Kalian ingin melihat melting pot fenomena paling aneh di Jogja? Silakan nongkrong di Jalan Sorowajan Baru Jogja
Anda ingin berdialektika dan mengupas ideologi paling radikal? Berbagai ruang kolektif di Jogja siap menyambut. Ingin melihat insan yang hancur lebur karena patah hati? Silakan keliling Ring Road waktu malam. Penasaran dengan manusia yang paling aneh, baik outfit atau pemikirannya? Sila sambangi basecamp UKM berbagai kampus.
Tapi kalau ingin menemukan ketiga unsur itu berkumpul, Jalan Sorowajan Baru Jogja tempatnya.
Jalan yang riuh dengan dinamika muda-mudi Jogja ini bagaikan tanur. Melebur berbagai dinamika dan keanehan Jogja. Di setiap sudut jalan ini ada saja hal menarik dan ra cetho yang bisa Anda saksikan. Cukup nongkrong sebentar saja di jalan ini, saya jamin isi otak Anda akan meluap. Entah oleh ide, semangat, atau hal-hal wagu dan tidak masuk akal.
Daftar Isi
Kegilaan sepanjang satu kilometer
Jalan Sorowajan Baru Jogja bukan jalan besar. Mobil papasan saja masih rentan senggolan. Namun jalan sepanjang satu kilometer ini punya banyak kisah. Salah satu alasannya adalah puluhan coffee shop di sepanjang jalan ini.
Saya sih maklum dengan menjamurnya coffee shop di Sorowajan. Lokasinya dekat dengan berbagai kampus. Ada banyak kos-kosan murah dan ramah UMR Jogja. Jalan ini juga menghubungkan Jalan Jogja-Solo dan kompleks Pemkot Jogja. Belum lagi ada kedai kopi legendaris di jalan ini: Blandongan.
Jalan yang terhitung pendek dan sempit ini memiliki banyak public space yang beragam. Mau cari yang serba murah, tentu ada. Ingin yang sedikit fancy, ada juga. Pokoknya berbagai jenis tongkrongan ada di jalan ini.
Pada akhirnya ribuan muda-mudi silih berganti berkumpul di sepanjang jalan ini. Ketika ribuan pemuda berkumpul, maka akan ada kegilaan di situ. Ada ide liar yang didebatkan. Ada cinta pilu yang dicurhatkan. Dan semua disempurnakan dengan berbagai jenis pikiran dan bentuk manusia.
Baca halaman selanjutnya: Jadi Tanah Suci pujangga dan aktivis…
Jalan Sorowajan Baru jadi Tanah Suci pujangga dan aktivis
Begawan kepenulisan dan pemikir bisa Anda temui di jalan ini. Sebut saja Mahfud Ikhwan, Fachrudin Faiz, dan Edi AH Iyubenu. Maklum, mereka sudah biasa menyambangi jalan ini demi menyeruput kopi dan menciptakan karya besar. Sekarang tidak hanya ngopi, namun punya gawe besar di jalan yang membesarkan mereka. Salah satunya Pak Edi yang punya Kedai Basabasi.
Tapi tidak hanya begawan kepenulisan saja yang bisa Anda temui. Banyak komunal aktivisme yang berdiskusi sampai konsolidasi di Jalan Sorowajan Baru Jogja. Baik organisasi mahasiswa, solidaritas, dan sel-sel gerakan lain. Beberapa gerakan yang dapat label “radikal” juga sering berkumpul dan berdiskusi. Saya tidak perlu sebut merek ya, karena saya bukan cepu.
Bahkan jalan ini juga punya catatan sejarah pergerakan. Beberapa organisasi aktivis lahir di sini. Dari gerakan anarkis, kanan ekstrem, sampai serikat buruh. Berbagai diskusi yang melahirkan aksi massa juga terjadi di salah satu sudut jalan ini. Dari 1998 sampai detik ini, suara sumbang dan melawan terus bergaung dari tiap sudut Jalan Sorowajan Baru.
