Rasanya agak sulit mengeluarkan Jepara dari bahasan pantura, sebab, Jepara jadi bagian dari Kudus-Jepara-Demak. Sebagai jalur penghubung ke wilayah provinsi bagian utara Pulau Jawa, otomatis menjadikan bagian Jepara sering dilewati berbagai kendaraan besar seperti ekspedisi, truk, bis, ataupun kendaraan pribadi mobil ataupun motor.
Tapi memang sulit untuk tidak bicara Jepara ketika bahas Pantura. Kota ini memang seikonik itu. Sebagai jalur penghubung, juga sebagai kota dengan sejarah yang kuat. Salah satunya tentang seni ukir. Jepara terkenal akan seni ukirnya, dan punya sejarah panjang.
Daftar Isi
Seni Ukir yang memesona itu dari Jepara
Jepara dikenal luas sebagai produksi mebel dan karya ukiran yang sudah terkenal di Indonesia. Julukan Kota Ukir memang sudah melekat dengan Jepara. Bahkan dunia mengakuinya dengan istilah The World Carving Center atau kota ukir dunia. Julukan tersebut tentulah tidak lebay karena faktanya produksi hasil mebel dan ukir dari Jepara banyak dikirim luar wilayah Jawa bahkan mancanegara.
Data yang dilansir dari portal resmi Bupati Jepara menyatakan ekspor furnitur mebel dan ukir dari Jepara mencapai 659,2 juta dolar Amerika Serikat. Dari jumlah itu, 302,7 juta dolar AS di antaranya, disumbang oleh produk furnitur dari kayu. Produk lain handycraft dari kayu sebesar 5,8 juta USD dan kayu olahan sebesar 10,6 juta USD.
Sesuai dengan julukannya Kota Ukir, karya-karya seni ukirnya di Jepara dikenal karena keindahan dan kehalusan tatahannya yang khas. Salah satu ukiran yang khas dari Daerah Jepara adalah detail ukiran yang terkesan hidup seperti daun yang meruncing meliuk keluar membentuk seperti kipas dan di bagian tengahnya terdapat bunga. Beberapa pengrajin juga menambahkan karakter hewan seperti Merak ataupun Kijang ataupun bentuk flora dan fauna yang hidup di lingkungan sekitar.
Selain ukiran tatahan berbentuk flora dan fauna ada juga beberapa ukiran berbentuk kaligrafi yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.
Tak hanya mebel yang diukir, jalan pun juga “diukir”
Namun sayangnya julukan Kota Ukir harus sedikit ternodai dengan banyaknya jalan di Jepara yang tidak rata, berlubang, ataupun penuh tambalan. Hal ini juga yang memicu plesetan “Jepara Kota Ukir, Jalanannya juga Berukir” dari netizen.
Sebagai orang yang tinggal di perbatasan antara Demak dan Jepara, saya mengamini julukan tersebut. Terpantau jalan-jalan yang dianggap vital dan padat kendaraan melintas seperti Jalan Raya Jepara-Kudus, Jalan pertigaan lampu Gotri, Jalan Raya Pasar Mayong, beberapa bagian di Jalan Raya Kecamatan Nalumsari penuh lubang dan tambalan.
Kerusakan jalan tidak hanya ada di jalan raya perkotaan. Banyak jalanan di desa juga mengalami kerusakan. Seperti kerusakan cukup parah jalan di sepanjang Desa Mambak hingga Desa Sinanggul Kecamatan Mlonggo, banyak lubang menganga dari ukuran kecil sampai 1,50 meter. Ada juga jalan rusak di wilayah Desa Kedungcino. Jalan rusak juga terjadi hampir sepanjang jalan Karang Randu Kecamatan Pecangaan.
Sekarang sih, katanya udah diperbaiki. Tapi cuma tambal sulam, ya sama aja.
Pemerintah kudu gerak cepat
Problem terkait infrastruktur dan jalanan rusak yang ada di wilayah Jepara seakan menjadi masalah tak kunjung usai selama 10 tahun terakhir. Kalau sudah menahun gini, artinya harus jadi perhatian utama untuk diselesaikan.
Pemerintah, menurut saya, baiknya tidak hanya fokus ke seni ukir, tapi juga jalan yang “diukir” ini. Perbaikan total dan menyeluruh sebaiknya jadi prioritas. Tak hanya sekadar tambal sulam seperti yang dilakukan sekarang.
Saya serius perkara ini. Kota ini sudah tidak seperti yang dulu lagi. Kini, Jepara jadi kota industri. Banyak pabrik-pabrik besar yang didirikan, dan sebagian ada pabrik milik perusahaan asing dari Korea maupun Jepang. Pabrik-pabrik seperti PT. Park Land Indonesia, PT. Hwanseung Indonesia, PT. Kanindo memiliki puluhan ribu tenaga kerja. Otomatis, banyak pekerja yang makin memadati dan menggunakan sarana jalan untuk berangkat kerja.
Pilkada sebentar lagi digelar, dan saya “menitipkan” sedikit harapan untuk perbaikan jalan yang lebih baik. Masalah jalan ini tak kunjung usai, dan mau tak mau, harus jadi perhatian utama. Nek dalane apik, tandane pemerintahane apik. Cukup mebel saja yang punya motif ukir, aspal, sebaiknya jangan.
Penulis: Nur Aini Niamah
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Pulau Panjang Jepara, Tempat Terbaik di Dunia untuk Menikmati Sunset dan Sunrise