Beberapa bulan terakhir, video pengendara sepeda motor yang melewati jalur mobil di Jembatan Suramadu banyak yang viral. Berbagai komentar negatif pun bermunculan. Komentar-komentar netizen itu intinya menyalahkan orang-orang Madura yang tidak paham aturan karena tidak menggunakan jalur motor Jembatan Suramadu.
Bukannya ingin membela pengendara sepeda motor, tapi saya hanya ingin meluruskan. Tidak semua orang yang melintas di Jembatan Suramadu adalah orang Madura. Jembatan itu memang menghubungkan antara Surabaya dan Madura, tapi yang melintasinya tidak melulu orang Madura. Jadi komentar negatif terhadap orang-orang Madura itu saya rasa salah sasaran.
Selain itu, mereka yang berkomentar pasti belum pernah melewati jalur motor Jembatan Suramadu. Kalau pernah melewatinya, mereka mungkin akan seperti saya. Berusaha memaklumi tindakan para pengendara motor di jalur mobil itu. Bagaimana tidak maklum kalau melihat dan merasakan jalur motor Jembatan Suramadu sangatlah sempit.
Pernah sekali waktu saya sengaja menghitung berapa banyak pengendara sepeda motor yang mengambil jalur mobil. Setidaknya ada 25 kendaraan selama saya melintasi Jembatan Suramadu. Jumlah yang tidak sedikit kalau dikonversikan menjadi angka kecelakaan, mengingat banyak kecelakaan terjadi karena pengendara melintasi jalur yang tidak seharusnya.
Tampaknya risiko kecelakaan tidak cukup membuat para pengendara kapok, itu mengapa polisi kerap melakukan penilangan di Jembatan Suramadu. Namun, tindakan ini tidak juga membuat pengendara jera. Kejadian ini menunjukkan dua hal, pengendara sepeda motor yang memang bebal atau jalur sepeda motor yang tidak sepadan dengan jumlah kendaraan yang melintas. Sejauh pengalaman saya melewati jembatan terpanjang se-Indonesia ini, saya cenderung setuju pada pilihan ke dua.
Baca halaman selanjutnya: Jalur motor sempit…