Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Jangan Jadi Guru Kalau Baperan, kecuali Hatimu Sanggup Legawa

Nila Kartika Sari oleh Nila Kartika Sari
2 Desember 2019
A A
sarjana pendidikan guru nasihat kiai mengajar Jangan Jadi Guru Kalau Baperan, kecuali Hatimu Sanggup Legawa PPG

guru nasihat kiai mengajar Jangan Jadi Guru Kalau Baperan, kecuali Hatimu Sanggup Legawa PPG

Share on FacebookShare on Twitter

Terus terang, ketika kemarin seluruh postingan di WhatsApp story, Facebook, dan banyak media sosial lainnya yang mengunggah ucapan “Selamat Hari Guru”. Mungkin saya adalah sebagian kecil manusia di Indonesia yang tidak mengucapkan selamat atau merayakannya dengan suka cita. Saya membaca pidato Bapak Nadiem Makariem ketika upacara bendera peringatan Hari Guru Nasional dengan menangis, bahkan saya menulis ini pun dengan menangis sendiri di dalam kamar dan nelangsa.

Saya baper maksimal. Begitu besar harapan bangsa kepada guru, tapi begitu tidak adilnya bagaimana mereka diperlakukan di negara ini. Percayalah, masih banyak guru honorer, dengan ijazah S-1 dan gaji 300 ribu di zaman yang menggembar-gemborkan diri sebagai revolusi industri 4.0 ini.

Ibu saya, konon ketika masih muda belia, sangat ingin menjadi guru. Mendaftarkan diri di SPG tetapi tidak didukung oleh teman-temannya. Sebab, saat itu ibu saya adalah anggota geng kumpulan anak-anak hits. Mereka suka bolos, rutin nonton bioskop film remaja di masanya. Maka, bagi teman-temannya akan tampak konyol kalau ada “preman” yang memilih jadi guru.

Namun rupanya cita-cita mulia ibu saya tidak berhenti sampai di situ. Di kemudian hari, ketika sudah tidak naik kelas selama 2 tahun, puas dengan masa remaja yang penuh hiruk pikuk, dan tiba masa lulus SMA, beliau kemudian mendaftar di IKIP Malang. Sekolah tinggi yang sekarang berganti nama menjadi Universitas Negeri Malang. Keinginannya yang kuat untuk hijrah dan cita-cita mencerdaskan anak bangsa tampaknya belum padam. Beliau mendaftar menjadi guru Sejarah dan sayangnya tidak diterima.

Kita tahu bahwa doa seorang Ibu itu makbul adanya. Bagaimana tidak? Saya dan adek semata wayang yang tidak pernah memiliki cita-cita menjadi guru, atas doa ibu, serentetan takdir berakhirlah kami berdua menjadi guru. Kami menjadi saksi sejarah, begitu dasyatnya doa seorang ibu. Ya, meski gaji kami dengan prifesi ini memang cukup bikin meringis. Tapi tak apa, yang penting ini adalah pekerjaan mulia, halal, dan gajinya hingga akhirat.

Akan tetapi, apakah kemudian seorang guru tidak diperbolehkan mapan tanpa harus bekerja serabutan dengan mencari pekerjaan tambahan? Pasalnya, percayalah, teman-teman saya sendiri harus berutang dulu, mencari pekerjaan sampingan dulu, jika tidak ingin sekarat kehabisan energi ketika mengajar. Bermacam-macam usaha tambahan dilakukan. Mulai dari menjadi pedagang, peternak, penjahit, bahkan mengamen pun dilakukan.

Berbagai angan-angan, demo, bahkan upload slip gaji demi memperjuangkan kesejahteraan sebagai usaha paling putus asa, juga dilakukan. Sungguh sedih rasanya membaca postingan anak didik saya, yang telah menjadi guru dan melihat kenyataan gaji yang mereka terima. Bahkan diam-diam dalam hati kecil saya mendoakan mereka memilih bekerja apa pun saja selain menjadi guru. Menjadi pengusaha atau buruh pabrik dengan gaji UMR. Setidaknya, nanti ketika berkeluarga bisa hidup cukup tak kekurangan.

