Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Jogja Berhenti Nyaman, Malioboro Berhenti Aman: Krisis Ruang Aman bagi Perempuan di Jantung Daerah Istimewa

Prabu Yudianto oleh Prabu Yudianto
22 April 2025
A A
Malioboro Jogja, Jalan Kerajaan yang Kini Jadi Jalan Milik Siapa Saja Mojok.co overtourism

Malioboro Jogja, Jalan Kerajaan yang Kini Jadi Jalan Milik Siapa Saja (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Mending sekalian saja Malioboro diblokade dan menjadi Skidrow. Berisi bajingan peneror dan warganet bodoh yang merenggut kata “nyaman” dari semboyan Kota Jogja

Temaram Lentera Jogja menerangi trotoar yang belum juga lengang. Bangku-bangku estetik masih dipenuhi banyak orang. Namun semuanya tidak dalam suka cita. Sekelompok perempuan terteror dan terancam. Meminta pertolongan tidak membuahkan hasil. Curhat di media sosial malah mendapat hujatan.

Nahas, tragedi ini terjadi di Malioboro Jogja. Tepat di jantung daerah istimewa. Ketika kota ini dikenal “berhati nyaman,” ternyata ada ancaman yang nyata di tengahnya. Bukan di gang sempit dan pengap, tapi tepat di mahkota indah kebanggaan Jogja. Ke mana pemerintah ketika landmark kebanggaannya menjadi sarang penyamun?

Belum lagi opini bodoh warganet yang menjadi garam di atas luka. Ini adalah masalah keamanan yang serius, namun ditanggapi dengan onani maskulinitas. Malah menyalahkan perempuan yang keluar di waktu malam.

Sungguh, Malioboro Jogja krisis ruang aman. Siapa saja bisa jadi korban. Baik di lapangan atau di media sosial. Jogja mulai berhenti istimewa!

Teror penipu pincang di kesunyian Malioboro

Menurut cuitan oleh Merapi Uncover, insiden ini terjadi pada 21 April 2025 dini hari. Sekelompok turis mendapat perbuatan tidak menyenangkan dari pengemis terduga penipu disabilitas. Diawali dengan penolakan meminta uang, berlanjut dengan membuntuti dan berteriak-teriak.

Tercatat 3 kali rombongan yang mayoritas perempuan ini dipepet oleh si penipu. Rombongan turis ini mencoba berteriak minta tolong, namun tidak ada yang peduli. Tidak ada aparat keamanan dari instansi manapun yang mengevakuasi.

Puncak tragedi (dan komedi) adalah si pengemis tadi meninggalkan rombongan dengan berjalan tegap. Sirna sudah pincang dan lumpuhnya. Seolah mendapat mujizat, atau memang pembohong besar.

Baca Juga:

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Kesawan, Malioboro Medan yang Penuh Sejarah dan Bikin Jatuh Cinta

Kejadian ini tidak sekali dua kali terjadi di Malioboro Jogja. Sialnya, tanggapan warganet sama brengseknya dengan si oknum yang meneror.

Warganet bersuara, korban jadi sasaran

Tragedi ini menjadi viral melalui cuitan Merapi Uncover. Tentu saja, hal viral langsung disambar warganet. Ketika membuka tanggapan mereka, saya hanya bisa terhenyak. Lalu berteriak, “WOI GOBLOK KALIAN SEMUA!”

Bagaimana saya tidak muntab? Mayoritas komentar adalah menyudutkan korban. Dari menyebut korban yang kelayapan waktu malam, sampai sok bijak dan menyalahkan. Bahkan ketika situasi genting seperti ini, warganet tolol masih punya tenaga untuk pamer ketololan.

Onani maskulinitas kental terasa. Korban yang perempuan dipandang memberi kesempatan untuk terjadinya teror ini. Menurut mereka, sudah selayaknya perempuan ada di rumah pada dini hari.

