Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Jogja: Saya Cemburu Padamu

Tappin Saragih oleh Tappin Saragih
3 Agustus 2019
A A
Salah Kaprah Anggapan Jogja Serbamurah. Tabok Saja kalau Ada yang Protes! terminal mojok.co

Salah Kaprah Anggapan Jogja Serbamurah. Tabok Saja kalau Ada yang Protes! terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Jogja berhasil membuat saya cemburu. Oh ya, sebelumnya saya cerita dulu. Saya pertama kali datang ke Jogja tahun 2010. Rencana saya, kuliah musik di ISI. Dan itu tercapai sesudah menganggur satu tahun lebih (ah, jadi sedih ingat masa itu, hehe). Saya tinggal di Prancak Glondong Sewon—utara ISI—selama lima tahun.

Bulan ini genap sembilan tahun saya tinggal di Jogja. Walau sekarang saya sudah tinggal di Mrican—kota, tapi saya masih sering kok main ke Sewon. Main ke tempat teman yang tidak lulus-lulus. Melihat pameran lukisan. Yang lebih sering sih kangen masakan Mas Pur (baca: poor) yang murah meriah tapi enak itu. (Ngomong-ngomong, wajahnya mirip Freddie Mercury loh. Apalagi kumisnya, hehe)

Lalu gimana bentuk konkrit rasa cemburu saya? Jadi begini. Tahun baru yang lewat—2019—saya pulang kampung (sebenarnya malas, karena selalu ditanyain kapan nikah atau disuruh lamar PNS, hehe). Hati saya teriris-iris melihat kenyataan kampung saya—desa Pematang Purba, Kabupaten Simalungun. Masih ingat kan daerah Kapal Sinar Bangun yang dibiarkan tenggelam di dasar danau itu? (gosipnya sih biaya angkatnya mahal, bisa bikin rugi pemerintah) Nah, itu tetangga kampung saya.

Dibandingin Sewon—sepanjang Jalan KH. Ali Maksum—kampung saya ketinggalan jauh. Sembilan tahun perubahannya sangat drastis. Sementara kampung saya—seumur saya hidup—tidak ada perubahan yang berarti.

Sekarang mari kita bandingkan. Dulu, saya dan teman kos sering naik sepeda atau jalan kaki keliling-keliling. Sawah masih terbentang luas. Di mana-mana masih terasa sepi. Sekarang, sawah sudah hampir ludes. Di mana-mana bangunan berdiri kokoh. Toko, warung makan, perumahan, café dan kos-kosan. Sewon jadi ramai. Kampung saya mah paling yang berubah satu dua rumah. Yang dulu papan sekarang jadi beton. Rumah yang benar-benar baru masih bisa dihitung jarilah.

Sejak pertama di Jogja saya juga sudah iri masalah jalan raya. Di sekitar sewon, jalan-jalan ke sawah aja sudah aspal. Di tempat saya, jalan lintas antar kabupaten aja masih banyak lobangnya. Kalau musim hujan, jalan sudah bisa dipakai untuk beternak lele atau menanam pisang. Sekarang sedikit berkurang karena kantor bupati pindah ke daerah yang paling banyak lobangnya.

Masalah kenderaan? Tahun 2010, di mana-mana masih banyak sepeda. Di sekitar sewon, semua rata-rata naik sepeda. Petani, anak sekolah, anak kuliah, ya naik sepeda. Setiap keluarga paling tidak pasti punya satu sepeda. Sekarang, sepeda itu sudah mulai hilang. Rata-rata orang naik sepeda mesin—sepeda motor. Bahkan, anak-anak kuliah sekarang sudah banyak pakai sepeda motor. Becak aja sekarang semakin banyak pakai mesin.

Sementara di kampung saya, dari dulu itu-itu aja. Paling ganti pemilik. Lalu ganti merek. Body-nya, ya kebanyakan masih sama. Paling satu dua mobil baru. Bayangin, jalan berlobang-lobang lalu naik mobil jelek dengan sopir yang ugal-ugalan, apa yang terjadi? Bokong akan dihantam besi berkali-kali. Itu lumrah di sana. Sudah makanan sehari-hari.

