Selain WC mampet, polisi tidur, dan tukang parkir yang tiba-tiba muncul, hal yang nggak kalah nyebelin adalah orang yang suka pinjam helm tanpa izin. Iya, ini serius.
Coba Anda bayangkan saat Anda buru-buru dan sudah pengin mengambil motor lalu cuss, tiba-tiba helm yang tersimpan di kaca spion motor Anda hilang entah kemana. Pikiran macam-macam pun berkelindan. Dan yang paling mengkhawatirkan adalah jangan-jangan helm digondol maling.
Namun, beberapa saat kemudian, saat kita sudah putus asa nyari sana-sini, atau mengikhlaskan kepergian si helm. Eh, tiba-tiba nongol di tempatnya seperti semula. Asli bikin jengkel dan pengin mengumpat. Ini nggak terjadi sekali, tapi berkali-kali saya mengalami.
Misalnya beberapa waktu lalu saat jam kantor usai. Dari kejauhan lamat-lamat terdengar suara lantunan ayat suci sebagai tanda jika sebentar lagi azan magrib berkumandang. Saya melangkah cepat ke arah parkiran, berpacu dengan waktu sebelum senja keemasan di ujung langit sana berubah gelap.
Setibanya di tempat parkir motor, eh tiba-tiba helm yang menancap di kaca spion saya hilang tanpa jejak. Saya mulai panik dan mondar-mandir, bertanya kepada orang sekitar yang saya jumpai, tapi jawabannya mengecewakan. Tak berhenti sampai di situ, saya kemudian mengirim pesan ke grup WhatsApp yang berisi teman sekantor dengan harapan salah seorang dari anggota grup ini tahu keberadaan helm saya. Namun, jawabannya sama. Tetap nihil.
Setelah bosan nyari sana-sini, akhirnya saya pun pasrah. Ambil hikmahnya saja, mungkin dengan hilangnya helm saya yang nilai estetisnya sudah merosot jauh, saya punya alasan untuk beli helm baru tanpa harus menyesal dengan pikiran buang-buang duit.
Namun, tiba-tiba ketika sudah di atas motor dan bersiap menancap gas untuk pulang ke rumah. Dari kejauhan, mata saya samar-samar menangkap pengendara yang melaju ke arah saya menggunakan helm mirip milik saya. Dan benar saja, helm yang digunakan oleh orang yang tak lain teman kantor saya ini adalah helm yang sudah saya cari setengah mampus. Ia pun mengembalikan helm itu sembari mengucapkan terima kasih dan maaf, kemudian berlalu pergi.
Tolong buat orang-orang seperti ini kalau pinjam helm minta izin dulu dong. Yah, mungkin Anda buru-buru untuk segera menuntaskan keperluan Anda, tapi Anda setidaknya bisa mengabari si pemilik helm, kan mudah, tinggal telepon atau mengirim pesan, “Bro, pinjam helm sebentar ya!” Beres. Pasti diizinkan kok kalau memang helmnya lagi nggak dipakai. Atau juga bisa ngomong kepada orang yang Anda kenal untuk menyampaikan ke si pemilik helm. Jangan sampai membuat si pemilik helm kesusahan setengah mampus nyari sana-sini.
Sebenarnya untuk mengamankan helm dari orang-orang semacam ini, kita bisa menyimpan helm di tempat yang mudah kita pantau. Bisa juga mengaitkan tali helm di sisi sadel atau dimasukkan ke dalam bagasi motor jika harus repot membawa helm kemana-mana.
Namun, tak semua motor memiliki bagasi besar untuk menyimpan helm. Pun, besar kemungkinan helm akan basah saat hujan, karena posisi comfort liner helm yang bersentuhan dengan wajah dan rambut akan menghadap ke atas jika dikaitkan di sisi sadel motor. Maka, kadang kita lebih memilih untuk menyimpan helm di kaca spion motor.
Sialnya, kondisi seperti ini yang sering dimanfaatkan oleh orang yang tak bertanggung jawab untuk seenaknya pinjam helm tanpa izin terlebih dahulu. Padahal sebenarnya memakai helm bukan perkara keren atau tidak, bukan perkara ada polisi atau tidak, juga bukan perkara jauh atau dekat. Ini soal keselamatan, yang nggak boleh kita anggap remeh. Musibah itu bisa datang kapan saja, di mana saja, dan tak pandang bulu, loh.
Sebab itu, mengingat betapa pentingnya fungsi helm, seharusnya Anda punya helm sendiri, juga tak lupa membawa helm saat pengin bepergian sehingga Anda tak perlu lagi mengandalkan pinjam helm milik orang lain. Apalagi jika Anda mengambil helm tanpa izin, asli, Anda ini sangat menyebalkan.
Jadi mulai sekarang, bagi Anda yang suka pinjam helm seseorang tanpa seizin pemiliknya, tinggalkan kebiasaan Anda ini yang bisa nyusahin orang, Bosss. Kami memang nggak rugi secara materi, toh helm kembali dalam keadaan sehat walafiat. Sayangnya, kami sudah telanjur kebingungan dulu, blingsatan karena takut dicuri maling. Di kepala kami sudah ada skenario menyisihkan uang bulanan buat beli helm. Hadeeeh, deg-degannya itu bikin capek. Mana kami juga rugi waktu dan menunggu kalian kembali.
BACA JUGA Jago Menawar di Pasar Bukan Prestasi, tapi Ketidakberpihakan pada Pedagang Kecil dan tulisan Munawir Mandjo lainnya.