesha yang saya ingat: semrawut. Jalanan depan gerbang ITB Ganesha terlalu dipadati PKL dan kendaraan yang parkir. Suasana ini jauh berbeda dari gerbang utama UI Depok yang begitu tertata. Malah justru lebih mirip sama gerbang samping UI Depok yang menghadap ke Stasiun Pondok Cina
Kabarnya, belakangan ini sudah dilakukan “penertiban” di sepanjang Jalan Ganesha. Tentu bukan tanpa kontroversi, sebab banyak PKL yang sudah terlanjur mencari nafkah di situ selama bertahun-tahun. Sementara kendaraan yang parkir itu, katanya sih kendaraan mahasiswa semua. Entah kenapa, perihal parkir ini jadi masalah yang sulit ditemukan solusinya. Bahkan oleh para ahli di kampus dengan jurusan tata kota paling beken di Indonesia.
Dari lokasi pun, kedua kampus ini sudah jauh berbeda
Permasalahan parkir adalah salah satu imbas dari begitu terbatasnya lahan Kampus ITB Ganesha. Beda dengan UI Depok yang notabene adalah kampus baru. Dibangun belakangan, di areal luas yang dipilih dengan kriteria spesifik. Sudah disetting untuk dapat mewadahi jumlah kegiatan yang akan terus berkembang. UI Depok sebetulnya lebih cocok disandingkan dengan ITB Jatinangor atau malah Cirebon.
Justru UI Salemba lah yang lebih tepat untuk dikomparasikan dengan ITB Ganesha. Keduanya sama-sama terletak di pusat kota. Lokasi yang sudah kadung padat untuk dikembangkan tanpa mendisrupsi kehidupan masyarakat di sekitarnya. Gimana, kita bahas tentang ini di tulisan selanjutnya?
Penulis: Karina Londy
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Mahasiswa UI Wajib Tahu, Ini 10 Istilah Tempat yang Cuma Ada di UI!