Jangan ke Lembang kalau Pengin Menikmati Wisata Alam

Jangan ke Lembang kalau Pengin Menikmati Wisata Alam Terminal Mojok

Jangan ke Lembang kalau Pengin Menikmati Wisata Alam (Unsplash.com)

Memangnya kenapa sih nggak boleh berwisata alam di Lembang?

Saya yakin, kalian semua pasti sudah nggak asing lagi dengan daerah wisata bernama Lembang. Apalagi menjelang libur Natal dan Tahun Baru seperti ini, nama Lembang tentu semakin santer disebut. Lokasi ini memang terkenal karena memiliki banyak pilihan tempat rekreasi yang bisa dikunjungi sendirian, berdua, atau bersama squad kesayangan.

Entah sejak kapan daerah Lembang terkenal dan dikunjungi banyak wisatawan. Memang sih lokasinya yang berada di dataran tinggi dan udaranya yang masih cukup sejuk membuatnya dijadikan tujuan liburan orang-orang yang pengin pergi dari hiruk-pikuk perkotaan, meskipun hanya sesaat.

Maka tak heran jika di Lembang ada begitu banyak—bahkan terlalu banyak—tempat yang didirikan untuk menunjang kebutuhan wisatawan seperti amusement park, restoran, penginapan, hingga hotel mewah. Ada juga angkringan sederhana yang berjejer di sepanjang jalan yang sering jadi lokasi istirahat para rider sunmori.

Saya memang bukan warga lokal Lembang. Saya cuma warga yang kebetulan tinggal di kabupaten yang sama dan kebetulan pula sering berkunjung atau sekadar melintasi jalanan Lembang. Makanya saya sedikit tahu persoalan di Lembang ini. Izinkan saya mengatakan satu hal: Lembang adalah destinasi wisata yang overrated, apalagi jika tujuan kalian adalah sungguh-sungguh menikmati alam.

Saya nggak bermaksud menjelek-jelekkan Lembang. Toh sebagai salah satu daerah wisata di Kabupaten Bandung Barat, daerah ini memang memegang peranan penting dalam menyumbang pendapatan daerah lewat pajaknya. Bisa gawat kalau pendapatan daerah turun hanya karena tulisan warganya. Nanti jalanan di sekitaran rumah saya nggak kunjung diperbaiki. Saya juga yang kena imbasnya, kan?

Dalam beberapa tahun terakhir, saya mengamati bahwa berwisata alam di Lembang sudah nggak senikmat dulu lagi. Daerah ini sudah banyak berubah. Hal yang membuatnya demikian adalah karena orang terus-menerus datang ke sini untuk berwisata.

Lho, bukannya semakin banyak pengunjung justru semakin bagus, ya? Para pelaku usaha di Lembang jadi semakin banyak pelanggan, sehingga pendapatan mereka juga jadi lebih banyak dan dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas barang dan jasa yang ditawarkan.

Hal itu memang benar terjadi di Lembang. Tapi, itu hanya kenyataan sederhananya. Jika kalian adalah investor, apa yang akan kalian lakukan terhadap sebuah daerah wisata alam yang belum memiliki banyak akomodasi baik bagi wisatawan? Tentu kalian akan berinvestasi dengan mendirikan sesuatu di sana, entah itu hotel, penginapan, tempat bermain, rumah makan, sampai resort.

Nah, di situlah letak masalahnya. Nyatanya, sekarang ini sudah terlalu banyak tempat semacam itu di Lembang, meskipun pada akhirnya tetap penuh juga di musim liburan. Tapi, artinya ada terlalu banyak orang pula yang datang berwisata ke Lembang. Setiap tempat selalu penuh dengan wisatawan. Dan menurut saya, terlepas dari apa pun jenis tempatnya, wisatawan yang berada di tengah kerumunan wisatawan lain pasti nggak akan bisa menikmati waktunya secara maksimal.

Maraknya pembangunan fasilitas seperti hotel dan semacamnya juga sulit sekali untuk selaras dengan pelestarian kondisi alamnya. Sekarang, sebagian besar kiri-kanan jalanan Lembang berdiri bangunan-bangunan kokoh maupun lahan luas taman rekreasi. Menemukan tempat yang masih cukup natural adalah perkara yang nggak mudah di Lembang. Kalian mungkin masih bisa menghirup udara sejuknya, tapi nuansa alamnya sudah berubah menjadi “alam buatan”.

Anehnya, sampai sekarang masih ada orang yang merekomendasikan Lembang sebagai destinasi wisata alam yang bisa dijadikan pilihan dan masih banyak pula orang yang benar datang ke sini untuk tujuan tersebut. Padahal, kenyataannya, lingkungan di sini juga sudah mulai menjadi beton-beton keras dan kurang mendukung lagi untuk wisata alam.

Kalaupun masih ada tempat yang menawarkan keaslian alam yang cukup terjaga, hampir bisa dipastikan tempat tersebut penuh. Sebab, orang yang benar-benar ingin menikmati alam juga pasti berbondong-bondong pergi ke tempat tersebut. Pada akhirnya, yang kalian nikmati adalah keramaian manusia yang nggak jauh berbeda dengan di kota.

Terlepas dari hal-hal di atas, ketidakcocokan Lembang sebagai destinasi wisata alam juga cukup dipengaruhi oleh lokasinya yang merupakan jalur penghubung Bandung Barat-Subang-Sumedang. Jujur, saya memang sering melintasi wilayah Lembang karena hal ini. Demi menghindari truk besar di Cileunyi-Sumedang dan menghemat biaya tol, jalur Lembang saya jadikan alternatif. Apalagi, ke Subang lewat sini juga bisa sekalian menikmati kebun teh dan keasrian alam yang sebenarnya menurut saya lebih fresh.

Lantaran merupakan jalur penghubung, di luar waktu liburan pun Lembang tetap akan macet. Ada begitu banyak kendaraan pribadi dan bus besar yang lalu-lalang di sepanjang jalur ini setiap harinya. Artinya, polusi kendaraan dan suhu yang meningkat di kawasan Lembang juga adalah sebuah kepastian. Mungkin beberapa orang nggak akan terlalu peduli, tapi hal itu jelas mengganggu bagi yang ingin sebentar saja mencicipi udara segarnya Lembang.

Dengan kondisi demikian, saya ragu masih ada orang yang bisa benar-benar enjoy dengan alam Lembang yang seadanya itu. Jadi, kita harusnya sudah tahu, ke Lembang itu terkadang nggak lebih dari menikmati kemacetan dan keramaian saja.

Saran saya, kalau kalian pengin ke Lembang untuk mencari wisata alam yang benar-benar segar, lebih baik kalian pikir-pikir dulu atau mundur sekalian lalu cari destinasi wisata yang lain. Lembang mungkin bukanlah tempat yang cocok untuk itu. Tapi, kalau kalian berwisata ke sini untuk sekadar mengisi waktu atau nggak masalah dengan apa pun yang telah saya sebutkan di atas, silakan datang ke sini. Nggak ada paksaan dalam memilih destinasi wisata, hehehe.

Penulis: Muhammad Raihan Nurhakim
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Bolu Susu Lembang, Oleh-oleh Bandung yang Bikin Lidah Bahagia.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version