James Gunn Menjadi Pemimpin DCU: Perubahan Besar atau Sekadar Ikut-ikutan MCU?

James Gunn Menjadi Pemimpin DCU: Perubahan Besar Atau Sekadar Ikut-ikutan MCU?

James Gunn Menjadi Pemimpin DCU: Perubahan Besar Atau Sekadar Ikut-ikutan MCU? (Pixabay.com)

James Gunn kini menakhodai DC Studios. Tepatkah?

Warner Bros. Discovery yang menaungi DC Extended Universe (DCEU) baru saja mengumumkan perombakan besar-besaran. Isu pergantian pimpinan ini sudah cukup lama dinantikan sejak kegagalan DCEU, terutama karena selalu dibandingkan dengan sang rival MCU. Pimpinan lama DC tidak terlalu disukai oleh penggemar DC, terutama oleh penggemar garis keras SnyderVerse karena menduga campur tangan mereka dalam produksi film Justice League (2017) yang dianggap gagal.

Kini, setiap tayangan adaptasi dari DC Comics akan dipimpin oleh dua orang, yaitu James Gunn dan Peter Safran. Seiring dengan adanya pimpinan baru, DC Films juga berganti nama menjadi DC Studios yang mencakup seluruh adaptasi dalam bentuk film, serial televisi, dan animasi. DCEU untuk selanjutnya cukup dikenal dengan DC Universe (DCU).

Pemilihan keduanya sebagai pimpinan baru DCU sebenarnya cukup berdasar. James Gunn tidak hanya sukses memproduksi adaptasi komik di semesta Marvel atau MCU, tetapi juga menorehkan kesuksesan yang sama di DC dengan reboot film The Suicide Squad dan adaptasi serial anti-hero Peacemaker. Di sisi lain, Peter Safran sudah dikenal sebagai produser film-film DC arahan Gunn dan film lainnya seperti Aquaman dan Shazam! yang terbilang sukses. Oleh karena itu,kehadirannya juga menambah angin segar bagi penggemar DCU. Gunn dikabarkan akan mengurusi bidang kreatif, sementara Safran akan mengurusi masalah bisnis dan produksi.

Perubahan ini tentu menimbulkan pro dan kontra. Di satu sisi, adanya James Gunn di pucuk pimpinan DC Studios menjadi pertanda dimulainya produksi adaptasi pahlawan super DC yang lebih baik. Sejak Gunn sendiri pernah berhasil mengembangkan cerita dari The Suicide Squad ke Peacemaker, bukan tidak mungkin jika DCU di bawah pengawasannya ke depan akan mulai menata koneksi film dan serial adaptasi DC yang lebih baik. Semesta DC saat ini masih berada dalam kondisi yang tidak pasti karena kondisi yang belum kondusif di tim internal DC Studios yang berakibat mundurnya beberapa aktor dan tim produksi.

DCEU sebenarnya sudah mulai menyusun cetak biru dari semesta DC dengan linimasa yang teratur. Superman mulai hadir dalam Man of Steel, diikuti Batman di Batman V Superman: Dawn of Justice, Wonder Woman dalam filmnya sendiri, Aquaman, dan sisa pahlawan super lainnya dipertemukan dalam Justice League. Akan tetapi, Justice League yang bermasalah lagi-lagi menjadi biang keladi atas kegagalan DCEU di mata penggemarnya. Bukan hal yang aneh ketika film The Flash yang akan rilis nanti berusaha menghapus seluruh linimasa DCEU terdahulu, termasuk kegagalan Justice League.

Di sisi lain, tidak sedikit penggemar yang menyayangkan kebijakan ini hanya karena ingin menjiplak kesuksesan MCU yang diarahkan oleh Kevin Feige. James Gunn dianggap hanya akan merusak ciri khas gaya DC yang lebih “gelap” secara tematik, sementara produksinya sendiri dikenal lebih condong ke MCU yang “berwarna”. Anggapan ini juga berangkat dari para penggemar sudah terbiasa dengan produksi film-film DC terdahulu, tidak terkecuali garapan Zack Snyder.

Meskipun demikian, adaptasi Peacemaker produksinya membuktikan bahwa James Gunn juga mampu memenuhi tuntutan tersebut. Selain itu, adaptasi arahan James Gunn juga berhasil memberikan nuansa komedi yang tidak dipaksakan, terlebih jika dibandingkan dengan arahan Joss Whedon dalam Justice League (2017).

Dengan kata lain, petinggi WB Discovery sebenarnya mulai belajar dari kegagalan untuk mengikuti kesuksesan MCU. Perombakan DC Studios juga diikuti dengan kabar Henry Cavill yang dipastikan kembali memerankan Superman. Meskipun WB Discovery seolah menuruti tuntutan penggemar film DC untuk merombak jajaran petingginya, mereka tetap realistis dengan memperhatikan selera pasar terkini. Tidak dimungkiri bahwa selera adaptasi komik saat ini didominasi oleh MCU. Strategi mereka dalam meneladani rival tidak selalu terlihat buruk atau sekadar ikut-ikutan. Semuanya akan kembali kepada hasil film-filmnya. Jika berada di tangan yang tepat, DCU mampu mempertahankan ciri khasnya sembari memberikan tayangan yang lebih berkualitas.

Penulis: Ahmad Sulton Ghozali
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Black Adam: Action Mantap, Story Ampas

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version