Jasa Merangkai Kata yang Laris Manis: Kok Bisa?

Jasa Merangkai Kata yang Laris Manis: Kok Bisa?

Dunia memang sudah berubah. Di era revolusi 4.0—yang sampai sekarang saya belum terlalu paham apa maksudnya—semua hal bisa dijual. Kalau kita melihat ada yang jualan baju, sepatu, makanan, itu hal biasa. Sekarang, orang tidak hanya jualan hal-hal mainstream seperti itu. Saat ini, ada yang namanya jasa merangkai kata—dan di luar dugaan, ada yang beli.

Jualan kata-kata di sini beda dengan jualan buku—kalau itu lain lagi. Jualan kata itu ada orang yang bersedia membeli kata-kata yang dirangkai. Susah juga mau dijelaskan, lanjut aja dah.

Adalah Zarry Hendrik yang dikatakan sebagai pelopor jasa merangkai kata. Dia awalnya hanyalah seorang yang disebut selebtwit. Mungkin bisa disebut sebagai influencer Twitter. Dia suka ngetwit kata-kata romantis yang bikin baper di akun Twitternya.

Ternyata ada yang tertarik untuk dibuatkan kata-kata. Walaupun hanya untuk caption Instagram—misalnya. Dan mereka bersedia membayar hanya untuk mendapatkan sebuah caption Instagram yang menarik.

Menurut saya ini adalah hal yang aneh, lebih aneh lagi ada yang bersedia membayar hanya untuk sebuah caption Instagram. Saya sih sayang aja ngeluarin uang hanya untuk caption Instagram. Nulis “no caption” atau “vitamin sea” sebagai caption saja sudah cukup.  Mending uangnya saya pakai untuk beli nasi goreng—bisa difoto dan dijadiin instastory.

Lagian percuma saja punya caption Instagram yang menarik, mengundang like dan juga komentar, tapi bukan buatan sendiri. Saya sih tidak akan bangga dengan hal yang seperti itu. Tapi ini pendapat pribadi ya—semua orang tentu saja punya pandangan yang berbeda. Boleh setuju, boleh tidak. Nggak usah ngegas~

Kalau saya punya kemampuan merangkai kata seperti Zarry Hendrik, saya juga mau jualan kata-kata. Lumayan tabungan buat nikah. Tapi apalah daya, kata-kata yang bisa saya buat paling senja lagi senja lagi. Ampas!

Dari hanya sekedar untuk caption, sekarang sudah jauh berkembang. Mulai ada yang memesan kata-kata untuk ditujukan kepada seseorang sampai untuk kebutuhan komersil. Harganya tergantung pesanan. Bisa sampai ada yang 2 jutaan—benar-benar gilak! Itu uang dua juta bisa dipakai untuk beli beberapa buah buku—sekurang-kurangnya kita bisa dapat 20 buku. Tapi kalau untuk memesan kata-kata untuk kebutuhan bisnis, sepertinya tidak masalah. Bisa jadi membuat bisnis tambah berkembang.

Yang memesan kata-kata ini bisa untuk berbagai keperluan. Ada yang sekedar mengucapkan sesuatu sampai karena ingin menyelesaikan masalah. Bisa dilihat di twitter Zarry Hendrik yang memposting berbagai macam orderan costumernya. Ada yang mesan kata-kata untuk menyatakan cinta, ada yang untuk ucapan selamat ulang tahun buat orang tua, sampai yang ingin ngasih selamat sama mantannya yang mau nikah.

Tapi Zarry Hendrik tidak menerima semua jenis pesanan. Misalnya dia tidak menerima orderan kata-kata minta cerai. Lagian minta cerai kok harus pesan untuk dirangkaikan kata-kata. Sebagus apapun kata-katanya, tetap saja rasanya sakit.

Zarry Hendrik bilang sehari itu bisa menerima chat orderan sampai ratusan. Makanya dia merekrut beberapa perangkai kata untuk kerja sama dia. Tidak kuat juga kalau harus dikerjakan semuanya sendiri.

Kok bisa sebuah kata-kata bisa selaris itu. Harganya bahkan bisa jauh di atas harga buku-buku Mojok yang bagus-bagus itu. Yang kalau kita baca bisa menambah wawasan. Bisa membuat kita menjadi berpikiran terbuka. Jilat teross!

Ada beberapa alasan kenapa banyak yang tertarik dan minat dengan jasa merangkai kata ini. Ini lagi-lagi menurut saya. Boleh setuju boleh tidak.

Pertama, orang yang memakai jasa perangkai kata percaya dengan magis yang bisa dihasilkan oleh kata-kata. Mereka percaya kata-kata yang indah bisa merubah (misalnya) mood seseorang. Yang tadinya marah, bisa jadi nggak marah lagi. Mereka percaya kata-kata indah punya “sesuatu” yang memperngaruhi seseorang. Mereka percaya kalau masalah yang mereka punya bisa lebih mudah diselesaikan dengan dengan kata-kata yang mengena di hati.

Apakah kekuata kata-kata memang sekuat itu? Mungkin saja. Saya juga tidak tau.

Kedua, keinginan untuk memberikan kesan. Misalnya ada yang ingin mengucapkan sesuatu kepada pasangan atau mungkin orang tua. Bisa ucapan selamat ulang tahun atau apapun itu. Kalau diucapkan dengan biasa saja, kesannya mungkin akan biasa saja. Tidak ada yang istimewa. Beda kalau diucapkan dengan kata-kata yang lebih spesial. Berharap akan memberikan kesan yang tak terlupakan.

Ketiga, karena tulisan yang dipesan di perangkai kata menjadi hak milik kita. Tidak seperti buku yang kita beli, semua kata-kata yang ada di dalamnya adalah milik penulis. Kalau kata-kata dalam buka dijadikan caption atau referensi untuk memberikan ucapan yang spesial, bisa jadi akan dikatakan tidak kreatif alias plagiat.

Berbeda dengan kalau kita membeli kata-kata dari para perangkai kata. Tulisan tersebut menjadi “milik kita”. Mungkin itu juga alasan orang memilih untuk mengorder kata-kata dibandingkan mengutip tulisan-tulisan ataupun quote yang ada di buku.

Untuk kalian yang sedang berjuang menulis skripsi, mungkin bisa coba memesan kata-kata yang bisa meluluhkan dosen pembimbing kalian. Siapa tahu sekali konsultasi langsung ACC.

Kalau nanti ada teman, pasangan, atau siapapun yang kalian kenal tiba-tiba caption Instagramnya jadi bagus dan jadi mahir dalam merangkai kata-kata, coba saja ditanya, “harga captionnya berapa?”

Exit mobile version