Punya Rumah Dekat Kos Putri Itu Menderita, tapi Banyak Orang Nggak Menyadarinya

Punya Rumah Dekat Kos Putri Itu Menderita, tapi Banyak Orang Nggak Menyadarinya Mojok.co

Punya Rumah Dekat Kos Putri Itu Menderita, tapi Banyak Orang Nggak Menyadarinya (unsplash.com)

Punya hunian di perumahan mungkin jadi impian banyak orang. Di benak kebanyakan orang, hunian di perumahan itu ideal karena tenang dan aman. Realitanya tidak demikian. Apalagi, jika kediaman yang ditempati berlokasi di antara bangunan rumah yang bertransformasi menjadi kos putri.

Saat ini, orang membeli properti tak hanya untuk ditempati sendiri. Banyak dari mereka yang menjadikan rumah sebagai aliran pendapatan pasif, seperti penyewaan kamar untuk kos. Sialnya, tinggal berdekatan dengan rumah-rumah yang bertransformasi jadi kos-kosan, khususnya kosan putri itu ternyata nggak menyenangkan. Banyak sisi pahit yang tidak disadari kebanyakan orang. 

Sering terpapar pemandangan yang kurang nyaman di mata

Salah satu hal yang sepele, tapi cukup mengganggu adalah sering melihat pemandangan yang kurang enak dilihat. Nyaris setiap hari, entah disengaja atau tidak, kedua mata ini kudu siap menangkap berbagai adegan yang seharusnya bersifat privat. Misalnya, pintu kamar kos yang kerap terbuka lebar menghadap langsung ke jalan, memperlihatkan kondisi kamar yang berantakan.

Di lain hari, orang yang lewat bisa mengetahui keberadaan tamu lawan jenis di dalamnya. Hal ini sering terjadi karena sebagian besar kos putri berada di area perumahan yang lahannya terbatas, sehingga tidak ada ruang tamu yang memadai. Dampaknya, kamar tidur menjadi satu-satunya tempat untuk menerima kunjungan. Tentu, pintu kamar harus tetap terbuka demi alasan menghindari zina, meski membuat sebagian orang sakit kepala melihatnya.

Belum lagi, suguhan jemuran pakaian dalam yang digantung sembarangan di luar kamar dan mudah terlihat dari jalan, tak dapat diabaikan. Rentetan pemandangan demikian menambah daftar hal-hal yang membuat lingkungan sekitar terasa kurang tertata. Kondisi ini, secara perlahan, berpeluang mengikis rasa nyaman bagi warga setempat yang tinggal di sana.

Baca halaman selanjutnya: Penghuni …

Penghuni kos putri yang berisik

Siang hari merupakan waktu yang relatif damai bagi warga yang bertempat di sekitar lingkungan kos putri. Namun, begitu senja menyapa, aktivitas berkumpul penghuni kos yang dibumbui gelak tawa tak terkendali di teras atau sekitar jalan akan mudah dijumpai. 

Belum lagi, anak kos yang pulang larut malam (mengingat banyak kos yang tidak menerapkan kebijakan jam malam). Pemandangan dan suara kendaraan lalu-lalang jadi hal yang biasa. Deru motor, decit pintu gerbang, hingga obrolan di tengah malam adalah musik pengantar tidur yang wajib diputar. Puncaknya, kehadiran para pengemudi ojek online yang lalu-lalang mengantar pesanan makanan, bahkan hingga dini hari. Lingkungan rumah yang seharusnya menjadi tempat istirahat, justru dipenuhi bunyi-bunyi yang merampas kedamaian.

Tamu kos sering parkir kendaraan serampangan

Ulah tamu-tamu penghuni kos yang seringkali parkir kendaraan tanpa aturan adalah salah satu cobaan yang tak terelakkan. Sepeda motor berjejer sembarangan di tepi jalan sudah menjadi santapan sehari-hari, bahkan tak jarang menghalangi akses mobil yang ingin melintas masuk perumahan. Lebih menjengkelkan lagi, kadang motor tersebut dikunci stang dan ditinggal begitu saja oleh empunya sehingga sukar dipinggirkan.

Tak cukup dengan itu, sejumlah tamu tampaknya sangat hobi membunyikan klakson berkali-kali di depan gerbang kos untuk memanggil penghuni alih-alih menelepon mereka. Sepertinya, individu-individu semacam ini lupa menerima pelajaran mengenai tenggang rasa dalam kehidupan bersama.

Memang, punya rumah sendiri itu idaman, tapi kalau lokasinya persis di tengah-tengah lingkungan kos putri, bisa beda ceritanya. Ada segudang ujian yang mungkin tak pernah terbayangkan. Belum lagi, munculnya stigma lingkungan yang kadang sulit dihilangkan, terkait dengan citra kos-kosan yang mungkin bebas aturan. Pokoknya, hidup bertetangga dengan kos putri ini bisa jadi pengalaman yang menguras kesabaran.

Penulis: Paula Gianita
Editor: Kenia Intan

BACA JUGA Membayangkan Sewon Bantul Tanpa ISI Jogja, Cuma Jadi Daerah Antah-berantah

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version