Kurang lengkap rasanya menikmati sate maranggi tanpa datang ke Kampung Maranggi, Purwakarta. Sate di sana beda, Bolo!
Menjadi sebuah kabupaten kecil yang berada di tengah-tengah dua kota besar yaitu Bandung dan Jakarta adalah nasib Kabupaten Purwakarta. Kabupaten dengan luas wilayah 971,72 km² ini kerap dilihat sebelah mata dan sering disamakan dengan daerah lain, seperti Purwokerto hingga Purworejo. Mungkin sampai sekarang masih saja ada yang beranggapan bahwa ketiga daerah ini adalah sama, haduh. Semoga lekas menemukan pencerahan deh, ya.
Tak banyak orang tahu, kalau Kabupaten Purwakarta menyimpan banyak sejarah dengan kuliner yang melegenda. Salah satu kuliner khas Kabupaten Purwakarta ini menjadi ikon unggulan, tiada lain dan tiada bukan yaitu sate maranggi. Selain di Purwakarta, sate maranggi juga kerap dikenal menjadi kuliner khas beberapa daerah di Jawa Barat seperti Cianjur. Lho terus spesialnya di mana?
Yang bikin spesial adalah, Pemerintah Kabupaten Purwakarta membangun sebuah wisata kuliner bernama Wisata Kuliner Kampung Maranggi, tempatnya di Kecamatan Plered. Usut punya usut, sate maranggi khas Purwakarta ini dikenal sejak 1960-an dan itu tepatnya di Kecamatan Plered. Atas dasar itulah, Pemerintah membangun sebuah Wisata Kuliner Kampung Maranggi.
Kampung Maranggi didirikan pada 2014 silam, saat Kang Dedi Mulyadi masih jadi bupati. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan para pelestari sate maranggi yang tersebar di setiap penjuru Kabupaten Purwakarta. Selain itu, berdirinya Kampung Maranggi juga sebagai daya tarik wisatawan saat berkunjung ke daerah ini. Lalu apa aja sih daya tarik dari Wisata Kuliner Kampung Maranggi ini?
Daftar Isi
Selalu ramai pengunjung
Menurut warga setempat Kampung Maranggi sejauh ini tidak pernah sepi. Setiap harinya ramai dikunjungi oleh pemburu sate maranggi dari berbagai kalangan. Meski umumnya pedagang mulai membuka kedainya pukul 7 pagi hingga 10 malam, tetapi beberapa ada yang membuka kedai hingga tengah malam. Bahkan ada juga yang 24 jam selalu siap sedia. Ada saja pengunjung yang berdatangan. Apalagi ketika Ramadan tiba, pengunjung dari berbagai kota mulai bermunculan. Kampung Maranggi sangat cocok sebagai tempat singgah saat perjalanan maupun untuk berbuka puasa.
Jongko sate maranggi yang unik
Jika kedai sate pada umumnya berbentuk rumah makan maupun sesederhana warung makan, lain halnya di Kampung Maranggi Plered ini. Penjual berjejer dengan kedainya masing-masing yang kerap disebut jongko. Di setiap jongko penjual tertera nama kedainya masing-masing, misalnya “Sate Maranggi Jongko Mang Heri”. Dan yang menjadi khasnya juga, nama jongkonya itu ditulis bukan pada papan atau kayu biasa melainkan pada sebuah nyiru, alias penampi.
Lokasi nyaman dan strategis
Kampung Maranggi yang berlokasi di Kecamatan Plered ini menyuguhnya tempat dan situasi yang nyaman, dengan parkiran luas juga fasilitas mushola dan toilet umum yang cukup bersih. Lokasinya bisa disebut strategis sebab bersebelahan dengan Stasiun Plered, berseberangan langsung dengan kantor Kecamatan Plered, serta dikelilingi oleh jalan utama daerah itu.
Oleh karena bersebelahan dengan stasiun, tidak heran jika banyak pengunjung yang berasal dari Kota Bandung maupun Garut dengan sengaja naik kereta lalu transit di Stasiun Plered hanya untuk menikmati sajian lezat khas Kampung Maranggi.
Harga sate maranggi di sini murah meriah
Jika harga sate maranggi di rumah makan besar maupun di daerah lain dapat menguras kantong, tidak dengan di Plered ini. Harganya hanya 2000 rupiah saja per tusuknya. Selain menyantap sate, kita juga bisa menambahkan nasi timbel seharga 3.500 rupiah saja. Juga bisa ditambah sop sapi yang bikin sate ini makin maknyus.
Gimana, gengs? Sudah tertarik untuk mencoba sate maranggi di Kampung Maranggi? Pokoknya semua harus coba menikmati sate maranggi ini setidaknya seumur hidup sekali. Minimal banget itu, Bolo!
Penulis: Rahma Siti Syahidah
Editor: Rizky Prasetya