Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Nganjuk di Mata Orang Surabaya: Warganya Begitu Ramah, tapi Kotanya Tak Bergairah

Adhitiya Prasta Pratama oleh Adhitiya Prasta Pratama
29 Februari 2024
A A
Bendungan Semantok Nganjuk, Bendungan yang Mengangkat Derajat Warga Nganjuk Mojok.co kabupaten nganjuk, surabaya

Bendungan Semantok Nganjuk, Bendungan yang Mengangkat Derajat Warga Nganjuk (sda.pu.go.id)

Share on FacebookShare on Twitter

Orang-orang Kabupaten Nganjuk saya akui memang sangat ramah ketimbang orang Surabaya. Tapi, selain keramahan, ada hal lain yang bikin saya begitu heran, kota ini sepi banget!

Hampir enam minggu saya tinggal di Nganjuk. Urusan pekerjaan memaksa saya untuk sementara waktu berada di Kota Angin ini. Dari Surabaya ke Nganjuk, setidaknya butuh waktu 2,5 hingga 3 jam menggunakan motor. Tapi, saya lebih suka naik bus Sumber Kencono atau Sugeng Rahayu untuk ke sana. Selain karena waktu tempuhnya sama, soal ongkos juga memang lebih irit.

Mengunjungi Kabupaten Nganjuk untuk pekerjaan singkat, membuat saya yang cukup lama tinggal di Surabaya mengalami culture shock. Saya sendiri awalnya memang asing dengan kota ini. Wajar, gemerlap kota Surabaya seakan menutup eksistensi kota-kota lain di sekitarnya. Apalagi saat ini saya sudah sah kalau disebut sebagai akamsi Surabaya. Dan ya, bagi sebagian orang Surabaya, Nganjuk adalah kota yang kurang populer. Jauh di mata, jauh juga di telinga.

Awalnya, saya terperangah ketika memasuki gapura selamat datang di Kota Angin ini. Lantaran sematan Kota Angin bagi Kabupaten Nganjuk saya akui memang tidak salah. Angin sejuknya saya yakin bisa memadamkan angin panas di Surabaya. Namun, ini tak hanya bicara soal angin. Ada banyak hal yang membuat orang Surabaya seperti saya merasakan culture shock dengan kabupaten Nganjuk ini.

Kabupaten Nganjuk minim gedung tinggi

Nganjuk tidak seperti Surabaya yang dipenuhi dengan gedung-gedung tinggi menjulang. Rasanya, saya sendiri seperti terlempar ke masa lalu. Mata yang sudah terbiasa dengan gedung tinggi di Surabaya, seakan begitu asing saat masuk kota ini. Malahan, di awal-awal saya cukup kurang bisa membedakan, mana pusat kota Nganjuk dan mana kecamatan biasa. Mohon maaf, bagi saya, hampir sama saja.

Pengalaman ketika mencari pusat perbelanjaan menjadi awal culture shock saya di Nganjuk. Sebab, saya hanya menemukan bangunan-bangunan rendah yang tampak seperti ruko-ruko atau swalayan kecil. Saya sebagai orang Surabaya bukannya sombong, lho, ya. Tapi memang benar-benar begitu adanya. Bahkan, tempat yang mereka sebut sebagai mal di Nganjuk, yakni LUWES, terlihat tak lebih dari swalayan yang sering saya temui di Ketintang.

Harga makanan tak menguras kantong

Meski begitu, saya cukup bersyukur sempat singgah di kota ini. Utamanya ketika membeli makanan sehari-hari. Di situ, saya pun kembali terkejut. Lantaran harga makanan di sini nyaris dua kali lipat lebih murah dibandingkan dengan harga makanan di Surabaya. Maka tidaklah heran, jika ada orang yang bilang kalau Kabupaten Nganjuk jadi satu-satunya kota di Jawa Timur yang bikin kita kaya raya. Lha wong murah get, kok!

Pengalaman saya berbicara. Ketika saya makan “Soto Pak Mun” di jalan A. Yani, menjadi bukti nyata betapa murahnya harga makanan di sini. Bersama teman-teman saya dari Surabaya, kami menikmati 4 porsi soto yang cukup jumbo, dengan sate usus 4 tusuk, es teh 4 gelas, dan kerupuk sebanyak 20 biji. Kami mengira kalau kami akan habis Rp100 ribu dengan masing-masing orang membayar Rp25 ribu. Akan tetapi, betapa kagetnya, kami hanya cukup membayar dengan harga Rp48 ribu saja. Peehhh!

Baca Juga:

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

Saya pun akhirnya bolak-balik mengulangi rincian makanan yang kami pesan. Seakan saya tidak percaya bahwa makanan sebanyak itu cukup kami bayar dengan harga murah. Saya pun mbatin, coba kalau makan di Surabaya, uang Rp50 ribu dengan pesanan serupa nggak akan cukup.

Warga Nganjuk sangat ramah

Selain murahnya harga makanan yang membuat saya terkesan, keramahan penduduk Kabupaten Nganjuk juga patut saya acungi jempol. Pengalaman saya saat melakukan supervisi di Kecamatan Gondang, Baron, dan Patianrowo menjadi bukti. Saya disambut dengan senyum hangat dan sikap ramah dari warga setempat. Mereka tampak sangat antusias dalam membantu dan menyambut kedatangan saya. Seolah-olah, saya adalah tamu yang sangat istimewa.

