Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Jika Pennywise, Si Badut Film It, Nyasar ke Bandung

Reza A. Pratama oleh Reza A. Pratama
10 September 2019
A A
pennywise

pennywise

Share on FacebookShare on Twitter

Beberapa hari yang lalu film karya Andres Muschietti berjudul It Chapter Two akhirnya mampir ke layar lebar Indonesia. Pennywise the dancing clown kembali menghantui kota Derry setelah 27 tahun dikalahkan oleh para bocah ingusan dengan julukan The Losers Club yang beranggotakan Beverly, Bill, Richie, Mike, Ben, Stan, dan Eddie. Kekalahan Pennywise di film sebelumnya yang berjudul “It” begitu memalukan sehingga kali ini si badut ingin tampil lebih sangar dan menyeramkan.

Bagi yang pernah menonton film pertama pasti prihatin dengan nasib Pennywise. Bagaimana tidak, sosok Pennywise yang menjadi dalang teror dan hilangnya anak-anak di kota Derry mesti menanggung malu setelah dibully oleh keenam bocah tersebut. Pada adegan terakhirnya Pennywise dipukuli habis-habisan macam pencuri yang maling kotak amal masjid. Maka tak heran, jika karakter badut yang diperankan oleh Bill Skarsgard itu kembali untuk membuat perhitungan dengan The Losers Club.

Sama seperti film sebelumnya yang sarat akan kritik sosial terhadap masyarakat yang busuk. Pada babak pertama, Muschietti langsung menampilkan konflik rasisme yang digambarkan oleh penganiayaan pasangan gay oleh beberapa berandalan. Adegan penganiayaan tersebut ditampilkan begitu brutal dan sadis yang seolah-olah ingin memperlihatkan kerusakan masyarakat yang sudah mengakar di kota Derry. Di sinilah kemunculan pertama Pennywise yang hadir bagai biang kerusakan tersebut setelah menghabisi nyawa salah satu pasangan gay dengan memakannya hidup-hidup dan secara harfiah merobek jantungnya.

Kejadian itulah yang akhirnya membawa ingatan Mike pada 27 tahun yang lalu, ketika dirinya dan anggota The Losers Club yang lain bersumpah untuk menuntaskan teror si badut jika ia kembali. Reuni The Losers Club di kota Derry tidak berlangsung dengan mulus. Setelah mendengar kabar dari Mike, Stan lebih memilih bunuh diri dengan menyayat lengannya ketimbang harus berurusan dengan Pennywise. Masing-masing dari anggota The Losers Club yang tersisa pun akhirnya dihantui masa lalu kelam yang pernah membuat mereka kabur dari kota tersebut. Dari sini, IT Chapter Two akan mengajak penonton berkeliling dalam wahana ketakutan yang luar biasa.

Film IT Chapter Two terlihat berusaha untuk mengikuti karya orisinal novel horor IT yang sebelumnya ditulis oleh si “raja horor” Stephen King pada tahun 1986 dengan mengikuti alurnya namun dengan beberapa perbaikan narasi yang disesuaikan dengan format feature film. Karakter Pennywise sendiri hadir sebagai epitomi dari rasa takut manusia. Ia bisa mewujudkan diri menjadi bentuk apapun yang ngeri untuk dibayangkan.

Identitas kota Derry yang sepi dan seolah tidak acuh, memungkinkan cerita untuk berpusat pada perjalanan The Losers Club dan memoles karakter-karakter dengan pengembangan yang apik. Presentasi setiap karakter tampak begitu seimbang dengan masing-masingnya memiliki konflik perasaan beragam. Seperti karakter Bill yang merasa bersalah atas kematian adiknya, Beverly yang kembali disudutkan oleh masa lalu kelam kekerasan seksual, hingga Richie yang mengalami pergulatan batin tentang hasrat seksual yang tabu.

Dari sini kita boleh menduga bahwa Pennywise mungkin sengaja memilih kota Derry sebagai sarang yang nyaman untuk berbuat keonaran. Sejarah kelam dan keadaan sosial masyarakatnya yang rusak boleh jadi adalah faktor utama kenapa Pennywise selama berjuta-juta tahun memilih tinggal di sana. Bayangkan saja jika Stephen King terpikir menggunakan kota Bandung sebagai latar novelnya, alih-alih meneror Pennywise mungkin akan lebih memilih untuk menjadi badut Asia-Afrika.

Bandung akan menjadi mimpi buruk bagi Pennywise yang nasibnya sudah cukup buruk pada iterasi IT sebelumnya. Jika di kota Derry, Pennywise dapat menjalankan misinya dengan mulus menculik anak-anak tanpa ketahuan, mungkin kali ini ia akan berpikir dua kali melakukan itu di Bandung.

Baca Juga:

4 Kasta Tertinggi Varian Rasa Brownies Amanda yang Nggak Bikin Kecewa

5 Hal yang Jarang Diketahui Orang di Balik Kota Bandung yang Katanya Romantis 

Ia akan menemukan bahwa dirinya tidak sendiri dan harus bersaing dengan hantu-hantu Indonesia lain yang juga gemar menculik anak. Khususnya Kalong Wewe, modus operandi hantu ini mirip-mirip dengan Pennywise yaitu dengan mengubah wujudnya untuk mengelabui anak-anak yang lengah. Akan tetapi strategi ini terbukti tidak lagi efektif, tak lain dan tak bukan karena kecanggihan dukun dan kiai di Indonesia yang mampu melacak dan membasmi hantu-hantu tersebut. Belum lagi Pennywise harus menghadapi segerombolan warga yang berbekal obor dan pentungan bergotong-royong mencari anaknya. Sekelas Pennywise pasti bergidik membayangkan persaingan yang ketat dan ekosistem semacam itu.

