Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Saya Bangga Jadi Anak Kampung Sawah, Indonesia Mini di Pinggiran Bekasi

Intan Ekapratiwi oleh Intan Ekapratiwi
23 Juli 2023
A A
Saya Bangga Jadi Anak Kampung Sawah, Indonesia Mini di Pinggiran Bekasi

Saya Bangga Jadi Anak Kampung Sawah, Indonesia Mini di Pinggiran Bekasi (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Kalau ada yang bertanya asal saya dari mana, biasanya saya akan menjawab “Bekasi”. Nggak bisa dimungkiri, meski saya lahir dan sempat tinggal di Jakarta, sebagian besar hidup saya telah saya habiskan di Kota Patriot itu. Namun biasanya ketika ditanya lebih rinci “Bekasinya di mana?” saya akan menjawab “Jatiwarna”. Sebab, nama kelurahan satu ini lebih familier di telinga banyak orang ketimbang kampung asli saya, Kampung Sawah.

Kalian tentu cukup sering mendengar nama-nama daerah di Bekasi seperti Pondok Gede, Jatiasih, Bekasi Barat, Bekasi Utara, Bantargebang, Rawalumbu, Jatisampurna, dll., tapi gimana dengan Kampung Sawah yang saya katakan di atas? Mungkin masih banyak orang yang nggak tahu. Bahkan, mungkin akan ada juga yang bertanya-tanya, memangnya ada ya nama daerah kayak gitu di Bekasi?

Padahal Kampung Sawah adalah nama sebuah daerah yang terletak di Kelurahan Jatimelati, Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi. Maaf, maaf aja nih, meski namanya ada embel-embel “kampung”, secara administratif daerah asal saya ini masuknya ke Kota Bekasi, lho. Anak (((kota))) kan gue. Wqwqwq.

Sayangnya tak seperti namanya, di sana kini kita sudah nggak bisa menemukan area persawahan. Jangan harap bisa melihat hamparan sawah hijau dengan petani dan kerbau yang tengah membajak sawah di sana. Alih-alih hamparan sawah hijau, daerah ini justru sudah dipadati dengan bangunan-bangunan beton.

Meski begitu, kampung satu ini memiliki beberapa hal unik untuk diceritakan seperti segitiga emasnya dan tradisi marga orang Betawi Kristen. Kalau boleh saya rangkumkan, kampung halaman saya ini merupakan gambaran sesungguhnya dari Indonesia mini. Penasaran nggak? Sini saya ceritain lebih lanjut mengenai Kampung Sawah.

Segitiga emas di Kampung Sawah

Kalau kalian berkunjung ke Kampung Sawah, jangan kaget apabila melihat keragaman suku dan agama dalam sebuah keluarga di sini. Keragaman suku dan agama dalam satu keluarga inilah yang membuat kampung ini kerap disebut-sebut sebagai Indonesia kecil atau Indonesia mini yang saya sebutkan pada judul di atas.

Contoh Indonesia mini itu begini. Ibu saya adalah warga asli Kampung Sawah. Blio mewariskan nama marga orang Betawi Nasrani di sini. Ibu saya kemudian menikah dengan bapak saya, seorang Jawa. Saudara ibu saya yang lain ada juga yang menikah dengan orang Betawi, orang Manado, orang NTT, orang Ciamis, orang Batak, dll. Makanya kalau keluarga besar kami berkumpul, udah kayak dari Sabang sampai Merauke.

Pakde, bude, om, tante, dan saudara saya yang lain itu pun nggak semuanya beragama Kristen Protestan. Ada yang Islam, Katolik, Buddha, pokoknya campur-campur. Dan nggak cuma keluarga kami yang seperti itu, kebanyakan keluarga di Kampung Sawah begitu.

Baca Juga:

Hampir Setahun Proyek Galian di Kaliabang Bekasi Belum Beres, Cari Fosil Dinosaurus?

Bekasi Mode Malam: Dari Tawuran Jalanan sampai Lingkaran Narkoba, Kota Patriot Menjadi Kota yang Suram bagi Masa Depan Anak Muda

Di Kampung Sawah bahkan ada yang dinamakan daerah segitiga emas. Di daerah itu berdiri tiga rumah ibadah: Masjid Agung Al Jauhar Yasfi, Gereja Katolik Santo Servatius, dan Gereja Kristen Pasundan (GKP). Letak ketiga rumah ibadah tersebut berada di satu jalan besar, Jalan Raya Kampung Sawah, dan berdekatan membentuk bidang seperti segitiga. Makanya dinamakan segitiga emas.

Harus saya akui, kehidupan di kampung ini cukup beragam dan semua berjalan harmonis. Nggak ada tuh yang namanya ribut-ribut meski dalam satu keluarga ada yang berbeda suku dan agama. Begitu pula soal ibadah. Saat hari raya Natal atau Lebaran tiba, keluarga di sini saling mengunjungi dan mengirimkan makanan.

Konon, sedari dulu kakek dan nenek saya tinggal di sini, kehidupan harmonis ini memang sudah ada. Dan kehidupan yang penuh toleransi itu diwariskan turun temurun hingga sekarang.

Ibu saya orang Betawi, tapi punya marga

Seperti yang sudah saya jelaskan di atas, ibu saya adalah orang Kampung Sawah. Blio mewariskan marga Betawi Nasrani dari kakek saya. Seperti orang suku Batak, orang Betawi yang beragama Nasrani (baik Katolik maupun Protestan) di Kampung Sawah akan membawa nama belakang dari ayahnya.

