Saya bermukim di sebuah desa yang tidak berportal dan berpapan peringatan “ngamen gratis” atau berpapan larangan “pengemis, pengamen, dilarang masuk!”. Tidak. Di desa saya sama sekali tidak ada batasan atau larangan bagi pengemis atau pengamen yang hendak mengais rezeki di setiap rumah warga. Kebebasan itu lah yang lantas dimanfaatkan oleh banyak pengemis dan pengamen dengan beberapa kali tampil di depan rumah saya dan para tetangga saya.
Terutama pengamen. Tidak jarang saya melihat beberapa pengamen yang hanya itu-itu saja secara bergiliran mengamen di desa saya. Misal, si A kebagian ngamen pagi hari. Si B kebagian ngamen siang hari. Si C kebagian ngamen sore hari. Lalu ketiganya ngamen bersama-sama membentuk grup ngamen dadakan dan bersama-sama menyanyikan lagu 90’an kesukaan Ibu atau dangdut koplo kegemaran Ayah.
Jika tidak secara bergiliran, rumah saya akan selalu kedatangan pengamen yang berbeda-beda orangnya. Pernah dalam kurun waktu satu hari, rumah saya didatangi sebanyak 8 pengamen dari pagi hingga malam. Dari pengalaman itulah saya jadi sedikit mengerti jenis-jenis pengamen, mulai dari yang sangat niat sampai ke yang paling minta dimaki. Semuanya pernah mampir ke rumah saya meski sekedar mendapat receh senilai gopek.
1. Pengamen yang nyeni banget
Jangan salah. Bukan hanya penyanyi saja yang bisa nyeni. Para pengamen yang biasa kliweran di depan rumah saya juga beberapa ada yang kelihatan sangat nyeni. Mereka-mereka ini adalah orang-orang yang tulus dari hati untuk ngamen. Ngamen yang beneran ngamen. Ngamen yang punya tujuan menghidupi seni, bukan dihidupi seni.
Jenis pengamen ini mempunyai ciri-ciri yang niat nyanyi. Berdasarkan pengalaman suara saya, pengamen jenis ini benar-benar mengerahkan keterampilannya dalam hal bermusik. Baik dari segi suara, atau permainan instrumen musiknya. Pengamen jenis ini yang saya temui saat itu sedang menyanyikan lagu nostalgia sambil memainkan gitar. Suaranya halus, permainan gitarnya juga tidak asal genjreng. Saya jadi tidak segan memberi uang lebih dari gopek.
Saya bahkan tidak sungkan menyarankan agar mas pengamen itu mencoba peruntungannya di ajang pencarian bakat. Lumayan kan, bakat terpendamnya bisa tersalurkan. Tapi tebak apa yang dijawabnya, “Saya jadi pengamen juga bakat saya sudah tersalur mbak. Asal bersyukur.” Luar biasa mas pengamen itu.
2. Pengamen amatir
Pengamen jenis ini dapat diihat dari bagaimana mereka memainkan alat musik dan menyanyikan lagu. Berdasarkan pengalaman saya saat didatangi pengamen jenis ini, mereka memainkan gitar dengan kunci-kunci dasar dan biasanya kurang sesuai dengan lagu yang sedang mereka bawakan. Ketika bernyanyi pun mereka kurang menghayati lagu karena sesekali mengamati perpindahan tangannya saat memetik senar gitar. Mungkin takut salah fret kali ya..
Pengamen jenis ini biasanya membawakan lagu band-band era 2000an seperti Peterpan yang kini berganti nama jadi Noah. Pembawaan lagu itu tentunya juga disesuaikan dengan permainan kunci gitar yang dianggap lebih mudah dan dasar dari pada lagu-lagu lainnya.
3. Pengamen tahu diri dan legowo
Mereka ini adalah jenis pengamen yang kurang bisa nyanyi dan main alat musik, tapi cukup sadar diri. Mereka akan melewati rumah yang penghuninya sering bilang “prei mas” atau “ngamen gratis mas”. Pengamen jenis ini yang juga dengan sigap dan lekas angkat kaki saat penghuni rumah bilang “liyane mawon mas”.
Pada beberapa pengalaman saya yang didatangi pengamen jenis ini, mereka tidak segan meninggalkan senyum saat saya bilang “prei mas”. Wajah-wajah mereka ini ikhlas dan terima-terima saja saat harus mendapat penolakan dari rumah yang mereka datangi.
4. Pengamen mbliwur
Saya sebut pengamen mbliwur karena pengamen jenis ini sangat jauh dari kata niat. Mereka ini adalah orang-orang yang memilih jalan mengamen sebagai pilihan atas dasar keterpaksaan dan kepepet. Pengamen dengan jenis ini adalah orang-orang yang ingin dihidupi oleh seni.
Berdasarkan pengalaman saya, pengamen jenis ini adalah pengamen yang totalitas—totalitas pelan suaranya, atau totalitas lantang suaranya. Dengan nada-nada yang falls mereka terus melanjutkan nyanyian mereka. Alat musik yang dibawa pun beragam, dari gitar akustik, kentrung, sampai perkusi berupa botol berisi beras. Pokoknya ada alat musik. Suara mah urusan belakangan, asal ngamen dapet duit. Lumayan buat beli rokok sebats. Begitulah kira-kira…
5. Pengamen nggak tahu diri
Pengamen jenis ini adalah jenis pengamen yang paling menyebalkan di antara pengamen lainnya. Dari beberapa pengalaman saya, paling banyak pengamen yang sering ngamen di rumah adalah pengamen yang nggak tahu diri. Nggak tahu diri gini yang saya maksud adalah, sudah asal nyanyi, asal nggenjreng gitar, tapi hobi ngegas.
Seperti satu pengalaman saya yang bertemu pengamen macam ini. Saat itu suaranya sama sekali kurang enak didengar dan lumayan mengganggu kesibukan saya. Tapi karena saya ingin menghargai usahanya, saya dengan cepat memberikan uang koin lima ratusan untuk pengamen itu. “Gawe opo mbak limangatus. Kanggo sangu sampean ae” (Buat apa mbak uang lima ratus. Buat uang saku kamu saja). Saat itu saya sedang dalam keadaan sadar. Sepenuhnya sadar.
Pengamen itu lalu mengembalikan uang koin lima ratusan yang sempat mendarat di telapak tangannya, kepada saya. Katanya, receh gopek itu pantasnya jadi uang saku saya saja. Dalam hati saya kesal. Kok ada pengamen yang nggak tahu diri begitu. Pada pengalaman lain, pengamen jenis ini juga berkata “medit e mbak-mbak“, saat saya menggratiskan pengamen itu. Dibuat mbatin saya oleh mereka.
Tapi terlepas dari jenis-jenis pengamen seperti mereka, saya sedikit banyak jadi tahu bagaimana ketulusan seseorang dalam mengais rezeki. Mereka yang melakukan pekerjaan dengan hati akan sampai juga pada hati orang lain. Seperti yang dilakukan oleh pengamen nyeni. Semangat makaryo Lur! (*)
BACA JUGA KKN di Desa Penari: Analisis Kegagalan Badarawuhi dalam Teori Risk Management atau tulisan Ade Vika Nanda Yuniwan lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.