Baca Juga:

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Liburan Tetap Menyenangkan

Selain itu, saya cemburu karena di sini pembangunannya gila-gilaan. Di mana-mana mulai banyak berdiri mal yang megah. Hotel-hotel berkelas semakin banyak. Warga yang dulu banyak  menggunakan sumur biasa, sekarang mulai beralih menggunakan sumur mesin. Sementara di kampung saya, air kadang masih sulit, meski sudah pakai sumur bor. Sampai sekarang, masih banyak warga yang ke pergi sungai walau jauh.

Di sini banyak aktivis atau seniman idealis yang siap menyuarakan kegelisahan rakyat kecil. Di kampung saya, tidak ada yang peduli. Di sini media banyak meliput, beritanya bisa laku. Kalau di sana, media tertarik kalau peristiwanya besar dan menjual seperti kasus Sinar Bangun yang tenggelam.

Satu lagi yang membuatku cemburu, soal kekompakan. Di sini, pemerintah, tukang parkir (ATM bahkan kadang diparkirin) pengusaha dan rakyat—mungkin juga preman—saling bahu membahu menjalankan roda pemerintahan dan perekonomian. Jadi pemerintah untung, rakyat juga untung. Semua pihak untung. Kalau di sana, yang mendapatkan keuntungan itu-itu saja.

Saya benar-benar cemburu dengan Jogja. Sesuai dengan namanya, benar-benar istimewa. Saya kadang menghayal kampung saya—kabupaten Simalungun—suatu hari bisa seperti Jogja. Atau setidaknya seperti Sewon. Maju dan berkembang. Jalannya bagus. Di mana-mana ada berdiri kokoh hotel, mal, café dan berbagai usaha bisnis. Wajah kampung saya tidak gitu-gitu aja. Masalah—kerumitan hidup—naik kelas. Ah, tapi sudahlah. Mungkin semua itu hanya mimpi.

Terakhir diperbarui pada 9 Februari 2022 oleh

Tags: cemburuJogjajogja istimewaMalioboroYogyakarta
Tappin Saragih

Tappin Saragih

ArtikelTerkait

8 Ciri Warung Nasi Pecel yang Sudah Pasti Tidak Enak (Shutterstock)

8 Ciri Warung Nasi Pecel yang Sudah Pasti Tidak Enak dan Cukup Sekali Saja Dikunjungi

18 Oktober 2025
Rencana Pengajuan Utang 100 Miliar ke BPD DIY, "Pinjam 100 Dulu" ala Jogja

Rencana Pengajuan Utang 100 Miliar ke BPD DIY, “Pinjam 100 Dulu” ala Jogja

22 Agustus 2023
Sinar Jaya & Juragan 99 Terbaik, Harga KA Eksekutif Makin Gila (Unsplash)

Tiket Kereta Semakin Mencekik, Sleeper Bus Sinar Jaya dan Juragan 99 Menyelamatkan Kewarasan Isi Dompet para Pekerja

11 Juni 2025
Gejayan Jogja dan Gejayan Magelang: Namanya Sama, tapi Nasibnya Jauh Berbeda  Mojok.co

Gejayan Jogja dan Gejayan Magelang: Namanya Sama, tapi Nasibnya Jauh Berbeda 

4 November 2025
Pengalaman Pertama Naik Bus Ekonomi 14 Jam: Murah sih, tapi Banyak Huru-hara, Sopir Nggak Ramah!

Pengalaman Pertama Naik Bus Ekonomi 14 Jam: Murah sih, tapi Banyak Huru-hara, Sopir Nggak Ramah!

17 Juli 2025
4 Aturan Tidak Tertulis supaya Nyaman Tinggal di Semarang

Semarang Jarang Masuk Daftar Kota yang Romantis, padahal Punya Banyak Modal untuk Jadi Kota (Paling) Romantis

1 Februari 2025
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Logika Aneh di Balik Es Teh Solo yang Bikin Kaget (Unsplash)

Logika Ekonomi yang Aneh di Balik Es Teh Solo, Membuat Pendatang dari Klaten Heran Sekaligus Bahagia

30 November 2025
Nggak Ada Gunanya Dosen Ngasih Tugas Artikel Akademik dan Wajib Terbit, Cuma Bikin Mahasiswa Stres!

Dosen yang Minta Mahasiswa untuk Kuliah Mandiri Lebih Pemalas dari Mahasiswa Itu Sendiri

5 Desember 2025
Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025
4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025
8 Aturan Tak Tertulis Tinggal Surabaya (Unsplash)

8 Aturan Tak Tertulis di Surabaya yang Wajib Kalian Tahu Sebelum Datang ke Sana

1 Desember 2025
Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.