Orang yang baru menjejakkan kaki di suatu daerah, pasti akan kaget dan kekagetan itu, bisa menimbulkan berbagai respons. Ada yang bingung, ada yang takut. Sebagaimana saya melihat Cilacap, saya bingung dengan daerahnya. Nah, hal itu juga keluar dari ibu mertua saya, yang tinggal lama di Cilacap saat melihat Wonogiri, tempat saya lahir, besar, dan berkeluarga.
Ibu mertua saya tak sekali-kali menyatakan ketakutannya tiap kami sekeluarga sedang pergi ke suatu tempat. Baginya yang hidup di daerah yang relatif datar secara geografis macam Cilacap, Wonogiri tak ubahnya roller coaster baginya. Baru lurus berapa meter, sudah ketemu tanjakan. Kelar tanjakan, eh menurun.
Awalnya saya hanya menganggap ketakutan ibu mertua saya sebagai angin lalu. Tapi kalau dipikir-pikir, iya juga ya, Kabupaten Wonogiri itu memang daerah yang challenging. Sebab, jalan-jalan di sini kebanyakan memang berkelok dan naik turun. Dan itu ya wajar saja.
Hutan dan gunung, wajar jalannya berkelok
Dari namanya saja, sudah keliatan kalau jalanan di Wonogiri memang menantang. Nama Wonogiri, kalau saya tidak salah, adalah gabungan dari wono dan giri. Wono artinya hutan, dan giri adalah gunung. Orang bernalar pasti akan memahami kalau daerah hutan dan pegunungan, pasti jalannya berkelok-kelok serta naik turun.
Ini juga jadi alasan kenapa saya nggak pernah marah ketika dibilang Wonogiri itu hutan doang. Ya namanya aja wono, cuk, berharap isinya apa? Gedung mangkrak IKN?
Bagi saya yang hidup 3 dekade lebih di Kabupaten Wonogiri, ya jalan-jalan berkelok ini nggak bikin saya gimana-gimana. Justru seneng karena bisa bermanuver di belokan. Tapi buat kebanyakan orang yang hidup di daerah landai, ya ini beda cerita. Terlebih beberapa tanjakan dan turunan di Wonogiri memang lumayan ekstrem.
Salah satunya di tanjakan Selogiri dekat Pabrik Jamu Air Mancur. Memang tidak seekstrem tanjakan Mangunan, tapi tanjakannya nggak cuman naik, tapi berkelok dan lumayan tajam. Padahal itu bisa dibilang pintu masuk Wonogiri. Kalau di pintu masuk saja sudah disuguhi tanjakan lumayan ekstrem, apalagi daerah lainnya kan?
Jadi, jangan pernah ragukan kemampuan berkendara orang asli Kabupaten Wonogiri. Sejak lahir, kami sudah belajar menaklukkan tikungan ekstrem dan berjibaku melawan tanjakan tanpa ujung.
Baca halaman selanjutnya




















