Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Jogja yang Resah: Ketika Parkir Liar Menggembosi Usaha Kopi Lokal

Ajie Prasetya oleh Ajie Prasetya
17 Juli 2025
A A
Jogja Resah Ketika Parkir Liar Menggembosi Usaha Kopi Lokal (Unsplash)

Jogja Resah Ketika Parkir Liar Menggembosi Usaha Kopi Lokal (Unsplash)

Share on FacebookShare on Twitter

Jogja ini memang selalu punya magnet.. Entah itu budaya, suasananya, atau deretan kafe lokal yang kian menjamur. Saya salah satu penikmatnya. Terutama kafe-kafe kecil di sekitar Mantrijeron, yang jauh dari hiruk pikuk, menawarkan kopi-kopi lokal dengan harga ramah dompet. 

Dulu, ngopi di sana itu rasanya tenang, damai, kadang malah jadi tempat pelarian dari deadline yang tak ada habisnya. Tapi belakangan ini, ada satu momok yang bikin betah jadi hilang, dan perlahan tapi pasti, membunuh bisnis-bisnis kecil itu, yaitu juru parkir liar.

Saya punya cerita. Di dekat sebuah swalayan besar Jogja yang namanya sengaja saya rahasiakan (biar tidak jadi sasaran sweeping mendadak), ada kafe kecil yang sering saya kunjungi. Kafe ini memang tidak terlalu ramai, target pasarnya ya mahasiswa atau pekerja lepas yang butuh ketenangan. Parkir motor pun masih bisa di depan kafe, gratis, bebas. Semua adem ayem.

Namun, di suatu malam, ketika saya hendak pulang, tiba-tiba muncul sesosok manusia berjaket oranye dengan peluit di mulut. “Duuit!” kira-kira begitu pesan tak tertulis dari gestur tangannya. Kaget? Jelas. Sejak kapan ada juru parkir di sini? Ini kafe kecil, bukan tempat layaknya Mie Gacoan.

Konfirmasi dan ketiadaan daya melawan masyarakat Jogja

Penasaran, saya sempat berbincang dengan kasir kafe langganan saya itu. Ternyata, dia juga sama resahnya. “Baru Mas mereka ada di sini. Kami juga bingung harus bagaimana,” keluhnya lirih. 

Kasir itu melanjutkan ceritanya, “Kami tidak bisa berbuat banyak. Kalau dilawan, takutnya malah jadi masalah lebih besar.” Nah, ini dia masalahnya. Para pengelola kafe kecil di Jogja, yang notabene bisnisnya cuma seupil, tidak punya daya untuk melawan. Mereka terpaksa tunduk pada premanisme berbalut seragam parkir.

Ini bukan sekadar soal uang parkir seribu dua ribu. Ini soal kenyamanan yang terenggut, keamanan yang dipertanyakan, dan potensi matinya usaha kecil yang sebenarnya punya potensi besar di Jogja. 

Orang datang ke kafe itu mencari ketenangan, mencari inspirasi, atau sekadar healing. Kalau baru sampai sudah deg-degan mikirin parkir, atau malah jadi dipalak secara halus, siapa yang mau balik lagi?

Baca Juga:

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Ancaman nyata bagi bisnis lokal kecil

Beberapa kafe di Jogja yang saya tahu, pelan-pelan mulai sepi. Bahkan, ada yang akhirnya gulung tikar. Bukan karena kopinya tidak enak, bukan juga karena harganya mahal, tapi karena faktor parkir liar yang meresahkan ini. 

Pelanggan jadi malas, omzet menurun. Bahkan karyawan terpaksa dirumahkan. Ini adalah domino effect yang seharusnya tidak boleh dibiarkan.

Jogja itu dikenal dengan keramahtamahannya, dengan suasana santainya. Tapi kehadiran juru parkir liar ini justru merusak citra itu. Mereka seolah-olah menciptakan negara dalam negara, memungut retribusi tanpa dasar hukum, dan tanpa tanggung jawab yang jelas. Kalau motor hilang, apa mereka mau ganti rugi? Halah.