Mungkin situ kurang iman atau kurang bersyukur saja. Toh bekerja adalah ibadah, gaji adalah bonus. Percayalah, usaha tak mengkhianati hasil. Oh, menurut L?!! Lalu, kalau tidak ada yang merasa dikhianati oleh hasil, kenapa masih marak postingan-postingan penderitaan seorang guru honorer yang kadang bagi para awam tidak percaya dengan kenyataan yang ada?

Baca Juga:

Jangan Bilang Gen Z Adalah Generasi Anti Guru, Siapa pun Akan Mikir Berkali-kali untuk Jadi Guru Selama Sistemnya Sekacau Ini

Trenggalek Rasa Menteng: Derita Sobat UMR Surabaya Mencari Tanah di Durenan Trenggalek

Namun, apa pun yang terjadi, menjadi guru adalah pilihan. Ketika tidak siap menerima gaji sedikit, maka masih belum terlambat. Pindahlah haluan! Berhentilah. Fokus saja, menjadi pengusaha sukses seperti Bapak Nadiem Makariem. Lalu, saya doakan kalian menjadi Menteri Pendidikan. Ingatlah gajimu, lalu perjuangkan agar semua guru di Indonesia ini sejajar dengan para buruh yang berhak mendapat UMR.

Salam kemanusiaan yang adil dan beradab!

BACA JUGA Guru Honorer: Dilema Antara Cinta Mengajar dan Pendapatan atau tulisan Nila Kartika Sari lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 2 Desember 2019 oleh

Tags: gaji guruGuru Honorernadiem makarimUMR
Nila Kartika Sari

Nila Kartika Sari

Intuiting introvert yang pernah bercita-cita menjadi dokter jiwa dan suka mojok ngadem di perpustakaan.

ArtikelTerkait

Guru Asing di SMA Garuda, Lelucon Dunia Pendidikan di Awal Tahun yang Berpotensi Jadi Masalah Besar di Kemudian Hari lembaga pendidikan swasta guru honorer, sekolah swasta

Saatnya Pemilik Lembaga Pendidikan Swasta Meminta Maaf pada Guru karena Menggaji Mereka Tidak Layak!

16 September 2025
Catatan Pemakluman Masalah di Jogja oleh Sultan Jogja Selama 10 Tahun Terakhir

Catatan Pemakluman Masalah di Jogja oleh Sultan Jogja Selama 10 Tahun Terakhir

24 Januari 2023
Balada Hidup di Jogja: Hidup Susah, Mati Lebih Susah

Balada Hidup di Jogja: Hidup Susah, Mati Lebih Susah

29 Juli 2022

Buruh Belum Sejahtera, tapi Kemenaker Bilang Upah Minimun Kita Terlalu Tinggi

18 November 2021
renovasi ruang kerja nadiem makarim mojok

Nggak Usah Nyinyir, Renovasi Ruang Kerja Nadiem Memang Penting Banget kok

15 September 2021
Susahnya Mendapat Gaji UMR di Tangerang, Kota Penyangga Jakarta: Kerja Serius, Gajinya Bercanda

Susahnya Mendapat Gaji UMR di Tangerang, Kota Penyangga Jakarta: Kerja Serius, Gajinya Bercanda

11 Januari 2024
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

17 Desember 2025
Lumajang Bikin Sinting. Slow Living? Malah Tambah Pusing (Unsplash)

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

19 Desember 2025
Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

15 Desember 2025
Perbaikan Jalan di Lamongan Selatan Memang Layak Diapresiasi, tapi Jangan Selebrasi Dulu, Wahai Pemerintah Daerah!

Perbaikan Jalan di Lamongan Selatan Memang Layak Diapresiasi, tapi Jangan Selebrasi Dulu, Wahai Pemerintah Daerah!

13 Desember 2025
Isuzu Panther, Mobil Paling Kuat di Indonesia, Contoh Nyata Otot Kawang Tulang Vibranium

Isuzu Panther, Raja Diesel yang Masih Dicari Sampai Sekarang

19 Desember 2025
Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

18 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran
  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban
  • Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan
  • Katanya Bagian Terberat bagi Bapak Baru saat Hadapi New Born adalah Jam Tidur Tak Teratur. Ternyata Sepele, Yang Berat Itu Rasa Tak Tega
  • Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.