Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Jogja Indah buat Dikenang, tapi Nggak Layak Jadi Rumah Idaman

Budi oleh Budi
4 September 2025
A A
Jogja Indah buat Dikenang, tapi Nggak Layak Jadi Rumah Idaman

Jogja Indah buat Dikenang, tapi Nggak Layak Jadi Rumah Idaman (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Kalau ada survei tentang kota paling romantis di Indonesia, saya yakin Jogja selalu masuk lima besar, nomor satu malah. Alasannya klasik. Karena budaya Jawa yang masih terasa, harga makanan yang katanya murah, dan orang-orangnya yang ramah. Belum lagi citra Jogja sebagai Kota Pendidikan dan Kota Senja terus diulang-ulang di media sosial.

Tetapi maaf, izinkan saya membawa opini bahwa Jogja itu indah buat singgah doang, tapi sangat tidak layak jadi rumah idaman. Bukan hanya karena ancaman bencana alamnya, ada segudang alasan lain yang bikin hidup di Jogja itu ibarat ikut program Survivor edisi real life.

#1 Gempa, tsunami, dan Merapi bukan sekadar materi pelajaran IPA

Mayoritas orang cuma ingat kalau Jogja punya Malioboro, gudeg, dan Merapi yang cantik difoto. Tetapi sedikit yang menyadari kalau wilayah ini berdiri di atas patahan aktif bernama Sesar Opak. Inilah penyebab gempa 2006 yang menewaskan hampir 6.000 orang.

Belum selesai, Jogja juga dekat dengan megathrust di selatan Jawa. Artinya, kalau ada gempa besar, tsunami bisa jadi ancaman yang mengerikan. Jangan lupakan juga Merapi itu gunung api paling aktif di Indonesia. Tahun 2010 lalu, letusannya bikin ratusan ribu orang mengungsi.

Jadi, kalau kalian bermimpi punya rumah di Jogja, sah-sah saja. Tetapi ada risikonya.

#2 Harga tanah melonjak, gaji tetap cekak

Satu mitos besar yang pernah saya dengar tentang Jogja adalah harga tanahnya murah. Itu dulu. Sekarang? Tanah sawah di pinggiran Sleman bisa tembus ratusan juta. Dekat kampus atau kawasan wisata? Harganya bisa bikin orang menggelengkan kepala saya rasa.

Masalahnya, gaji rata-rata di Jogja masih rendah. UMP DIY 2025 cuma sekitar Rp2,1 juta—salah satu yang terendah di Pulau Jawa. Jadi, punya rumah di sini sama saja mengutuk diri sendiri jadi budak KPR, sambil gaji bulanan sudah habis hanya untuk bayar cicilan.

Mungkin inilah makna filosofis “nrimo ing pandum”.

Baca Juga:

Jika Diibaratkan, Honda Win 100 adalah Anak Kedua Berzodiak Capricorn: Awalnya Diremehkan, tapi Kemudian jadi Andalan

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

#3 Jogja Kota Kos-kosan, bukan Kota Keluarga

Setiap tahun ribuan mahasiswa datang dan ribuan lainnya lulus dari Jogja. Kota ini jadi seperti kos-kosan raksasa. Wajar sih mengingat branding Kota Pelajar memang sudah lama melekat.

Tapi akibatnya? Kepadatan penduduk makin tinggi, jalanan makin macet, harga kos meroket, dan biaya hidup ikut naik. Jogja yang katanya murah, kini tidak lebih murah dari kota lain. Satu-satunya yang membedakan cuma satu: gajinya tetap rendah.

#4 Birokrasi, mafia tanah, dan tata kota ajaib

Masalah lain di Jogja yang jarang dibahas adalah mafia tanah dan birokrasi. Banyak cerita warga kehilangan sawah atau rumah karena permainan sertifikat. Ada juga proyek properti yang tiba-tiba muncul tanpa banyak transparansi.

