Jalan Tambak-Bendo Jogja, jalan kecil penghubung Jogja, Bantul, dan Sleman yang betul-betul menguji kesabaran.
Kecamatan Tegalrejo, tempat tinggal saya, berjarak tidak sampai 2 km dari Tugu Jogja yang ikonik itu. Walau jaraknya sangat dekat, banyak orang masih asing dengan daerah ini. Itu mengapa saya sering mengenalkan kecamatan saya ini dengan daerah di Jogja barat yang berbatasan langsung dengan Bantul dan Sleman.
Bukannya semakin paham, banyak orang yang mendengar penjelasan saya justru terheran-heran. Orang-orang terkejut karena selama ini menyangka bahwa Bantul dan Sleman itu dua daerah yang sangat berjauhan. Sleman identik dengan utara, sementara Bantul identik dengan daerah selatan. Padahal kedua kabupaten ini sebenarnya berbatasan.
Daftar Isi
Jalan Tambak-Bendo penghubung Jogja, Bantul, Sleman
Nah, kebetulan sekali, ada satu titik Kotamadya Yogyakarta yang berdekatan dengan dua kabupaten tersebut. Titik itu terletak di Kecamatan Tegalrejo yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Kasihan, Bantul dan Kecamatan Gamping, Sleman. Tiga daerah ini dihubungkan oleh satu jalan kampung yang minimalis dari segi ukuran, konstruksi, dan kenyamanan bernama Jalan Tambak-Bendo.
Jalan Tambak-Bendo sebenarnya jalur alternatif yang memangkas jarak lumayan signifikan. Daripada harus melewati Jalan Kabupaten atau Jalan Magelang, biasanya orang-orang lebih memilih lewat sini. Sayangnya, jalan ini betul-betul menguji kesabaran. Panjang jalannya memang hanya sekitar 1-2 km, tapi kondisinya sangat memprihatinkan.
#1 Jalan Tambak-Bendo Jogja cuma muat satu mobil
Jalan-jalan di Jogja memang khas dengan ukurannya yang mini dan nyaris ciut. Jalan rayanya saja sempit, apalagi jalan kampung. Itulah yang terjadi pada Jalan Tambak-Bendo Jogja yang hanya cukup dilewati satu mobil. Kalau ada mobil yang lewat, kendaraan lain harus mengalah dengan mlipir-mlipir ke sisi jalan yang juga sama-sama mepet itu.
Masalahnya, di sekitar jalan ini, di sisi Kecamatan Kasihan, Bantul ada perumahan yang penghuninya sebagian besar mengendarai mobil. Mereka biasanya juga melewati Jalan Tambak-Bendo untuk memotong waktu tempuh. Tebak apa yang akan terjadi saat mobil ketemu mobil di satu jalan yang sangat sempit. Macet mustahil terhindarkan. Apalagi para pengendara mobil biasanya sama-sama keras kepala dan nggak mau mengalah.
#2 Conblock pecah-pecah dan berlubang
Mengingat Jalan Tambak-Bendo ini sebenarnya jalan kampung, tidak heran kalau bahannya sangat sederhana. Bukan aspal mulus seperti di jalan-jalan utama, jalan ini terbuat dari bata beton alias conblock. Awalnya conblock memang sudah cukup untuk mempermudah akses warga daripada mereka harus melewati jalan dari tanah dan kerikil. Namun, setelah sekian tahun, conblock yang selalu bergesekan permukaan ban kendaraan dan kebanjiran ini lama-lama tergerus juga.
Kondisinya saat ini conblock sudah saling nggak menyatu satu sama lain, pecah, dan kasar sampai tampak batu serta kerikilnya. Itu mengapa pengendara yang melewati jalan ini wajib hati-hati. Mengendarai kendaraan dalam kecepatan tinggi dengan kondisi ban baru saja diisi angin di Jalan Tambak-Bendo adalah haram. Kalau tidak percaya, coba saja hasilnya badan kalian akan linu sekujur tubuh.
Baca halaman selanjutnya: Jalan Tambak-Bendo Jogja sering …
#3 Jalan Tambak-Bendo Jogja sering kebanjiran
Masalah lain yang berkaitan dengan jalan ini selalu muncul saat musim hujan tiba. Tepat di depan SD Negeri Bener, banjir selalu menggenang tiap hujan turun. Ketinggian banjirnya memang nggak sedramatis Jakarta, tapi cukup untuk membuat kesal karena ikut membasahi bagian bawah celana panjang.
Selain itu, titik langganan banjir ini juga berkedudukan sebagai titik macet yang diakibatkan pertemuan dua mobil dari arah yang berlawanan. Rasanya nggak nyaman banget menunggu kemacetan terurai dengan kondisi kaki terendam air banjir.
#4 Polisi tidur setinggi harapan orang tua
Sebenarnya polisi tidur di Jalan Tambak-Bendo ini lebih cocok disebut batalyon tidur saking tingginya. Motor-motor seperti Honda Vario 125 pasti akan kepentok atau tergesek pada bagian bawah, saya salah satu korbannya.
Titik utama polisi tidur ini terletak di depan Masjid Baiturrahim yang masih termasuk wilayah administratif Kecamatan Kasihan, Bantul. Selain itu, ada pula di Dukuh Mayaan, daerah yang sudah masuk Kecamatan Gamping, Sleman. Dukuh Mayaan ini pun punya banyak sekali “koleksi” polisi tidur yang lumayan menyebalkan.
Walau bukan jalan utama, Jalan Tambak-Bendo pada kenyataannya menjadi andalan banyak warga. Sangat disayangkann kondisi jalan andalan warga ini berakhir miris. Menurut saya, ada baiknya dinas terkait atau pemerintah memperbaiki kondisi Jalan Tambak-Bendo ini.
Penulis: Noor Annisa Falachul Firdausi
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Jogja Itu Membosankan, tapi Saya Nggak Punya Alternatif Kota Wisata Lain
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.