Saya menulis artikel ini karena saya mendengar kisah kawan saya yang mendapati hubungan pertemanannya hancur karena ia memacari mantan pacar temannya. Hal itu membuat saya geleng-geleng kepala dan sambil sedikit tersenyum. Ada-ada saja muda-mudi di era society 5.0 ini.
Memang, terdapat aturan tidak tertulis di tengah masyarakat yang menyatakan bahwa jangan pernah memacari mantan pacar teman karena hal itu diyakini menjadi sesuatu yang tidak pantas. Saya pun bingung, entah dari mana parameternya. Terjadi polarisasi di tengah masyarakat terkait hal ini. Ada yang pro, tak sedikit pula yang kontra. Berikut versi saya.
Saya akan berangkat dari satu hal: setiap orang berhak mencintai dan dicintai. Begitu juga dengan mantan kita. Ia berhak mencintai siapapun, bahkan kepada teman kita. Kita tidak akan pernah bisa membatasi itu. Pun, teman kita. Mereka boleh saja menjatuhkan hati pada siapapun, termasuk kepada mantan kita. Saya menyadari betul bahwa kita seringkali dibuat terkejut oleh sesuatu yang namanya “perasaan”. Kalau perasaan adalah seorang manusia, ia adalah seseorang yang tidak pernah mau diatur dan ingin hidup sebebas-bebasnya.
Saya percaya, bahwa seseorang yang kesal karena mantannya malah berpacaran dengan temannya, ia belum 100 persen move on. Menurut saya, itu tidak apa-apa. Namun, kita tidak bisa melampiaskan kekesalan itu dengan mengorbankan pertemanan kita. Begini, kalau mantan kamu memang sudah tidak ada rasa, mau kamu kesal sampai bagaimana pun tidak akan mengubah apa-apa. Ya, mungkin kamu akan terlihat sedikit lebih tua karena hidup dihinggapi amarah. Lantas bagaimana solusinya? Ya, move on!
Lagian, teman kita yang berpacaran dengan mantan kita itu tidak melanggar apa pun kok. Lain hal kalau kita masih berpacaran lalu out of nowhere ia masuk ke dalam hubungan. Itu baru salah. Semua orang juga sudah pasti tahu kok, nggak perlu diajarin lagi. Sepele, Mas. Terus juga, kalau mereka berpacaran atas dasar sama-sama mau, ya silakan-silakan saja. Kenapa jadi kamu yang kebakaran jenggot? Lau sokap?
Bagi saya, kesal karena mantan berpacaran dengan teman kita sampai membuat rusak pertemanan justru menunjukkan bahwa kamu childish. Pantesan aja putus sama mantan, wong sifatmu ya kekanak-kanakan gitu.
Dari TK mana, Bos? Xixixi.
Ingat kawan, pertemanan itu mahal sekali. Kita tidak akan pernah tahu di hari esok kita akan terbantu karena pertemanan yang kita jaga selama ini. Pertahankanlah baik-baik.
Memangnya kenapa, sih, kok masih terus-terusan ngejar seseorang yang jelas-jelas sudah menolak atau pergi darimu? Apa kamu overthinking karena muka kamu pas-pasan jadi tidak ada orang yang mau menerimamu di luar sana? Tenang saja, Tuhan yang Maha Baik sudah menciptakan kita berpasang-pasangan, jadi jangan takut untuk kembali dalam pencarian cintamu, Kawan!
Yang saya yakini, kita tidak memiliki hak apa-apa terhadap seseorang yang sudah bukan siapa-siapa kita lagi. Termasuk kepada mantan kita. Kita tidak pernah tahu, boleh jadi mantan kita jauh lebih bahagia ketika bersama dengan teman kita. Bukankah keikhlasan merupakan tingkat mencintai paling dalam? Kalau begitu, biarlah dia mendapat kebahagiannya sendiri. Ikhlaskan.
Ya meski itu bullshit, tapi tetap saja, ikhlaskan. Kalau kalian memang ditakdirkan bersatu, meskipun sudah jadi mantan sekalipun, akan ada jalannya bersatu lagi. Tapi, hidup terlalu sia-sia jika dihabiskan untuk menunggu. Mending turu, ra risiko.
Berdewasalah ketika berteman. Hidup kadang pahit, kawan. Termasuk ketika mantan pacar kita memilih untuk melabuhkan hatinya kepada teman kita. Nikmati saja. Tapi yakinlah, hidupmu tidak akan berakhir hanya karena hal itu. Biarkanlah rasa sakit hinggap sejenak di hidupmu lalu persilakan waktu untuk menyembuhkan semuanya. Katanya, time heals everything. Jadi, move on sajalah.
Penulis: Bintang Jihad Mahardhika
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Yang Nyinyirin Kriteria Pasangan Itu Punya Masalah Apa, sih?