Saya hampir putus asa saat melewati Jalan Raya Ngawi Solo…
Beberapa waktu lalu, saya mendapat undangan untuk menghadiri acara nikahan salah satu teman yang bertempat tinggal di daerah Pare, Kediri, Jawa Timur. Awalnya, saya ingin ke sana dari Jogja naik kereta atau bus saja, tapi karena tampaknya tiket telah ludes terjual, akhirnya saya memberanikan diri ke Pare menggunakan motor sendirian.
Terhitung ini merupakan kali kedua saya motoran ke Kediri dan daerah sekitaran Jawa Timur yang lain. Sebelumnya, saya motoran ke sana dengan dua orang tetangga rumah dari Demak. Dan beberapa waktu yang lalu, dengan masih menggunakan motor Vario Techno 125, saya melakukan solo riding dari Jogja ke Pare. Jalur yang saya ambil dari Jogja setidaknya melewati Klaten, Solo, Ngawi, Nganjuk, lalu langsung ngambil arah Pare.
Setelah dipikir-pikir, sebenarnya jalur yang mengantarkan saya menuju Pare ini ternyata nggak jauh beda dengan Jalan Pantura Demak ya, maksudnya sama-sama rusaknya. Namun kalau saya boleh menandai, di antara jalur yang paling banyak membuat saya emosi dan hampir putus asa adalah Jalan Raya Ngawi Solo. Alasan-alasannya sebagaimana di bawah ini.
Daftar Isi
Jalan Raya Ngawi Solo cukup panas di siang hari, sementara di malam hari minim penerangan jalan
Kalau boleh mengatakan, waktu itu saya melewati Jalan Raya Ngawi Solo sebanyak dua kali. Pertama saat siang hari ketika berangkat ke Pare Kediri. Kedua di malam hari saat hendak pulang ke Jogja. Pada dua momen berbeda tersebut jujur saja terdapat semacam dua model penyiksaan yang begitu menyakitkan bagi pengendara motor kayak saya.
Di siang hari misalnya, Jalan Raya Ngawi Solo ini terbilang cukup panas. Beberapa kali saya sempat melipir untuk sekadar meneduh. Kalau nggak, mungkin kepala saya sudah lebih dulu menguap saking panasnya cuaca di jalanan tersebut. Selain itu, bukti autentik lainnya adalah adanya bercak belang hitam di pergelangan tangan saya. Terik matahari yang begitu menyengat tampaknya ingin memberikan kenang-kenangan spesial pada tangan saya yang mungkin lelah karena terlalu lama memegang stang motor.
Di malam harinya, jalanan yang menghubungkan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur tersebut tampak begitu gelap. Sangat minim cahaya. Terhitung hanya ada beberapa lampu penerangan jalan di beberapa titik. Untung saja waktu itu lampu depan motor saya sehat, kalau nggak, tentu akan sangat bahaya. Dan yakin dah, situasi jalanan minim penerangan kayak gitu benar-benar membawa kita seperti masuk dalam scene film horor.
Banyak lubang bikin pengendara menderita
Sebenarnya saya kurang tahu, apakah karena Jawa Tengah dan Jawa Timur letaknya berdekatan sehingga akses jalannya juga memiliki karakter yang mirip? Entahlah. Yang pasti, Jalan Raya Ngawi Solo ini jeleknya sama persis kayak Jalan Pantura Demak di Jawa Tengah.
Di beberapa titik memang ada bagian jalan yang aspalnya begitu mulus, namun di sebagian jalan yang lain, ya ampun, banyak lubang yang terkadang malah hampir membuat pengendara celaka. Bahkan kerap terjadi kecelakaan lalu lintas akibat lubang ini.
Waktu itu saya sempat beberapa kali memacu motor hingga kecepatan 60-80 km/jam. Tapi karena sempat terjerumus di lubang-lubang jahanam Jalan Raya Ngawi Solo beberapa kali saya langsung refleks mengurangi kecepatan. Untung saja velg motor saya terbilang cukup aman, lah kalau sampai penyok? Ya bakalan wassalam. Mana waktu itu saya berkendara sendirian pula.
Truk-truk besar arogan seakan memaksa pengendara untuk selalu misuh
Salah satu musuh terbesar para pengendara motor saat berkendara di jalan raya adalah truk-truk bermuatan berat yang arogan. Pasalnya, truk-truk model begituan seakan nggak mau mengalah dengan para pemotor. Dan kalau kita ada di belakangnya, kita akan diserang asap hitam pekat yang keluar dari sisi bokong truk. Sialnya, truk seperti ini akan sering kita jumpai saat melewati Jalan Raya Ngawi Solo. Asem tenan!
Berdasarkan beberapa keluh kesah di atas, kalau boleh menyarankan, sebaiknya para pemangku kebijakan lebih memperhatikan akses jalan utama yang menghubungkan antar kota atau bahkan antar provinsi. Seperti Jalan Ngawi Solo tersebut, misalnya. Sebab, jalan-jalan itulah yang akan sering dilewati banyak pengendara. Dan tentunya, jangan sampai jalanan yang rusak malah dapat mencelakakan para pengendara yang lewat.
Penulis: Ahmad Nadlif
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Panduan Mengenalkan Kabupaten Ngawi pada Masyarakat Awam yang Buta Jawa Timur.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.