Dua tahun yang lalu saya sempat mendapatkan tugas untuk melakukan penelitian di Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Penelitian saya lebih banyak menggunakan metodologi kuantitatif dengan kuesioner sebagai instrumen penelitiannya. Tapi ketika mengumpulkan data, obrolan saya dengan masyarakat membuat saya ikut menghimpun informasi-informasi baru.
Salah satu informasi yang saya temukan adalah jarang banget ada orang yang merantau ke Blora. Justru banyak sekali orang Blora yang merantau ke daerah lain. Orang-orang asli Blora meninggalkan kota kelahirannya untuk bekerja dan kuliah ke kota-kota sebelah, yang kebanyakan di Semarang, Solo, atau Jogja.
Ya, gimana. UMR Blora per tahun 2024 saja hanya Rp2.101.813. Angka ini selisih Rp1.141.883 dari UMR Kota Semarang. Selain itu, lokasi Blora pun cukup terpencil dan berada di paling ujung dari wilayah Provinsi Jawa Tengah.
Tapi, mungkin ada satu per seribu orang yang ditakdirkan merantau ke Blora. Entah karena dapat kerja di kilang minyak di Cepu atau melanjutkan kuliah di kabupaten ini. Di Blora ada beberapa kampus, yang salah duanya adalah Politeknik Energi dan Mineral AKAMIGAS Cepu dan Sekolah Tinggi Teknologi Ronggolawe Cepu, Blora. Lulusannya akan langsung lanjut kerja di kilang minyak kali, yaaa.
Semisal kalian adalah calon pekerja atau mahasiswa yang akan merantau ke Blora, saya ingatkan untuk memiliki kendaraan pribadi terlebih dahulu sebelum merantau. Jangan lupa juga untuk belajar cara mengendarainya. Kalau nggak bisa naik dan nggak punya kendaraan sendiri, mending nggak usah merantau ke Blora sekalian.
Daftar Isi
Blora sulit aksesnya ke mana-mana
Seperti yang saya bilang, lokasi Blora cukup terpencil. Dikelilingi oleh hutan jati dan lahan sawah serta kondisi jalan yang menantang akan menjadi PR besar bagi kalian. Sejak datang ke Blora pun kalian akan dipusingkan karena pilihan moda transportasi ke kabupaten ini sangat terbatas.
Blora memang memiliki terminal, bandara, dan stasiun. Sayangnya, sebagian besar masih paling mudah diakses di Cepu. Sementara di kecamatan lain, jangankan pesawat terbang atau kereta api, bus antarkota saja nggak dilewati.
Kalau kalian dapat kerja atau kuliah di Cepu, memang struggle-nya nggak begitu terasa. Tapi jika kalian mendapatkan tugas ke kecamatan lain, barulah kalian akan merasakan susahnya akses antardaerah di Blora. Kecuali kalian punya keberanian dan ketangguhan yang luar biasa untuk menyusuri hutan jati atau kabupaten yang nggak ramah untuk pejalan kaki, boleh-boleh aja memilih berjalan kaki.
Transportasi umum nyaris punah
Teman kuliah sekaligus rekan riset saya yang merupakan warga asli Blora menceritakan bahwa transportasi umum di sana sudah sangat langka. Dulu ia pernah menceritakan mudahnya menjumpai angkot dan bus kota. Namun, semua transportasi umum tersebut sudah sangat jarang melintas.
Dulu, transportasi umum di Blora yang berupa bus sedang dan angkot melayani sebanyak 27 trayek. Pada 2016, trayeknya berkurang drastis hingga sepuluh trayek saja. Rute transportasi umum di Blora kian berkurang. Bahkan tahun lalu saja tinggal tersisa satu trayek Blora-Cepu. Kini hanya tersisa dokar di Blora yang peruntukannya lebih untuk wisata.
(Hampir) nggak ada ojek online di Blora
Ucapkan selamat tinggal pada kemudahan “tinggal klik, jemputan dateng” pada aplikasi ojek online. Ngenesnya, di Blora hampir nggak ada ojek online.
Layanan ojek online di Blora masih dalam masa transisi karena baru mulai perekrutan driver-nya pada Oktober 2023 lalu. Iya, kalian nggak salah baca. Ketika kita sudah bertahun-tahun merasakan kehadiran ojek online, warga Blora belum ada setahun mencicipinya.
Layanan ojek online yang masih sangat terbatas di Blora otomatis membuat kalian nggak bisa semudah itu mengakses ojek motor, layanan pesan antar makanan, atau layanan antar barang. Kalian harus lebih banyak bergantung pada diri sendiri dan kendaraan pribadi untuk berpindah tempat, cari lauk untuk makan, atau nganterin fotokopian makalah ke rumah teman.
Pastikan untuk memiliki kendaraan pribadi dan skill mengendarainya. Kalau terpaksa banget harus bergantung pada transportasi umum, kalian harus menyiapkan waktu dan kesabaran yang sangat besar karena belum tentu ada angkot yang lewat. Selain itu, kalau kalian mau memanggil ojek konvensional, kalian harus menyiapkan budget yang sangat besar. Jadi, kalau nggak mau boncos, mending pakai kendaraan sendiri.
Penulis: Noor Annisa Falachul Firdausi
Editor: Rizky Prasetya