Aroma buah durian di sepanjang Jalan Sokawera-Kemranjen Banyumas memang menggoda siapa pun, tapi jangan terbuai karena jalanan ini rupanya menyimpan masalah!
Bagi kalian yang sering bepergian ke Kebumen dan Jogja via Banyumas, pasti sudah tidak asing dengan jalan satu ini. Jalan alternatif ini menghubungkan dua kecamatan di Kabupaten Banyumas, yaitu Sumpiuh dan Somagede. Saya cukup sering melintasi jalan ini lantaran tidak terlalu ramai.
Ya, alih-alih menggunakan Jalan Raya Buntu, saya lebih memilih Jalur Sokawera-Kemranjen Banyumas, apa lagi saat sedang malas beradu kecepatan dengan bus dan truk besar. Jalan Raya Buntu memang menjadi jalur utama bus-bus besar seperti Efisiensi dan Mulyo.
Meski sering kali menjadi pilihan utama, Jalan Sokawera-Kemranjen Banyumas tak lepas dari berbagai kekurangan. Ada saja hambatan yang saya rasakan saat melintasi jalur yang menghubungkan dua kecamatan di Banyumas ini. Lantas, hambatan apa saja yang membuat pengendara seperti saya misuh-misuh saat lewat sini?
Daftar Isi
Semerbak durian yang menggoda pengendara di sepanjang Jalan Sokawera-Kemranjen Banyumas
Saat melintasi jalan alternatif ini dari arah Banyumas, pengendara akan belok kanan di pertigaan kantor BRI Somagede. Ketika pertama kali melintasi jalur ini, saya mengira akan bertemu jalan yang dipenuhi aspal berlubang dan bergelombang. Ternyata, tebakan saya salah. Meski jalan ini nggak sebagus jalan utama (Jalan Raya Buntu), infrastrukturnya boleh dibilang lumayan. Intinya, kerusakan Jalan Sokawera-Kemranjen Banyumas termasuk wajar.
Akan tetapi ada satu hal yang membuat indra penciuman saya risih tiap lewat sini. Bukan karena bau busuk atau sampah yang menyengat, melainkan karena aroma buah durian yang menggoda. Semerbak bau durian bagaikan lambaian tangan yang memanggil siapa saja yang melintas untuk singgah di antara puluhan pedagang durian di sepanjang jalan ini.
Perlu kalian ketahui, salah satu sentra durian yang terkenal di Banyumas ada di Desa Karangsalam dan Alasmalang. Kedua desa ini berada di Jalan Sokawera-Kemranjen Banyumas. Maka tak usah heran jika pengendara yang melintas tergiur dengan aroma buah durian ketika memasuki Desa Karangsalam.
Itu masih mending, lho. Begitu masuk Desa Alasmalang, hidung pasti sudah nggak tahan dengan aroma durian di sepanjang jalan. Tugu Duren Alasmalang adalah simbol betapa menggodanya durian di desa ini.
Saya sarankan untuk mampir sejenak dan mencoba durian di sini. Daripada nggak fokus berkendara di sepanjang Jalan Sokawera-Kemranjen Banyumas, mending rebahkan kaki dan makan durian dulu. Saya jamin nggak bakal nyesel, Lur!
Minim penerangan
Selama melintasi Jalan Sokawera-Kemranjen Banyumas di siang hari, saya nggak mengalami masalah karena jalan masih terang. Tapi begitu lewat sini di malam hari, wah, kondisinya berbeda 180 derajat.
Suatu ketika saya bepergian ke Jogja dengan pak kiai dan beberapa kawan pengurus pondok. Kami berangkat dari Purwokerto pukul 19.30 WIB. Sesampainya di jalur ini tepat pukul 20.30 WIB. Sungguh, betapa gelap gulitanya jalur yang menghubungkan dua kecamatan di Banyumas ini. Kebetulan waktu itu, kami naik mobil Toyota Innova. Sepanjang perjalanan, teman saya yang mengemudi akhirnya menggunakan lampu lampu jarak jauh agar pandangan mata bisa lebih jelas.
Di sepanjang Jalan Sokawera-Kemranjen Banyumas tak ada lampu jalan yang terang. Hanya ada lampu jalan dengan tiang kayu yang dipasang dekat pemukiman warga. Itu pun hanya di beberapa titik. Jadi, gelap adalah keniscayaan yang pasti dirasakan saat melintasi Jalan Sokawera-Kemranjen di malam hari.
Sudah minim penerangan, sempit nggak karuan pula!
Sedikit cerita, saya pernah melintasi Jalan Sokawera-Kemranjen Banyumas setelah menghadiri acara tasyakuran khitan anak dari guru saya. Saat melintasi jalan ini, kawan saya yang saat itu mengemudi memacu kendaraan di atas 60 kilometer per jam lantaran kondisi jalan yang sepi. Tiba-tiba ada kendaraan dari arah berlawanan yang muncul. Hal ini tentu mengejutkan kawan saya.
Kaca spion mobil kami sempat berbenturan dengan kaca spion mobil tersebut. Untungnya, kawan saya masih bisa mengurangi kecepatan dan menepikan kendaraan hingga kaca spion nggak sampai pecah.
Jalur Sokawera-Kemranjen Banyumas memang relatif sempit. Bahkan, jika kendaraan roda empat berpapasan, salah satu mobil harus mengalah dan sedikit menepikan kendaraan. Ini sungguh merepotkan. Apalagi bagi pengendara roda empat yang masih amatiran. Wis mesti panik, Lur!
Begitulah pengalaman saya melewati Jalan Sokawera-Kemranjen Banyumas. Meski di sepanjang jalan pengendara dimanjakan dengan aroma durian, tetap waspada karena jalannya minim penerangan dan sempit nggak karuan. Kalian suka lewat sini atau jalan utama, Lur?
Penulis: Yanuar Abdillah Setiadi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Purwokerto Selatan, Kecamatan Paling Ideal di Banyumas yang Sering Disepelekan.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.