Ironis! Malioboro Jogja selalu diromantisasi dengan temaram lampu malam dan kenyamanan nongkrong di trotoar. Ketika terjadi masalah, malah korban yang disalahkan. Sudah jelas Malioboro akan aman ketika oknum bermasalah disingkirkan. Bukannya mengurung perempuan dan memaklumi teror sebagai “ada kesempatan.”

Malioboro perlu solusi, bukan hanya turis

Entah berapa banyak tragedi terjadi di Malioboro. Kalau masalah pencopetan dan harga nuthuk, mungkin sudah setua masyurnya pedestrian ini. Belum lagi masalah sampah dan parkir liar. Sepertinya, Malioboro memang role model turisme masif dan bertabur masalah.

Sialnya, solusi yang ada sejauh ini seperti jumlah gol Real Madrid di leg pertama lawan Arsenal. Alias KOSONG! Tidak ada upaya nyata selain aksi teatrikal setengah matang. Saya sendiri pesimis akan ada solusi pasca tragedi teror pada wisatawan seperti ini. Mungkin nantinya hanya imbauan dan patroli beberapa hari saja.

Malioboro butuh turis untuk terus menggerakkan ekonomi. Tapi untuk mendatangkan turis, harus menjamin keamanan dan keselamatan mereka. Jika teror seperti ini diabaikan, lalu kepada siapa turis ini mendapat rasa aman? Kepada Sultan?

Masihkah Jogja Berhati Nyaman?

Perkara aksi nyata pemerintah kota, saya tidak berharap banyak. Tapi sikap bodoh warganet yang menyalahkan korban jelas menambah perih di dada. Jogja yang mendapat branding ramah dan nyaman, tidak lebih dari komentar pedas memojokkan korban.

Apakah Jogja masih nyaman? Ketika warga lokal dan turis sama-sama kena masalah? Entahlah, toh nanti tinggal menyalahkan korban seperti biasa. Mending sekalian saja Malioboro diblokade dan menjadi Skidrow. Berisi bajingan peneror dan warganet bodoh yang merenggut kata “nyaman” dari semboyan Kota Jogja.

Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA 4 Alasan Orang Jogja Malas ke Malioboro

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 21 April 2025 oleh

Tags: Malioboromalioboro jogja
Prabu Yudianto

Prabu Yudianto

Penulis kelahiran Yogyakarta. Bekerja sebagai manajer marketing. Founder Academy of BUG. Co-Founder Kelas Menulis Bahagia. Fans PSIM dan West Ham United!

ArtikelTerkait

Tugu Jogja Kini Lebih Menyenangkan ketimbang Malioboro (Unsplash)

Tugu Jogja Kini Lebih Menarik Bagi Warga Lokal dan Wisatawan ketimbang Malioboro yang Terlalu Ramai dan Kaku

31 Oktober 2025
Kiat-Kiat Mengobati Patah Hati di Kota Jogja

Kiat-Kiat Mengobati Patah Hati di Kota Jogja

7 Januari 2020
4 Alasan Julukan Maliogoro untuk Jalan MH Thamrin Bojonegoro Kurang Tepat

Dear Bojonegoro, Kamu Nggak Harus Ikutan Bikin Malioboro Baru kok

14 Januari 2023
5 Hal yang Tidak Ditemukan di Malioboro Jogja. Baca Ini Sebelum Berkunjung!

5 Hal yang Tidak Ditemukan di Malioboro Jogja. Baca Ini Sebelum Berkunjung!

18 Oktober 2023
Pembangunan Kayutangan Malang yang Krisis Identitas

Pembangunan Kayutangan Malang yang Krisis Identitas

7 Januari 2022
Malioboro Masih Bisa Dinikmati Warga Lokal Jogja (Unsplash)

Malioboro Masih Bisa Dinikmati Warga Lokal Jogja, Tentunya Bukan Sebagai Tempat Wisata

25 Desember 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025
Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025
Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025
Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

22 Desember 2025
Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

26 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.