Jadi jangan kaget kalau banyak poster diskusi dan semacamnya mengarahkan Anda ke jalan ini. Namanya juga tanur pemikiran. Dan jangan kaget kalau nanti ada penulis dan pemikir besar baru yang lahir di jalan ini. Contohnya Prabu Yudianto.
Saksi cinta yang kandas
Gerakan dan pemikiran berbahaya bukan penguasa satu-satunya Jalan Sorowajan Baru Jogja. Kisah cinta juga jadi warna sendiri di sini. Terutama kisah cinta yang kandas dengan sempurna. Coba saja Anda nongkrong di salah satu kafe, pasti akan terdengar curhatan lirih masalah asmara.
Saya tidak sedang mengada-ada. Lha wong saya sampai bosan menguping curhatan orang asing setiap nongkrong. Entah ketikung teman, ditinggal nikah, sampai perkara weton. Teman saya juga sering curhat masalah asmara di salah satu kedai kopi Jalan Sorowajan Baru. Ah, dasar anak muda yang merasa patah hati lebih sakit daripada batu ginjal.
Andai setiap kisah patah hati dikonversi jadi truk, sudah pasti jalan ini rusak parah. Karena akan ada ratusan truk yang melintas tiap hari, mewakili ratusan kisah ambyar yang menyedihkan. Yakin wes, PUPR pasti angkat tangan.
Betapa berat nasib yang ditanggung Jalan Sorowajan Baru. Ia harus memangku berbagai ide liar, radikal, dan ndakik-ndakik. Masih ditambah beban cinta yang kandas dan remuk redam. Namun belum cukup. Karena jalan ini juga jadi catwalk bagi manusia berbagai jenis dan aneh-aneh.
Setiap sudut Jalan Sorowajan Baru penuh manusia aneh
“Ah, penulisnya sok jadi paling normal nih!” Mungkin itu kata hati Anda. Jujur, saya pun hampir enggan menulis tentang ini. Tapi demi Marx dan Bakunin, manusia di Jalan Sorowajan Baru Jogja memang aneh-aneh. Tiap hari ada saja jenis keanehan yang hanya terkesan normal kalau muncul di jalan ini.
Bayangkan ini. Ketika Anda duduk di salah satu bangku, yang pertama dilihat adalah kumpulan mahasiswa yang teriak-teriak penuh semangat. Maklum, sedang rapat ormawa. Nengok sedikit, ada mas-mas pakai baju Itadori Yuuji sedang nyeruput kopi. Di ujung sana ada mas-mas gondrong sedang marah-marah pada sistem parkir kampus. Tiba-tiba ada mas-mas sarungan pakai sepatu futsal lewat di depan Anda.
Belum cukup, karena di belakang Anda ada sekumpulan muda-mudi sedang trading Forex. Lalu di belakangnya lagi ada mahasiswa putus asa membaca revisi skripsi. Tiba-tiba di samping Anda akan ada sekumpulan fans bola sedang saling ngebanter. Semua fenomena ini disempurnakan dengan sekumpulan orang bernyanyi super fals dengan gitar yang entah pakai drop apa.
Saya tidak mengada-ada (lagi), karena ini yang saya lihat setiap nongkrong di area Jalan Sorowajan Baru Jogja. Jika besok ada Boger Bojinov sedang main remi dengan Lord Alul dan Mahfud MD di sini, saya tidak akan kaget.
Inilah hikayat yang tertoreh di Jalan Sorowajan Baru. Akhir kata, saya ajak Anda untuk sekali saja nongkrong di sini. Tidak perlu banyak bicara, tapi cukup diam dan dengarkan. Amati setiap keanehan dan resapi setiap diskusi yang lewat di telinga. Saya jamin Anda akan muntah oleh masifnya informasi yang harus diolah otak.
Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Sorowajan, Daerah Langganan Ngopi dan Diskusi Ndakik-ndakik Mahasiswa UIN Jogja