Setiap tahunnya deretan artis yang menggunakan narkoba semakin banyak saja. Tanpa perlu menunjuk oknumnya, kita semua pasti sudah tahu siapa saja artis atau penyanyi yang tersandung kasus barang haram tersebut. Seperti yang kita tahu, sekali kasus ini terungkap maka hampir semua program acara gosip di televisi akan langsung menyiarkan berita yang itu-itu terus sampai beberapa hari ke depan. Belum lagi program berita dan ditambah dengan postingan-postingan di akun berita serta akun gosip via online. Dan tak lupa, dengan postingan para netizen yang mendadak menjadi seorang jurnalis, penceramah, serta motivator dalam memposting kasus tersebut di media sosialnya.
Untuk menjadi seorang artis itu memang bukan pekerjaan yang mudah. Meski kelihatannya sepele, namun mereka bekerja di bawah tekanan dan tuntutan yang amat sangat ketat. Mereka kadang harus berkerja tanpa mengenal waktu. Kadang bisa dari pagi ke pagi atau dari malam ke malam. Padahal, mereka tak boleh menampakan wajah lelah, ngantuk, sedih, galau, ataupun bete.
Tanpa peduli apa yang para artis itu rasakan, mereka dituntut harus ceria saat di depan layar. Seperti yang kita pahami bersama bahwa dunia pertelevisian itu hanyalah panggung sandiwara. Para artis itu harus berakting membohongi diri sendiri, sebelum akhirnya mereka bisa membohongi khalayak ramai.
Bagaimana pun juga, mereka hanya manusia biasa. Mereka juga bisa lelah, sedih, putus asa, tertekan, stres, pusing, kentut, dan juga pilek. Mereka bukan sosok sempurna seperti halnya tokoh di layar televisi yang mereka perankan.
Saya pernah tanpa sengaja ketemu seorang artis di suatu tempat. Saya sangat suka dengan sosok beliau ini karena saat tampil di televisi, beliau sangat ramah, murah senyum, baik hati, dan humoris. Namun seseorang yang saya jumpai di tempat itu merupakan sosok yang amat sangat berbeda. Dia nampak seorang wanita konglomerat, anggun, dingin, sombong, dan acuh. Saat seseorang minta foto padanya, bahkan dia mengabaikan orang tersebut dan malah ngobrol dengan orang lain. Ini suasananya nggak ramai dan santai loh ya.
Saya nggak minta foto sama beliau, cuma cukup tahu saja bahwa karakter seseorang itu di layar televisi dan di dunia nyata itu merupakan dua hal yang berbeda. Mungkin sama halnya dengan ketika saya mencintai sebuah buku. Ketika saya suka sebuah buku, maka saya cukup mengagumi tulisannya tanpa harus ikutan kagum dengan kehidupan penulisnya di dunia nyata.
Para artis kerap menggunakan alasan bahwa mereka menggunakan barang haram tersebut untuk mendongkrak stamina. Semacam suplemen agar membuat tubuh tetap dalam keadaan fit dan bugar setiap saat. Pada pekerjaan yang berat dan penuh tekanan bukan dijadikan alasan untuk menghalalkan barang haram tersebut.
Sebagai publik figur, mereka tak hanya punya peran untuk diri sendiri tanpa juga punya tanggunga jawab secara moril kepada khalayak ramai. Sudah seharusnya para publik figur ini memberi contoh yang baik kepada masyarakat kita. Namun yang terjadi di lapangan justru sebaliknya. Duh, ngenes.
Sebenarnya dengan penggunaan barang haram tersebut, diri mereka sendirilah yang banyak dirugikan. Selain organ tubuh mereka akan sakit dan rusak jika menggunakan dalam jangka panjang, masa depan mereka pun akan ikutan hancur karena harus mendekam di jeruji penjara. Belum lagi karier pekerjaan mereka yang tadinya tengah bersinar, maka selanjutnya pekerjaan mereka terancam sepi dari tawaran syuting.
