Selain tahu Sumedang, ada lagi kuliner khas Sumedang yang sayang dilewatkan, namanya kadedemes. Tapi nasibnya terancam punah.
Ngomongin soal kuliner khas Sumedang, yang terlintas pertama kali bagi kebanyakan orang adalah tahu Sumedang. Tahu Sumedang bahkan dijadikan ikon Kabupaten Sumedang. Tahu satu ini memang berbeda dari tahu kebanyakan yang memiliki tampilan halus, putihm dan memiliki tekstur lembut. Tampilan tahu Sumedang justru seperti tahu kulit, bagian luarnya berwarna cokelat dengan tekstur kulit liat dan agak kasar.
Akan tetapi kuliner khas Sumedang bukan hanya tahu Sumedang. Ada satu lagi kuliner khas yang tergolong unik karena terbuat dari kulit singkong. Kuliner yang saya maksud adalah kadedemes.
Daftar Isi
Sejarah kadedemes
Konon, kadedemes pertama kali tercipta pada saat Indonesia masih dijajah Belanda. Saat itu, penduduk pribumi dihadapkan dengan masa sulit, sehingga mau tak mau harus mengolah bahan makanan seadanya. Akhirnya dipilihlah kulit singkong untuk memenuhi bahan makanan sehari-hari.
Arti dari kadedemes sendiri dalam bahasa Sunda adalah “merasa lebar kubarang anu kubatur mah biasa tara diarah” yang artinya merasa sayang pada barang yang dibuang dan tidak dimanfaatkan oleh orang lain. Saat itu, alih-alih dibuang, kulit singkong dimanfaatkan dan diolah menjadi makanan sehari-hari. Begitulah kadedemes tercipta.
Berbahan dasar kulit singkong yang diolah sedemikian rupa
Saya sudah menyebutkan sebelumnya kalau kuliner khas Sumedang ini terbuat dari kulit singkong. Jenis singkong yang dipakai membuat kadedemes adalah ubi kayu atau ketela pohon. Supaya kalian nggak salah paham, biar saya perjelas. Kulit singkong yang diolah menjadi kadedemes adalah yang bagian dalamnya berwarna putih atau merah muda, bukan bagian luarnya, ya.
Cara mengolah kadedemes mudah. pertama, kupas kulit singkong lalu cuci sampai bersih. Setelah itu kulit singkong direbus sampai empuk untuk menghilangkan lendirnya. Kulit singkong yang sudah direbus kemudian dicuci kembali hingga bersih, dan tiriskan.
Tahap selanjutnya, kulit singkong dipotong kecil-kecil dan siap diolah menjadi tumisan dengan aneka rempah penyedap rasa. Sama seperti bumbu tumisan lainnya, bumbu untuk membuat kadedemes antara lain bawang merah, bawang putih, cabai rawit, dan garam. Sesudah matang, kuliner khas Sumedang ini bisa disantap dengan sepiring nasi hangat.
Susah ditemukan, hampir punah
Tidak ada yang abadi di dunia ini, tak terkecuali makanan. Kuliner kadedemes yang dulu populer dan digemari sebagai santapan sehari-hari kini mulai ditinggalkan generasi muda. Kadedemes yang berasal dari Sumedang termasuk kuliner khas Sunda, bahkan sudah jarang ditemukan di rumah makan Sunda berskala kecil maupun sekelas restoran.
Kadedemes ditinggalkan bahkan dilupakan karena mungkin indra pengecap manusia berubah soal selera makan. Bisa juga kadedemes ini termasuk kuliner jadul yang tidak menarik di mata anak muda. Atau mungkin bisa jadi karena gempuran makanan serba instan, sudah tak ada lagi warung atau rumah makan yang mau mengolah kuliner kulit singkong ini.
Saya sangat menyayangkan kuliner khas Sumedang ini mulai sulit ditemukan. Padahal rasanya yang gurih dan pedas memanjakan lidah. Rugi bener kalau banyak orang yang tidak mengenal dan belum menikmati kadedemes khas Sumedang ini.
Bagi saya, melestarikan makanan bukan tentang menikmati rasa dari masa lalu. Lebih dari itu, kita bisa menghargai dan melestarikan makanan serta tradisi yang telah diwariskan dari generasi nenek moyang kita dulu.
Penulis: Acep Saepulloh
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Gunung Tampomas, Kunci Kelezatan Tahu Sumedang Asli Buatan Sumedang.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.