Ekspektasi yang berlebihan
Saya merasa warga setempat berekspektasi terlalu tinggi terhadap kawasan pedestrian Kota Pempek ini. Mereka terlalu berharap kawasan pedestrian bisa memberikan vibes mirip seperti Malioboro Jogja. Hal itu begitu sulit, mengingat tidak sepenuhnya perhatian pemerintah tertuju pada kawasan ini.
Malioboro Jogja merupakan wajah dan ikon Jogja. Wisatawan pasti mengunjungi tempat ini kalau berkunjung ke Jogja. Itu mengapa perbaikan dan penataan sering dilakukan di kawasan ini. Berbeda dengan Palembang, wisatawan pasti mengunjungi Jembatan Ampera daripada Jalan Sudirman Palembang.
Itu mengapa, pemerintah setempat lebih mengutamakan memulihkan kondisi Jembatan Ampera setelah Covid-19 daripada kawasan pedestrian Sudirman. Jembatan Ampera sudah jadi wajah dan ikon Kota Palembang. Apabila Jembatan Ampera masih sepi setelah Covid-19, tentu ini bikin malu pemerintah kota di mata wisatawan.
Sebenarnya, akan lebih baik kalau pedestrian Sudirman Palembang juga kembali dihidupkan. Masih ada peluang kok karena selama ini kawasan pedestrian Sudirman hanyalah pindah tempat ke Jalan Radial.
Untuk solusi biar pengunjungnya ramai kembali, ada beberapa ya. Bisa dengan promosi besar-besaran dengan mengundang band besar atau kembali ke Jalan Sudirman. Tentu saja dengan memikirkan ulang konsep pedestrian ini supaya nggak terlalu seperti Malioboro Jogja. Kalau hal ini digarap serius saya yakin Pedestrian Sudirman akan ramai kembali.
Penulis: Muhammad Ridho
Editor: Kenia Intan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.