Untuk membuat tubuh itu sehat dan bugar, sebenarnya mereka tak harus mengonsumsi sabu-sabu. Andai, saja mereka itu membiasakan diri untuk meminum jamu tentu saja stamina mereka juga akan tetap fit dan prima. Tahu sendirikan bagaimana khasiat jamu bagi tubuh kita? Jamu ini terbuat dari bahan alami, tumbuhan yang masih segar, jadi tak perlu khawatir akan efek samping dalam mengonsumsi jamu.
Sejauh ini saya belum pernah dengar orang keracunan jamu. Kecuali dulu, saya pernah lihat berita di televisi bahwa ada kakak beradik mati setelah mengonsumsi jamu. Benar sih mereka mati setelah usai meminum jamu, tapi bukan karena jamunya, tapi karena suami si kakak ini menaruh racun di dalam jamu tersebut. Gitu deh yang saya kadang saya sebal dari para jurnalis, untuk membuat orang penasaran dan melihat berita mereka, lalu mereka membuat judul dengan versi yang ambigu.
Jamu sendiri dipercaya sejak zaman dulu bisa menyehatkan dan membuat tubuh menjadi sehat. Para tukang jamu ini sudah seperti halnya para dokter profesinonal, kita datang padanya dan mengeluh tentang rasa sakit yang kita sedang alami. Misal kita tengah nyeri haid maka tukang jamu akan meracikan jamu kunyit asem atau yang terkenal dengan sebutan kunir asem. Lalu saat kita sudah tua dan mudah pegal-pegal, maka kita akan disodorkan jamu pahitan. Dan bila kita mengeluh kalau kita ini bodoh dan susah mikir, maka si mbok jamu ini akan menyodorkan jamu Buyung Upik.
Andai saja para artis ini berlangganan jamu setiap hari, tentu mereka tak perlu keluar uang banyak untuk membeli beberapa gram barang haram tersebut. Selain menyehatkan dan membuat stamina prima, mengonsumsi jamu itu tak perlu takut miskin apalagi masuk penjara. Karena jamu tradisional itu harganya murah meriah. Bahkan 0,1 gram sabu itu kalau buat beli jamu bisa dapat berratus-ratus liter jamu.
Lihat saja orang-orang zaman dulu, mereka cuma mengonsumsi jamu setiap harinya, namun kinerjanya tetap bagus dan tak loyo. Bahkan ya, tetangga saya itu sampai umur 90 tahun, beliau masih memiliki pandangan mata yang jelas untuk membaca tulisan tanpa bantuan kaca mata. Kuping beliau pun masih berfungsi baik saat mendengarkan percakapan di telepon. Dulunya waktu muda beliau ini pemain sepak bola timnas kabupaten, ia juga tur ke sana kemari. Setelah itu ia menjadi petani dan berakhir jadi juri kunci kuburan. Saat saya tanya tips sehatnya, beliau berkata pada saya bahwa rutinlah minum jamu biar tubuh itu tetap prima.
Sekali lagi, tak perlu takut untuk mengonsumsi jamu, karena jamu ini tak menggunakan bahan pengawet ataupun MSG. Semua diracik secara tradisional dan dengan bahan alami. Lagi pula, setiap hari jamu yang dihadirkan para penjual jamu ini selalu fresh. Cesss….segerrr pokoke.
Jika ada yang bilang bahwa rasa jamu itu tak enak, maka saya balik nanya, emang rasanya sabu-sabu dan ganja itu enak ya? Nggak juga kan? Jamu itu semacam obat, kadang ada yang pahit tapi itu semua menyehatkan. Sabu itu memang bikin fly sejenak, tapi bikin tubuh hancur selanjutnya. Mending nge-fly pakai jamu pahitan brotowali, dijamin langsung On lagi.
Kalau bagi saya sendiri sih, saya nggak butuh narkoba. Buat apa pakai narkoba, jika kasur saja sudah bikin saya kecanduan buat rebahan, rebahan, rebahan terosssss.