Banyak kendaraan besar yang lalu-lalang
Jalan Wates memang menjadi jalur penghubung ke beberapa kabupaten seperti Kulon Progo, Purworejo, Bantul, dan Sleman. Tak heran jika banyak kendaraan besar dan bermuatan menggunakan jalur ini karena lebar jalannya cukup memadai. Selain itu, Jalan Wates Jogja juga bukan termasuk jalan yang rawan macet sehingga cocok dijadikan jalur kendaraan besar memenuhi setoran.
Saya kerap beriringan dengan kendaraan besar tiap kali lewat sini. Di pagi hari saya bertemu dengan truk tangki BBM yang siap mendistribusikan bahan bakar. Sementara di malam hari, saya bertemu dengan bus besar dan truk bermuatan yang siap kembali ke kandangnya masing-masing. Sudah nggak bergairah, jalan ini juga menjadi jalur cepat bagi para pengendara. Sungguh perpaduan yang mantap.
Perlu branding dan promosi
Sebenarnya Jalan Wates Jogja berpotensi menjadi jalur yang bisa “menghidupkan” beberapa kawasan, entah itu Bantul, Kulon Progo sendiri, bahkan Sleman. Sayangnya, jalur ini belum dipromosikan dengan branding menarik.
Selama ini, di sebelah kiri dan kanan Jalan Wates hanyalah rest area tempat pengendara jarak jauh berhenti sejenak. Itu pun kadang rasa masakan yang dijual nggak terlalu enak. Siapa yang mau meluangkan waktu mengunjungi tempat dengan karakteristik seperti itu?
Para pemangku kebijakan perlu mengambil tindakan perencanaan tata ruang dengan memanfaatkan potensi dari para pendatang di Bandara YIA. Branding desa wisata bisa menjadi salah satu opsi agar wisatawan tak melengos begitu saja dan menganggap jalan ini sebagai jalur penghubung biasa. Promosikan tempat dengan lebih serius agar mereka tertarik mengunjungi tempat wisata di sekitar Jalan Wates.
Saya berandai-andai jika Jalan Wates Jogja menjadi jalan utama yang menghubungkan wisatawan ke tempat-tempat menarik di Kulon Progo, Bantul, maupun Sleman. Coba bayangkan berapa banyak masyarakat yang terdampak apabila branding dan pengelolaan tata ruang yang dipikirkan secara matang?
Tapi apalah arti berandai-andai. Toh setelah pembangunan Bandara YIA saja tak terlihat pergerakan signifikan dari pemerintah. Oleh karena itu, tolong Bapak/Ibu dari pemerintah kabupaten, bupati, bahkan gubernur bisa turut memikirkan kebijakan yang berdampak ke seluruh lapisan masyarakat. Nggak sedang memikirkan hal lain yang tak terlalu penting seperti penerus takhta kerajaan, kan? Nggak mungkin, lah, kalau itu……
Penulis: Muhammad Iqbal Habiburrohim
Editor: Intan Ekapratiwi