Jangan Pensiun di Magelang

Jangan Pensiun di Magelang Terminal Mojok

Jangan Pensiun di Magelang (Unsplash.com)

Konon katanya, Magelang jadi salah satu tempat yang cocok untuk pensiun.

Bersepeda di jalur yang sudah tersedia sejak dulu sambil ditemani pohon rindang dan semilir angin rasanya sayang untuk tidak dilakukan. Menikmati nasi goreng khas yang legit dan sup senerek yang nikmat sudah barang tentu tak akan bikin bosan. Panorama Gunung Tidar dan lima gunung lain yang mengelilingi serta nuansa militer yang kuat mampu memperkokoh ekosistem sekeping surga di Bumi ini. Rasa-rasanya menjadi warga Magelang memang begitu menyenangkan.

Magelang adalah kawasan yang cocok untuk healing dan berkontemplasi. Kotanya yang kadang sibuk tetap rimbun dan terasa sejuk. Mau mengunjungi candi? Pilihannya banyak. Bentang alamnya yang didominasi perbukitan dan pegunungan sangat cocok untuk pertanian. Bayangkan, Anda bisa jalan-jalan dan menikmati sawah, kebun, naik gunung, hingga mengunjungi banyak kafe dan hotel-hotel nan eksotis yang banyak sekali jumlahnya.

Di Magelang, Anda tak perlu bergerak cepat, kalem saja. Atmosfer yang membangun mood untuk bersantai, harga makanan yang dipercaya murah sekali, serta budaya penduduknya yang katanya ramah, tentu mudah membuat siapa pun betah. Meskipun punya kecenderungan mengglorifikasi kepunyaan kota atau negara lain—membuat Nepal Van Java dan Malioboronya Borobudur—saya kira Magelang masih punya identitasnya yang kuat.

Selain itu, Magelang juga punya banyak sekolah unggulan, universitas negeri, terminal, pasar dengan sayuran segar, gerai makanan dan minuman hits, hingga pusat hiburan seperti mal. Mungkin yang kurang dari tempat ini hanya stasiun dan jalan tol. Namun, sebentar lagi dua hal itu akan segera hadir di Magelang. Magelang adalah perpaduan antara kota dan pedesaan yang berimbang. Di satu sisi ada tempat yang kekinian yang modern, di sisi lain kita mudah menemui persawahan yang dihias lanskap gunung. Kurang apa lagi?

Magelang adalah pusat pulau Jawa, begitulah legendanya. Ia punya semua yang dibutuhkan oleh orang-orang yang ingin menerapkan slow living, atau menjadi tujuan untuk pensiun mengistirahatkan diri. Namun, sebagai warga asli, saya melarang orang-orang yang ingin menjadikan Magelang sebagai tempat untuk pensiun.

Baca halaman selanjutnya

Sebagai warga asli, saya khawatir…
Tentu ini sekadar kekhawatiran saya sebagai seorang warga asli, dan sah-sah saja kalau dianggap berlebihan. Pariwisata adalah salah satu faktor yang menyebabkan sebuah tempat dikenal. Magelang pun tak mau ketinggalan seperti wilayah lain yang gencar menggalakkan pariwisata dan rajin memoles citra. Orang-orang mulai datang untuk berinvestasi, ikut memeriahkan pariwisata. Mungkin hal itu juga yang menarik minat orang-orang yang ingin pindah dan pensiun di Magelang.

Bentang alam dan citra yang ditampilkan Magelang, semua itu saya kira mampu menarik minat banyak orang. Namun, harga tanah, yang sekarang saja sudah dianggap tinggi bagi warga asli, tentu akan makin naik jika banyak yang ikut memeriahkan dan meromantisisasi keindahan Magelang. Dan saya kira akan berbahaya jika makin banyak orang luar yang membeli tanah di sini yang mungkin dianggapnya sangat murah itu. Sawah yang beralih fungsi tentu boleh dianggap hal biasa, namun itu tak serta merta bisa dianggap sebagai kemajuan. Jika pembangunan yang dilakukan justru bukan untuk warganya, tentu itu bukan kemajuan.

Magelang adalah kawasan yang cocok untuk pensiun, itu pasti. Namun, apa yang akan terjadi pada warga asli jika banyak yang datang ke sini? Apakah kami akan makin sejahtera atau justru terusir?

Mungkin saya berlebihan, mungkin itu memang benar. Tapi, siapa yang mau kotanya bernasib sama dengan kota-kota lain yang katanya berbudaya dan murah itu? Magelang sepertinya sedang menuju ke arah sana juga dan sepertinya tak terelakkan, atau malah mungkin sudah terjadi. Untunglah, Magelang punya tetangga yang lebih menggairahkan, lebih berbudaya, fasilitasnya lebih komplet, dan tentu saja lebih ramah. Setidaknya, tetangganya itu mampu menunda orang-orang untuk segera memenuhi Magelang.

Penulis: Bayu Kharisma Putra
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Menjelaskan Soal Magelang dan Segala Kesalahpahaman yang Menyertai.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version