KA Serayu, kereta murah yang nggak kenal molor. I love you!
Kalau kata Mbah Sujiwo Tejo, hidup itu mengolah keluhan menjadi senandung. Kalau saya agak beda. Saya mengubah keluhan menjadi tulisan. Makanya, banyak tulisan saya yang isinya mengeluh terus. Seperti ngeluhin provider yang saya gunakan. Atau brand produk busana yang pernah saya beli. Pokoknya, banyak hal yang pernah saya keluhkan. Kecuali mengeluhkan kinerja pemerintah. Soalnya, pemerintah Indonesia mah kerjanya bagus. Bahkan tanpa cela. Tapiii bohong, hiya hiya hiya.
Dalam tulisan ini, saya nggak bakal banyak mengeluh. Saya malah mau mengapresiasi. Bahkan berterima kasih atas keberadaan layanan ini.
Layanan yang saya maksud adalah alat transportasi umum berupa kereta api. Layanan Kereta Api Serayu dari PT. Kereta Api Indonesia. Atau yang akan saya singkat dalam tulisan ini menjadi KA Serayu.
Serayu berasal dari nama salah satu sungai besar yang berada di Jawa Tengah. Sungai tersebut membelah Kabupaten Banyumas, Kabupaten Cilacap, dan Kabupaten Purbalingga. Konon, asal muasal aliran sungai ini adalah air seni Werkudara, anggota Pandawa.
KA Serayu memiliki rute Purwokerto-Pasar Senen via jalur selatan (Kroya-Bandung Kiaracondong). Ada beberapa stasiun besar yang KA Serayu lintasi. Seperti Stasiun Bekasi, Stasiun Jatinegara, dan Stasiun Kiaracondong.
Jumlah gerbong KA Serayu juga cukup sedikit. Hanya ada delapan gerbong saja. Enam gerbong untuk tempat duduk penumpang, satu gerbong untuk kereta makan dan pembangkit, sedangkan satu gerbong lagi untuk kereta bagasi.
Baca halaman selanjutnya
Sebenarnya fasilitas KA Serayu itu biasa saja…
Sebenarnya fasilitas KA Serayu itu biasa saja. Sama seperti kereta api kelas ekonomi pada umumnya: tempat duduk tegak lurus 90 derajat, saling berhadap-hadapan. Tentu, kaki nggak bisa selonjoran dengan nyaman. Jika punya ukuran paha dan kaki yang besar, dengkul antarpenumpang bisa saling bertemu.
Dari keterangan di atas, kamu sudah bisa membayangkan betapa kurang nyaman ketika duduk di kereta tersebut. Atau mungkin kamu nggak perlu membayangkan lagi.
Meskipun fasilitas KA Serayu yang biasa-biasa saja, ada pula yang patut dipuji. Misal Pendingin ruangan KA Serayu cukup dingin, serta toiletnya yang begitu bersih.
Lantas kenapa saya mau mengapresiasi layanan KA Serayu?
Bagi saya, Serayu punya tiga keunggulan yang bagi saya amat vital untuk kehidupan saya. Keunggulan pertama adalah stasiun yang dilintasi oleh KA Serayu. Dalam lintasannya, KA Serayu transit di dua stasiun yang dekat dengan rumah orang tua dan mertua saya. Stasiun tersebut adalah Stasiun Cikarang dan Stasiun Sidareja.
FYI, nggak banyak lho kereta api yang transit di dua stasiun tersebut, mengingat kedua stasiun tersebut bukan stasiun besar. Apalagi Stasiun Sidareja di Kabupaten Cilacap. Oleh karena transit di kedua stasiun tersebut, saya memiliki opsi transportasi tambahan dari rumah orang tua ke rumah mertua saya, selain bus dari Sinar Jaya dan Budiman.
Untuk keunggulan kedua adalah harga tiketnya yang sangat-sangat terjangkau. Cukup mengeluarkan 63-67 ribu rupiah saja untuk sekali jalan dari Stasiun Sidareja-Stasiun Cikarang. Jujur, murahnya itu sangat nggak ngotak. Sebagai gambaran, tiket bus paling murah dari Terminal Sidareja sampai Cikarang itu 120 ribu. Harganya nyaris dua kali lipat harga tiket KA Serayu. Harga segitu nggak dapat fasilitas makan lho ya.
Keunggulan ketiga atau keunggulan yang terakhir adalah waktu tempuh. Bus dari Terminal Sidareja tujuan Cikarang normalnya membutuhkan waktu tempuh rata-rata delapan jam lebih sedikit. Kadang malah bisa sampai sembilan jam. Tergantung kondisi kepadatan lalu lintas.
Sedangkan KA Serayu cuma membutuhkan delapan jam sebelas menit, dari Stasiun Sidareja ke Stasiun Cikarang. Yang perlu digaris bawahi adalah, KA Serayu itu waktu tempuhnya sangat presisi. Berbeda dengan transportasi lain yang kerap melenceng dan molor. Padahal harga tiketnya jauh lebih terjangkau.
Dengan berbagai keunggulan tersebut, saya haturkan terima kasih kepada PT. KAI atas keberadaan KA Serayu. Tapi kalau boleh usul, kalau bisa gerbongnya ditambah dong. Supaya sobat kere hore seperti saya ini, lebih banyak yang terbantu dengan keberadaan kereta tersebut.
Sumber gambar: Syaifan Bahtiar Nirwansyah via Wikimedia Commons
Penulis: Ahmad Arief Widodo
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Argo Wilis: Raja Selatan Penghubung Kota Pahlawan dan Bumi Parahyangan