Kemacetan dan kemiskinan yang tak ada ujungnya
Berbicara tentang kemacetan, siapa sih yang suka macet? Nggak ada, kan? Saya rasa kemacetan di kota ini sudah mulai menjamur. Hal ini disebabkan oleh jumlah pendatang yang semakin banyak. Ada juga para pedagang “liar” yang berjualan di pinggir jalan sehingga mengganggu lalu lalang kendaraan.
Ngapunten sanget, Bapak Husain, mohon diperbanyak area relokasi untuk pedagang kaki lima. Sudah jalan sempit, eh ditambah pedagang kaki lima. Yo tambah sesek, Pak.
Masalah epic lainnya yaitu mengenai kemiskinan. Masalah ini masih kerap kali menjadi momok yang menakutkan di Kabupaten Banyumas. Berbagai upaya dilakukan. Salah satunya dengan mencairkan dana BLT. Tapi, mau bagaimanapun ini bukan soal uang, ini soal pola pikir. Ketika diberi bantuan BLT hanya untuk hura-hura bukan untuk modal, maka uang itu akan raib seketika. Seharusnya ada arahan dari pemerintah agar warga mampu menggunakan dana BLT sebagai modal usaha mereka agar mengikis kemiskinan sedikit demi sedikit.
Banyumas x Jogja
Banyumas juga nggak kalah sama Yogyakarta, loh. Di Jogja ada klitih, di Banyumas juga muncul geng motor yang mulai meresahkan warga. Terakhir kali, ada geng motor yang melemparkan petasan di tengah alun-alun Purwokerto. Apa nggak edan, tuh?
Mungkin, kejadian ini karena kurangnya ruang publik bagi para pemuda-pemudi di kota ini. Atau mungkin, ruang publik seharusnya digratiskan bagi para pemuda. Agar mereka bisa menyalurkan gejolak masa muda ke arah yang positif.
Dari berbagai dilema yang ada, Kabupaten Banyumas akan selalu menetap di hati saya. Suatu saat nanti, saya yakin, Banyumas akan menjadi sebuah Kabupaten impian kita bersama.
Sugeng Ambal Warsa Kabupaten Banyumas yang ke 452. “Banyumas tatag, teteg, tutug”. Nyong Banyumas, nyong warga ngapak, nyong bangga!
Penulis: Yanuar Abdillah Setiadi
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Saatnya Purwokerto Memisahkan Diri dari Kabupaten Banyumas