Tidak semua tempat harus viral
Ada tempat-tempat yang memang diciptakan untuk tenang. Purwokerto termasuk salah satunya.
Di sini, kamu masih bisa duduk di pinggir jalan tanpa harus dengar suara klakson tiada henti. Masih bisa naik sepeda keliling kampung tanpa ditabrak influencer. Masih bisa ngopi di teras rumah tanpa dibikin overthinking sama algoritma.
Tetapi semua itu bisa hilang kalau tiap orang berlomba-lomba menjual ketenangan ini ke internet. Tenang itu bukan komoditas, tapi hak. Dan warga Purwokerto berhak mempertahankannya.
Kami ini tidak minta banyak, cuma ingin hidup biasa. Bangun pagi, makan bubur, kerja dari rumah, dan malam bisa tidur tanpa dengar suara knalpot brong atau kontes DJ jalanan.
Kami tidak ingin kota kami jadi tempat adu eksistensi. Tidak ingin alun-alun jadi spot selfie nasional. Tidak ingin semua sudut kota kami dijadikan konten untuk orang yang cuma mampir dua hari.
Kalau kamu memang suka Purwokerto, nikmatilah dalam diam. Jangan semua harus kamu upload. Jangan semua kamu review. Biarkan sebagian tempat tetap jadi rahasia kecil yang menyenangkan.
Bukan karena kami pelit. Tapi karena kami tahu: tidak semua yang bagus harus dibagi-bagi.
Tutup kamera, buka mata
Jadi, buat kamu yang sedang ngetik caption “finally healing di Purwokerto”, coba pikir ulang. Mungkin bentuk paling tulus dari rasa cinta terhadap kota ini justru dengan tidak menjadikannya viral.
Tutup kameramu. Buka matamu. Nikmati Purwokerto seperti warga lokal: diam-diam, pelan-pelan, dan dengan hati tenang.
Penulis: Wahyu Tri Utami
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Membayangkan Purwokerto Tanpa Unsoed: Ternyata Nggak Ngenes-Ngenes Amat.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















