Jawa (Boleh) Mengaku Kunci, tapi Perkara Kuliner, Sulawesi Berdikari dan Tak Mau Mengekor Tren Kuliner Jawa

5 Alasan Seblak Jawa Kurang Disukai di Pulau Sulawesi (Wikimedia Commons)

5 Alasan Seblak Kurang Disukai di Pulau Sulawesi (Wikimedia Commons)

Pulau Jawa, katanya, adalah pusat Indonesia. Segala yang viral di Jawa, akan tersebar ke seluruh Indonesia. Tak terkecuali di tempat rantau saya, Pulau Sulawesi. Buktinya saat tren investasi mulai merebak di Jawa, seluruh Indonesia mulai membahas dan menyadari pentingnya investasi untuk masa depan.

Akan tetapi, ada sebuah tren yang populer di Jawa tapi kadang kurang populer di Sulawesi. Tren yang saya maksud adalah terkait dunia kuliner. Tak selalu makanan yang populer di Jawa akan terkenal juga di Pulau Sulawesi. Berikut akan saya jabarkan beberapa makanan populer di Jawa, tapi kurang populer di Sulawesi:

Seblak

Awalnya saya kira seblak bakal populer juga di Sulawesi. Mengingat rasa seblak itu pedas, sesuai dengan selera mayoritas orang Sulawesi. Paling tinggal ditambah jeruk nipis agar makin cocok untuk lidah orang Sulawesi.

Sayangnya, fakta di lapangan nggak sesuai perkiraan saya. Ternyata seblak kurang diminati kebanyakan orang Sulawesi. Sebab tekstur seblak yang lembek, kurang familiar di indra pengecapan orang Sulawesi. Juga, merasa agak aneh dengan kerupuk yang direbus. Kayak, ngapain?

Pecel lele Jawa

Yang saya maksud dalam tulisan ini bukan seluruh menu dalam usaha pecel lele ya. Seperti ayam goreng, tempe, terong dan tahu. Melainkan spesifik di menu pecel lelenya. Seporsi lele lengkap dengan sambal dan nasi hangatnya.

Pada dasarnya mayoritas orang asli Sulawesi terbiasa makan ikan. Tapi, bukan ikan air tawar kayak lele. Melainkan ikan laut. Wajar sih kalau kurang rame di sana.

Sate usus angkringan Jawa

Siapa sih orang di Pulau Jawa yang nggak suka sate usus? Kudapan ini begitu populer di sana. Sate usus sangat mudah ditemui di berbagai angkringan. Selain di angkringan, sate usus juga kerap ditemui sebagai makanan pelengkap bubur ayam.

Sayangnya makanan ini cenderung kurang disukai oleh mayoritas orang Sulawesi. Sebenarnya hal tersebut nggak begitu mengherankan. Soalnya usus kurang baik bagi kesehatan. Usus ayam mengandung kolesterol yang sangat tinggi. Sama halnya dengan berbagai jeroan hewan lain pada umumnya.

Makanan olahan ceker

Pernah suatu ketika saya makan mi ayam bersama rekan-rekan kantor dari Sulawesi di Jogja. Saya memesan menu mi ayam ceker. Semua rekan kantor terbelalak melihat saya makan. Karena saya begitu lahap menyantap ceker di seporsi mie ayam tersebut. Bahkan cekernya sampai benar-benar bersih. Tinggal tulangnya saja.

Usut punya usut, ternyata banyak orang Sulawesi yang nggak makan ceker. Sebab, menurut banyak mereka, ceker itu kurang bersih. Soalnya dipakai ayam menginjak tanah dan berbagai benda yang kita tidak ketahui. Padahal, Orang Jawa sebelum memasak ceker, bakal dicuci sampai benar-benar bersih. Cuman kalau emang udah nggak cocok, mau gimana coba?

Makanan olahan kepala ayam

Selain ceker, ada lagi bagian ayam yang kurang disukai orang Sulawesi. Bagian tersebut adalah kepala ayam. Saya nggak betul-betul tau kenapa kepala ayam kurang disukai oleh kebanyakan orang Sulawesi. Lantaran saya juga belum pernah menanyakan serius perkara ini.

Sementara itu, di Pulau Jawa, makanan olahan kepala ayam cukup populer. Khususnya di angkringan-angkringan daerah Jawa Tengah dan Jogja. Selain jadi makanan di angkringan, olahan kepala ayam biasanya dimasak bersama ceker. Saya termasuk orang Jawa yang cukup menyukai makanan olahan kepala ayam terutama yang di angkringan atau digoreng dengan tepung.

Begitu sekiranya berbagai makanan yang populer di Jawa tapi nggak populer di Sulawesi. Setidaknya ini membuktikan bahwa Jawa tak selalu jadi kunci, apalagi perkara kuliner, daerah lain memilih berdikari.

Penulis: Ahmad Arief Widodo
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA 5 Makanan Khas Makassar selain Coto dan Konro yang Cocok dengan Lidah Jawa

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version