Dalam salah satu adegan yang ikonik di film It pertama, Pennywise muncul dari gorong-gorong untuk menculik Georgie, adik Bill. Sesuatu hal yang sangat tidak mungkin dilakukan di Bandung, apalagi jika melihat kondisi gorong-gorong di Bandung yang setiap musim penghujan akan meluap tentu kita akan menyaksikan berita tentang sesosok badut yang hanyut di kali Cikapundung.

Kemampuan survival Pennywise ini patut kembali dipertanyakan. Dapatkah ia bertahan dari kejamnya gorong-gorong di Bandung yang sering mampet akibat sampah dan bahaya polusi limbah yang ditularkan industri. Tampaknya tidak. Gorong-gorong di Bandung terlampau kotor dan bau untuk dijadikan rumah singgah bagi Pennywise yang malang. Bayangkan jika setiap hari ia harus menghirup bau comberan yang pekat dan berbecek-becek di air yang hitam, mood Pennywise pasti rusak dan akhirnya malas untuk berbuat kejahatan.

Dan satu lagi Pennywise, mungkin anda trauma dengan kekalahan di film pertama karena babak belur dihajar sekelompok bocah, dan boleh saya pastikan bahwa kota Bandung akan lebih brutal dan kejam dibandingkan itu. Pertarungan jalanan adalah sesuatu yang tidak asing dan sudah mendarah daging. Perihal sepakbola saja sudah memakan banyak korban, apalagi jika mereka melihat sesosok badut penculik anak. Bogem mentah warga Bandung akan jadi hal pertama yang terlintas di benak Pennywise.

Maka satu-satunya jalan bagi keberlanjutan karir perhantuan Pennywise di Bandung hanyalah jalan Asia-Afrika. Pennywise akan menemukan kenyataan pahit bahwa banyak hantu bernasib sama di Bandung. Kuntilanak, pocong, dan wewe gombel adalah beberapa yang ikut banting setir, kini mereka “bergentayangan” dan menawarkan swafoto bagi setiap warga yang melintas.

Satu-satunya kendala bagi Pennywise di sana hanyalah pergaulan. Beberapa hantu di Asia-Afrika mayoritas menggunakan sunda dan mau tidak mau Pennywise harus bisa menyesuaikan dengan kultur tersebut. Minimalnya ia harus belajar kosakata seperti “hatur nuhun” ketika diberi recehan oleh warga yang melintas. Atau Pennywise bisa mulai belajar pada hantu-hantu imigran senior seperti Valak yang barangkali mempunyai tips dan trik menghadapi gegar budaya di sana. Pennywise juga mungkin harus melakukan pendekatan dengan ngudud dan ngopi sehingga dapat diterima oleh khalayak hantu Indonesia. (*)

BACA JUGA Things I Learned From Living in Jakarta For the Last 5 Years atau tulisan Reza A. Pratama lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 10 September 2019 oleh

Tags: asia-afrikabadutBandungit chapter twopennywisereview film terbaru
Reza A. Pratama

Reza A. Pratama

ArtikelTerkait

Menata Ulang Kawasan Gedung Sate Bandung Adalah Hal yang Sia-Sia Mojok.co

Menata Ulang Kawasan Gedung Sate Bandung Adalah Hal yang Sia-Sia

21 November 2025
persikab kabupaten Bandung dan 4 Kuliner Legendaris yang Wajib Dicoba MOJOK.CO

4 Kuliner Bandung yang Sudah Menyandang Status Legendaris

2 Agustus 2020
Cimenyan, Kecamatan Paling Menyedihkan di Kabupaten Bandung Mojok.co

Cimenyan, Kecamatan Paling Menyedihkan di Kabupaten Bandung

8 November 2024
Cimahi Terbuat dari Kesalahpahaman yang Perlu Diluruskan Mojok.co

Cimahi Terbuat dari Kesalahpahaman yang Perlu Diluruskan

6 Mei 2024

Kutawaringin, Kecamatan Pinggiran Kabupaten Bandung yang Siap Menyaingi Kota-kota Besar

24 Juni 2024
3 Tempat di Bandung yang Jarang Didatangi Orang Bandung Asli terminal mojok.co

3 Tempat di Bandung yang Jarang Didatangi Orang Bandung Asli

26 Desember 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba! (Pixabay)

3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba!

18 Desember 2025
Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025
5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

22 Desember 2025
Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

19 Desember 2025
Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal (Wikimedia)

Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal

21 Desember 2025
Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Melacak Gerak Sayap Predator Terlangka di Jawa Lewat Genggaman Ponsel
  • Regenerasi Atlet Panahan Terancam Mandek di Ajang Internasional, Legenda “3 Srikandi” Yakin Masih Ada Harapan
  • Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah
  • 10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua
  • Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik
  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.