Tata kotanya pun sering bikin geleng kepala. Jalan sempit, drainase buruk, dan banjir bisa datang usai hujan deras. Belum lagi parkir liar, pedagang yang seenaknya, sampai macet yang makin parah tiap tahun. Jogja memang masih nyaman, tapi kenyamanan itu tipis sekali. Ibarat kasur kos Rp400 ribu per bulan, empuk sih, tapi…

#5 UMK rendah, biaya hidup naik

UMK rendah itu masalah klasik di Jogja. Banyak pekerja kantoran dan buruh di sini yang digaji pas-pasan, sementara harga kebutuhan makin naik. Makan gudeg masih bisa murah, tapi nongkrong di kafe kekinian? Bisa menghabiskan setengah gaji harian.

Belum lagi masalah sosial lain: overpopulasi mahasiswa bikin lingkungan ramai, tapi juga rentan konflik kecil. Dari rebutan kos, harga kontrakan yang melambung, sampai polusi suara di malam hari. Jogja memang kota pendidikan, tapi juga kota di mana “pendidikan bertahan hidup” berjalan 24 jam.

#6 Jogja indah, tapi bukan untuk ditinggali

Jangan salah paham, saya tidak membenci Jogja. Saya suka berkunjung, makan sate klathak, jalan sore, makan di burjo, atau sekadar duduk di angkringan. Jogja itu indah, hangat, dan penuh kenangan.

Tapi sebagai tempat menetap? No, thank you. Jogja adalah kota yang paling tepat untuk dikenang, bukan ditinggali. Bagi saya, ia seperti mantan manis yang bikin kangen, tapi kalau mau diseriusin bikin sakit hati.

Sekali lagi, menurut saya, Jogja itu lebih cocok jadi ruang tunggu ketimbang rumah. Ia jadi tempat singgah, tempat belajar, tempat jatuh cinta, tempat patah hati, lalu pindah. Kota ini memang menawarkan romantisme, tapi romantisme itu tak bisa dijadikan jaminan KPR.

Jadi, sebelum ngotot membeli rumah di Jogja, pikir lagi deh, yang kamu beli itu benar-benar rumah atau apa? Jangan-jangan malah drama sosial ekonomi yang tak ada habisnya?

Jogja memang kota kenangan. Tapi percayalah, kenangan lebih aman disimpan di hati, bukan di sertifikat rumah.

Penulis: Budi
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 3 Pekerjaan yang Bisa Bikin Kamu Kaya di Jogja Tanpa Jadi Budak Freelance.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 4 September 2025 oleh

Budi

Budi

Seorang montir tinggal di Kudus yang juga menekuni dunia kepenulisan sejak 2019, khususnya esai dan fiksi. Paling suka nulis soal otomotif.

ArtikelTerkait

Bendera PBSI Berkibar Saat Kemenangan Tim Thomas Cup Indonesia? Lumayan, daripada Bendera PB Djarum, kan? terminal mojok.co

Bendera PBSI Berkibar Saat Kemenangan Tim Thomas Cup Indonesia? Daripada Bendera PB Djarum, kan?

18 Oktober 2021
4 Rekomendasi Sunscreen Indomaret bagi Pemula yang Ingin Merawat Kulit Wajah

4 Rekomendasi Sunscreen Indomaret bagi Pemula yang Baru Mulai Merawat Kulit Wajah

5 Januari 2025
keistimewaan

Melihat Keistimewaan Anak ‘Kalung Usus’

30 Agustus 2019
2 Kelemahan Daihatsu Sigra yang Harus Diketahui Sebelum Membelinya

2 Kelemahan Daihatsu Sigra yang Harus Diketahui Sebelum Membelinya

24 Mei 2022
40 Film Indonesia Favorit dalam Satu Dekade

3 Film Indonesia yang Dipuji di Festival Film Internasional, tapi Kalah Tenar di Dalam Negeri

27 Agustus 2021
5 Alasan Suzuki Katana Mobil yang Paling Cocok untuk Kalian yang Baru Belajar Nyetir Mojok.co

5 Alasan Suzuki Katana Adalah Mobil yang Paling Cocok untuk Kalian yang Baru Belajar Nyetir

29 Juli 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

3 Alasan Berkendara di Jalanan Jombang Itu Menyebalkan

3 Alasan Berkendara di Jalanan Jombang Itu Menyebalkan

14 Desember 2025
Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

15 Desember 2025
Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

16 Desember 2025
Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

16 Desember 2025
Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

15 Desember 2025
Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

20 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.