Jurusan PBSI Memang Jurusan yang Nanggung: Mau Jadi Guru Masih Harus PPG, Sastranya Juga Nggak Terlalu Dalam

Jurusan PBSI Memang Jurusan yang Nanggung: Mau Jadi Guru Masih Harus PPG, Sastranya Juga Nggak Terlalu Dalam PPG Calon Guru

Jurusan PBSI Memang Jurusan yang Nanggung: Mau Jadi Guru Masih Harus PPG, Sastranya Juga Nggak Terlalu Dalam

Jika ada daftar jurusan kampus yang layak mendapat predikat “nanggung”, maka jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) harus masuk di dalamnya. Jurusan PBSI ini memang nanggung. Aspek pendidikannya sulit (dipersulit?), aspek bahasa dan sastranya juga nggak dalam, kalah sama anak murni. Kalau mau disamakan, nanggungnya PBSI sama HI itu mirip-mirip, lah.

Mungkin kalian bertanya-tanya, mengapa jurusan PBSI ini dianggap nanggung. Bukannya PBSI ini jadi jurusan dengan peminat yang tinggi? Anggapan bahwa PBSI jurusan yang nanggung ini sebenarnya sudah lama muncul. Sejak saya kuliah di Sastra Indonesia murni dan berteman dengan banyak anak PBSI, mereka sudah kerap ngguyoni betapa nanggungnya jurusan PBSI ini, dan betapa irinya mereka dengan anak Sasindo murni.

Makanya, anggapan bahwa jurusan PBSI itu adalah jurusan yang nanggung saya lempar lagi ke teman-teman saya yang lulusan PBSI. Saya ingin tahu bagaimana pendapat mereka tentang anggapan ini, tentunya dengan mode yang lebih serius dikit.

Sastranya nggak sedalam anak Bahasa dan Sastra Indonesia murni

Salah satu mengapa anak PBSI itu iri dengan anak Sasindo murni ya karena aspek sastra yang dipelajari di PBSi nggak sedalam dan sebanyak yang dipelajari di Sasindo murni. Pengetahuan mengenai bahasa dan sastra anak PBSI nggak sedalam pengetahuan anak murni. Keirian mereka ini sudah saya dengar dari zaman saya masih kuliah. Ya meskipun nadanya kerap guyon, tapi saya melihat ada iri yang serius di dalamnya.

Dan iri ini masih bertahan sampai sekarang. Teman-teman saya anak PBSI yang dulu iri dengan saya yang anak Sasindo murni, masih mengatakan hal serupa ketika saya tanyakan tentang jurusan PBSI yang nanggung. Pendapat mereka masih sama, meskipun sekarang sudah sangat berdamai. Mereka yang pernah (atau mungkin masih) iri dengan Sasindo murni, juga mengiyakan anggapan bahwa PBSI adalah jurusan yang nanggung.

Namun, bukan berarti anak PBSI, lulusan PBSI nggak punya kesempatan berkecimpung bahkan berkarier di dunia sastra. Nggak sedikit lulusan PBSI yang punya pemahaman bahkan punya karier yang lebih baik daripada lulusan Sasindo murni di dunia sastra. Maksudnya, pengetahuan sastra anak PBSI yang nggak sedalam anak Sasindo murni memang nggak jadi jaminan, tapi cuma jadinya nanggung aja.

Anak PBSI kalau mau jadi guru masih harus PPG, mau jadi dosen harus minimal S2

Masalah utamanya ya di sini. Sebagian (mungkin besar) anak jurusan PBSI pasti akan memandang dirinya menjadi pengajar, baik itu guru atau dosen. Kuliah di PBSi nampaknya sudah cukup bagi mereka untuk nantinya jadi guru. Istilahnya, jalan mereka jadi guru atau dosen akan lebih mudah ketimbang mereka yang kuliah di jurusan non-pendidikan.

Namun, jalan anak PBSI untuk jadi pengajar ternyata nggak mudah. Lulusan PBSI kalau mau jadi guru, harus ikut PPG dulu selama setahun. Kita tahu, lah, gimana ruwetnya dan gimana kurang jelasnya regulasi PPG dalam beberapa tahun terakhir ini.

Mau jadi dosen juga nggak mudah. Mereka harus kuliah S2 lagi, bahkan kalau sudah lulus S2 masih disuruh kuliah S3 yang biayanya nggak murah. Udah gitu nanti kalau nanti jadi guru atau dosen, gajinya juga belum layak. Plus, jadi guru atau dosen bahasa Indonesia kayak terdengar “kurang keren” gitu. Dilema banget.

Maka nggak heran kalau dari aspek-aspek ini, jurusan PBSI dianggap sebagai jurusan yang nanggung. Aspek sastranya yang kurang mendalam, aspek pendidikannya juga ruwet, ribet, dan rumit.

Guru masih jadi profesi idaman banyak orang

Sekarang mari kita jawab pertanyaan di atas yang belum terjawab. Jika memang PBSI adalah jurusan yang nanggung, mengapa PBSI masih punya peminat yang tinggi?

Jawaban pertama: Guru masih jadi profesi idaman banyak orang. Lulus kuliah lalu jadi guru itu masih jadi jalan paling aman. Guru masih dipandang sebagai profesi yang mulia, tanpa melihat bagaimana guru ini banyak yang dibayar murah sekali. Masih banyak orang yang fokus dengan kata “mulia” bukan dengan kata “layak”. Itulah mengapa masih banyak orang yang memilih jurusan pendidikan, salah satunya jurusan PBSI.

Jawaban kedua: PBSI jadi jurusan pendidikan yang kelihatan mudah. Ingat, kelihatan mudah, bukan benar-benar mudah. Kelihatannya kita memang cuma belajar bahasa Indonesia, lalu lulus jadi guru bahasa Indonesia. Padahal, bahasa Indonesia itu rumit. Sastra Indonesia itu rumit. Dan menjadi pengajar bahasa dan sastra Indonesia itu jelas nggak mudah. Cobain sendiri, deh.

So, dari aspek-aspek di atas, jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) memang nanggung, kan?

Penulis: Iqbal AR
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Lulus Cuma Jadi OB, tapi Gaji Bisa buat Sepelekan Guru Honorer

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version