Boleh lho bawa koper di KRL Commuterline Jabodetabek, asal ukurannya sesuai dengan aturan.
Saat jam istirahat kantor, saya scrolling timeline Twitter (saya masih menolak menyebutnya media sosial X) seperti biasa. Siapa tahu ada topik menarik dibahas di sana. Timeline Twitter memang gudangnya informasi dan perdebatan,
Ternyata benar, siang itu ada orang yang nge-tweet (saya masih menolak menyebutnya nge-post) gambar tangkapan layar sebuah grup Facebook. Isinya, kumpulan orang nyinyirin penumpang KRL Jabodetabek yang duduk sambil membawa koper besar di hadapannya. Salah satu komentar yang saya ingat betul, “Seharusnya bayar bagasi ya, atau berdiri dah. Gede gede amat kopernya”.
Jujur saja, saya malu membaca komentar itu. Terlihat sekali kalau netizen kurang riset. Secara aturan, boleh lho bawa koper di KRL, walau memang ada peraturan yang membatasi ukuran dan jumlahnya.
Aturan membawa koper di KRL
Saya beri tahu ya penumpang KRL boleh membawa bagasi tangan asal ukurannya maksimal 40 cm x 30 cm x 100 cm. Setiap penumpang diperbolehkan membawa maksimal 2 bagasi tangan. Selama bagasi-bagai itu ditempatkan dengan baik selama perjalanan, penumpang tersebut tidak melanggar aturan apapun.
Itu mengapa nyinyiran netizen yang memerintahkan penumpang membayar bagasi itu benar-benar tidak tepat. Apalagi, sejauh pengamatan saya, ukuran koper yang dibawa penumpang dalam foto tampak tidak begitu besar. Setidaknya masih dalam batas ukuran yang diperbolehkan.
Nyinyiran awal postingan Facebook tersebut mempertanyakan apakah penumpang yang bawa koper gede harus bayar bagasi. Sudah pasti nggak harus bayar. Ngapain penumpang itu bayar lebih kalau apa yang mereka bawa masih sesuai aturan?
Menurut saya, daripada memotret dan memviralkannya, lebih baik penumpang langsung lapor ke petugas yang ada hampir di tiap gerbong KRL. Sejauh pengalaman saya, petugas keamanan KRL cukup gercep membereskan persoalan-persoalan di gerbong KRL kok.
Andaikan koper besar nggak boleh masuk KRL, saya yakin penumpang tersebut tidak akan diizinkan masuk gerbong kereta. Kalau sudah terlanjur di dalam, pasti akan diturunkan di stasiun terdekat.
Menandakan transportasi publik diandalkan oleh warga
Berbeda dengan netizen yang memandang penumpang pembawa koper adalah pengganggu, saya justru melihat sebaliknya. eberadaan penumpang KRL bawa koper itu pertanda baik. Bawasannya sistem transportasi umum kita sudah mulai terintegrasi. Jadi, antara satu moda transportasi dengan yang lain saling terhubung.
Menurut saya, ada dua kemungkinan kenapa penumpang KRL bawa koper besar. Pertama, dia mau naik atau abis turun dari kereta api jarak jauh di Stasiun Pasar Senen atau Stasiun Jatinegara. Kedua, dia ingin naik atau selesai turun dari kereta bandara.
Asal kalian tahu, pemandangan penumpang bawa koper besar di transportasi umum itu biasa. Terlebih kalau kamu pernah plesiran ke luar negeri. Terutama plesiran di negara yang transportasi umumnya baik macam Jepang dan Singapore.
Sebenarnya di Indonesia juga nggak jauh beda. Akan tetapi, entah mengapa ada aja orang yang nyinyir. Padahal, nggak ada aturan yang dilanggar. Untuk pembuat postingan nyinyir tersebut, sebaiknya jangan nyinyir ke sesama penumpang biasa. Hanya menimbulkan konflik horizontal saja. Mending energinya disalurkan untuk kritik pemerintah atas setiap jengkal kekurangan KRL.
Penulis: Ahmad Arief Widodo
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Alasan Gerbong KRL Khusus Perempuan Malah Dihindari oleh Perempuan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.