Setidaknya ada lebih dari 20 marga Betawi Nasrani di Kampung Sawah ini. Marga-marga tersebut di antaranya Baiin, Dantjie, Djimin, Djioen, Koeli, Napiun, Niman, Rikin, Sanglir, dll. Kalau disuruh menyebutkan satu persatu, wah, saya sendiri nggak hafal saking banyaknya. Kakek saya sendiri membawa nama belakang Koeli, sementara nenek saya membawa nama belakang Rikin. Dan ibu saya tentu saja menyandang marga Koeli di belakang namanya seperti nama bapaknya.

Mengutip dari website Seni Budaya Betawi, Aloisus Eko Praptanto dalam bukunya yang berjudul Sepangkeng Kisah Gereja Katolik Kampung Sawah Bekasi mengatakan, tradisi marga di Kampung Sawah berhubungan dengan sejarah masuknya agama Kristen sekitar 1851. Perkumpulan pengabaran Injil di Batavia (Belanda) Mr. Anthing merupakan pendiri gereja Kristen di daerah ini. Bahkan, di Gereja Kristen Pasundan (GKP) Kampung Sawah tradisi marga hadir sekaligus sebagai pola hubungan kekerabatan keluarga antarjemaat.

Ibadah di gereja pakai peci dan kebaya encim

Peci memang umumnya dipakai kaum muslim. Namun jangan kaget kalau kalian main ke Kampung Sawah dan menemukan bapak-bapak memakai peci pergi ke gereja. Sebab, peci ini juga menjadi identitas masyarakat Betawi, tak terkecuali para warga Betawi di Kampung Sawah.

Konon, peci ini digunakan para jawara dan jagoan Betawi zaman dulu. Biasanya peci yang digunakan adalah peci berwarna hitam polos yang terbuat dari bahan beludru. Ada juga sih yang memakai peci berwarna merah. Katanya dulu peci ini semacam identitas para jawara dan jagoan Betawi.

Kini, peci nggak cuma dipakai para jawara dan jagoan Betawi. Peci juga digunakan warga Betawi Nasrani di Kampung Sawah untuk beribadah. Penggunaan peci ini merupakan simbol dari kebudayaan Betawi. Dan memakai atribut Betawi saat ibadah sudah dilakukan gereja di Kampung Sawah secara turun temurun. 

Jadi, saya sudah nggak heran melihat bapak atau pakde saya berangkat ke gereja memakai peci dan baju koko, atau melihat ibu dan bude saya pergi ibadah menggunakan kebaya encim dengan motif Betawi. Karena ya memang begitu budayanya. Namun, nggak tiap hari Minggu kok memakai pakaian adat seperti ini, biasanya saat ada momen khusus di gereja aja.

Begitulah Kampung Sawah dengan segala keunikannya. Meski warga di sini berbeda keyakinan dan suku, kami tetap menjunjung tinggi kebersamaan. Rasanya nggak berlebihan kalau saya merasa bangga menjadi bagian dari warga di sana. “Indonesia mini” ini akan terus menjadi rumah saya tempat saya pulang.

Penulis: Intan Ekapratiwi
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Kota Bekasi dan Kab Bekasi yang Bikin Bingung, Apalagi Soal Sepak Bola.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 23 Juli 2023 oleh

Tags: bekasibetawiKampung Sawah
Intan Ekapratiwi

Intan Ekapratiwi

Redaktur Terminal Mojok yang suka nonton drama Korea.

ArtikelTerkait

5 Tempat Makan Legendaris di Bekasi yang Sayang Dilewatkan Terminal Mojok

5 Tempat Makan Legendaris di Bekasi yang Sayang Dilewatkan

25 Desember 2022
4 Tipe Orang yang Nggak Cocok Tinggal di Bekasi yang Isinya Cuma Masalah Mojok.co

4 Tipe Orang yang Nggak Cocok Tinggal di Bekasi yang Isinya Cuma Masalah

14 Mei 2025
3 Alasan yang Membuat Sukatani Jadi Tempat Terbaik untuk Ditinggali di Kabupaten Bekasi

3 Alasan yang Membuat Sukatani Jadi Tempat Terbaik untuk Ditinggali di Kabupaten Bekasi

19 April 2025
Karawang Kalahkan UMK dan Pendidikan Kabupaten Bekasi (Unsplash)

Berkembang Pesat Seperti Jabodetabek, Karawang Kalahkan UMK dan Gengsi Pendidikan Kabupaten Bekasi

4 Februari 2024
Bintara, Jalur Penghubung Bekasi dan Jakarta Paling Cepat Sekaligus Paling Horor di Antara Jalur Lainnya

Bintara, Jalur Penghubung Bekasi dan Jakarta Paling Cepat Sekaligus Paling Horor di Antara Jalur Lainnya

24 Mei 2025
Masjid di dekan kawasan simpang lima semarang underground city bekasi

Culture Shock Penduduk Planet Bekasi Saat Merantau ke Kota Semarang: Bangjo? Apa Itu? Lho, Siomai kok Digoreng?

6 September 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025
Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025
Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

29 November 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025
Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang Mojok.co

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang

2 Desember 2025
Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.