Setelah 4 tahun kuliah di salah satu universitas negeri di Jogja, akhirnya saya lulus. Saya kira bisa bernapas lega setelah lulus kuliah. Nyatanya, setelah beberapa waktu jadi alumni, pergulatan batin yang begitu hebat menyelimuti. Saya khawatir dengan kehidupan ke depan, khususnya dunia kerja.
Sebelum lulus saya sempat curhat kepada beberapa senior tentang keresahan ini. Beberapa senior menyarankan untuk keluar dari Jogja saja. Katanya, di Kota Pelajar ini saya bakal begini-begini saja, baik secara skill maupun gaji. Mereka menyarankan saya cari kerja di kota lain yang lebih besar, Jakarta misal.
Jelas saya nggak bisa menampik pandangan itu begitu saja. Saran itu muncul dari mulut orang-orang yang sudah merasakan kerasnya kerja di Jogja awal sejak lulus kuliah hingga saat ini. Dia menekankan, daerah ini memang sedikit terkutuk soal mencari uang. Itu mengapa merantau ke Jakarta adalah sebuah upaya perbaikan nasib. Namun, sebagai mahasiswa yang baru lulus, sejujurnya saya bertanya-tanya, haruskah merantau? Haruskah Jakarta?
Ada apa dengan Jogja?
Setelah mendengar saran dari senior, saya langsung berkaca pada lingkungan sekitar. Benar, kebanyakan mahasiswa fresh graduate asli Jogja memilih mengadu nasib ke provinsi lain. Mereka memang tidak selamanya merantau sih, beberapa tahun kemudian mereka akan pulang, baru kemudian mengadu nasib di kota ini.
Kalau semata-mata dilihat dari sisi ekonomi, mereka yang merantau memang punya kemampuan ekonomi lebih baik daripada mereka yang nggak merantau. Sebagai seorang mahasiswa lulusan baru saya jadi bertanya-tanya (lagi), benarkah Jogja setidak ramah itu untuk mengumpulkan pundi-pundi? Apalagi bagi fresh graduate?
Saya nggak habis pikir saja, embel-embel “Jogja Kota Pelajar” bukan hal baru. Alasannya jelas, daerah ini punya banyak institusi pendidikan berkualitas, terutama perguruan tinggi. Nggak heran Jogja jadi primadona calon mahasiswa dari berbagai daerah.
Sebenarnya, kalau pemerintah setempat memang peduli, mereka bisa memberi iklim ekosistem kerja yang sehat bagi para mahasiswa yang baru lulus. Tapi, nyatanya tidak. Persis seperti kata para senior, Kota Pelajar ini nggak ramah bagi para fresh graduate.
Salahkah saya sebagai mahasiswa baru lulus memilih menetap?
Sebenarnya ada banyak orang yang menyarankan saya untuk pergi dari jogja, untuk merantau. Namun, di dalam lubuk hati paling dalam, sebenarnya saya enggan pindah. Saya bermimpi bekerja dengan gaji layak di Jogja atau merintis usaha saja.
Mimpi saya mungkin terdengar ngadi-ngadi bagi mereka yang sudah merasakan asam garam kerja di Jogja. Walau terdengar utopis, saya tetap ingin mencobanya. Siapa tahu jalan saya berbeda dengan senior-senior saya, nothing is impossible kalau kata quote-quote kekinian.
Sebagai mahasiswa fresh graduate yang memilih menetap di Jogja, saya harap Kota Pelajar ini semakin ramah untuk kami. Bukannya berharap bergaji besar atau hal-hal sulit lain, saya hanya berharap kota ini memberi gaji yang layak dan kesempatan belajar lebih luas. Kalau memang ada yang memilih menjadi wirausaha, saya harap upaya-upaya ini juga didukung oleh pemerintah. Jangan biarkan kami ngebabat alas sendiri. Itu saja sudah cukup.
Penulis: Aliawan Ghozali Isnaen
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Pandangan Saya Terhadap Jogja Berubah Setelah Merantau, Ternyata Kota Ini Nggak Istimewa Amat
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.