Solusi tegas: Lindungi pengusaha kecil, tertibkan parkir liar di Jogja

Pemerintah Kota Jogja, atau dalam hal ini Dinas Perhubungan, sudah saatnya turun tangan secara tegas dan sistematis. Ini bukan lagi soal oknum, tapi sudah jadi fenomena yang merajalela dan merugikan banyak pihak. 

Perlu sanksi tegas dan penertiban. Terutama oleh para pemangku kepentingan sebab ini menyangkut perekonomian dan citra wilayah.

Ini bukan cuma soal kenyamanan saya sebagai penikmat kopi. Ini soal keberlangsungan hidup bisnis-bisnis lokal kecil yang berusaha bertahan di tengah gejolak ekonomi. Ini soal citra Jogja sebagai kota yang ramah dan nyaman. 

Jika dibiarkan, bukan tidak mungkin suatu hari nanti, kita hanya akan menemukan kafe-kafe tutup. Yang tersisa hanyalah jaket-jaket oranye yang berjajar di pinggir jalanan Jogja.

Penulis: Ajie Prasetya

Editor: Yamadipati Seno 

BACA JUGA 3 Lokasi Parkir Liar di Jogja yang Menghasilkan Cuan 500 Ribu dalam Sehari, Malioboro Tak Dihitung Karena Terlalu OP

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 17 Juli 2025 oleh

Tags: Jogjajukir liarkafe jogja.Kota Jogjaparkir liar jogjawarung kopi jogja
Ajie Prasetya

Ajie Prasetya

Pecinta magelangan di Burjo Malaya.

ArtikelTerkait

Coffee Shop Jogja Merusak Anak Muda Desa (Unsplash)

Benarkah Coffee Shop Jogja Adalah Sumber Ketimpangan Sosial Sekaligus Perusak Anak Muda Desa?

7 Maret 2024
Jalan Daendels, Penghubung Jogja-Purworejo yang Mirip Neraka. Jangan Lewat Sini kalau Nggak Mau Celaka

Jalan Daendels, Penghubung Jogja-Purworejo yang Mirip Neraka. Jangan Lewat Sini kalau Nggak Mau Celaka

22 Februari 2024
Surat Terbuka untuk Pembenci Perantau di Jogja: Hanya Dhemit yang “Pribumi Jogja”, Kalian Bukan! konten kreator jogja

5 Saran untuk Kreator Konten Jogja agar Makin Banyak Follower dan Endorsement meski Nggak Punya Kreativitias Sama Sekali

22 Juli 2025
Lamongan Destinasi Liburan yang Logis ketimbang Jogja (Unsplash)

Ketimbang Jogja, Lamongan Adalah Destinasi Paling Logis untuk Liburan Tahun Baru

30 Desember 2024
Kapolda DIY Benar, Fight Club Memang Bukan Solusi Pemberantasan Klitih di Jogja

Kapolda DIY Benar, Fight Club Memang Bukan Solusi Pemberantasan Klitih di Jogja

20 Agustus 2024
 Terminal Janti: Gerbang untuk Pulang, Rindu, dan Patah Hati di jogja flyover janti

Terminal Janti: Gerbang untuk Pulang, Rindu, dan Patah Hati

12 Mei 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Lumajang Bikin Sinting. Slow Living? Malah Tambah Pusing (Unsplash)

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

19 Desember 2025
3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

16 Desember 2025
Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

18 Desember 2025
Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025
Air Terjun Tumpak Sewu Lumajang, Tempat Terbaik bagi Saya Menghilangkan Kesedihan

4 Aturan Tak Tertulis agar Liburan di Lumajang Menjadi Bahagia

17 Desember 2025
Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah
  • 10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua
  • Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik
  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa
  • Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional
  • Dianggap Aib Keluarga karena Jadi Sarjana Nganggur Selama 5 Tahun di Desa, padahal Sibuk Jadi Penulis

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.