Bahkan, ketika saya mencoba bertanya alamat, mereka tak segan-segan untuk mengantar saya sampai ke tujuan. Padahal, kami belum pernah mengenal sebelumnya. Dan, alamat yang saya tuju terkadang ada di dusun seberang. Hal ini tidak sekali-dua kali saya alami, tetapi beberapa kali. Tentunya, ini sangat berbeda dengan suasana di Surabaya. Di kota besar itu, kerap kali kita akan menemui ketidakpedulian atau bahkan sikap cuek dari sebagian penduduknya. Malahan, bertanya alamat pun bisa terasa sulit di Surabaya, apalagi meminta bantuan lebih lanjut. Hmmm!

Tetap sepi, meskipun sudah di pusat kota

Namun sayangnya, atmosfer ramah-tamah dan harga makanan murah di Nganjuk sering kali disertai dengan ketenangan yang berlebihan, yakni sepi. Pasalnya, pusat kota Nganjuk terasa sepi bagi orang Surabaya seperti saya. Saya juga tidak asal bicara. Nganjuk memang sesepi itu, Gaes.

Bahkan, ketika saya ngobrol dengan akamsi sana, sebenarnya ada satu tempat yang digadang-gadang akan menyaingi Batu Night Spectacular (BNS), yakni Nganjuk Night Carnival (NNC). Akan tetapi, bukannya terus bersaing, NNC mengalami penurunan pengunjung drastis. Bahkan, wisata yang juga dikenal dengan The Carnival ini juga defisit Rp20 juta per bulan karena sepi pemasukan.

Selain itu, kalau kita lewat di jalan A. Yani hampir setiap 50 meter terdapat angkringan di sisi kanan dan kirinya. Banyaknya angkringan yang ada, nyatanya berbanding terbalik dengan konsumennya. Saya tidak tahu kenapa kota ini sangat sepi. Bahkan, di alun-alun Nganjuk pun tidak seramai alun-alun yang ada kota-kota biasanya. Apalagi seperti alun-alun di Surabaya. Malahan, pengamatan saya berkata kalau saya lebih sering menemukan penjual pentol bakar di sudut alun-alun ketimbang pengunjung yang datang. Baiiiiiyuh…

Pengalaman singkat saya singgah di Kabupaten Nganjuk dipenuhi kenangan keramahan penduduk dan harga makanan yang murah meriah. Dan, jangan terlalu terkejut jika kalian, khususnya orang Surabaya, menemukan pusat kota Nganjuk yang sepi, tidak ada gedung tinggi, mall, dll. Nganjuk memang jauh dari gemerlap seperti yang sering ditemukan di Kota Pahlawan. Tapi, setidaknya, pengalaman tinggal di Nganjuk jadi pengalaman yang tak terlupakan bagi orang Surabaya.

Penulis: Adhitiya Prasta Pratama
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Merasakan Kehidupan di Nganjuk, Kabupaten yang Biasa Aja Namun Tetap Nyaman Ditinggali

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 28 Februari 2024 oleh

Tags: culture shockKabupaten Nganjukkuliner murahSurabaya
Adhitiya Prasta Pratama

Adhitiya Prasta Pratama

Seorang mahasiswa yang hobi baca apa aja di depannya.

ArtikelTerkait

Jalanan Situbondo Itu Mirip Dangdut Koplo, Bikin Kendaraan Bergoyang!

Jalanan Situbondo Itu Mirip Dangdut Koplo, Bikin Kendaraan Bergoyang!

11 Mei 2023
4 Alasan Surabaya Nggak Perlu Bangun Mal Baru Lagi Mojok.co

4 Alasan Surabaya Nggak Perlu Bangun Mal Baru

6 Januari 2025
Pemkot Surabaya yang Tak Bisa Urus Diri, Malah Pengendara Plat M yang Dihakimi

Pemkot Surabaya yang Tak Bisa Urus Diri, Malah Pengendara Plat M yang Dihakimi

25 Juli 2024
Apa pun Kejahatan di Surabaya, Orang Madura Selalu Dijadikan Kambing Hitam jawa timur

Apa pun Kejahatan di Surabaya, Orang Madura Selalu Dijadikan Kambing Hitam

14 September 2024
Surabaya Belum Butuh Kereta Tanpa Rel, Mending Perbaiki Dulu Transportasi Umum yang Sudah Ada Mojok.co

Surabaya Belum Butuh Kereta Tanpa Rel, Mending Perbaiki Dulu Transportasi Umum yang Sudah Ada

10 Juni 2024
Sakinah Supermarket Penguasa Surabaya Timur, Alfamart dan Indomaret Nggak Ada Apa-apanya Mojok.co

Sakinah Supermarket Penguasa Surabaya Timur, Alfamart dan Indomaret Nggak Ada Apa-apanya

24 April 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

24 Desember 2025
Lamongan Memang Maido-Able, sebab Lamongan Problematik dan Memprihatinkan

Lamongan Memang Maido-Able, sebab Lamongan Problematik dan Memprihatinkan

30 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025
Penjelasan Ending Film The Great Flood buat Kamu yang Masih Mikir Keras Ini Sebenarnya Film Apa

Penjelasan Ending Film The Great Flood buat Kamu yang Masih Mikir Keras Ini Sebenarnya Film Apa

28 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Orang Tak Tegaan Jadi Debt Collector: Tak Tagih Utang Malah Sedekah Uang, Tak Nikmati Gaji Malah Boncos 2 Kali
  • Biro Jasa Nikah Siri Maikin Marak: “Jalan Ninja” untuk Pemuas Syahwat, Dalih Selingkuh, dan Hindari Tanggung Jawab Rumah Tangga
  • Didikan Bapak Penjual Es Teh untuk Anak yang Kuliah di UNY, Jadi Lulusan dengan IPK Tertinggi
  • Toko Buku dan Cara Pelan-Pelan Orang Jatuh Cinta Lagi pada Bacaan
  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.