Ada yang pernah membaca tulisan saya di Terminal Mojok mengenai jalan di Pekalongan yang sebaiknya nggak dilewati jelang buka puasa? Tulisan itu tayang di Terminal Mojok 2023 lalu. Usia tulisan tersebut sudah dua tahun. Dan selama dua tahun, jalan yang saya sebutkan dalam tulisan itu masih membuat pengguna marah-marah, apalagi Jalan Imam Bonjol Pekalongan.
Jalan Imam Bonjol Pekalongan masih saja rusak parah. Setidaknya sampai tulisan ini saya buat, jalan tersebut masih belum tersentuh. Padahal melalui situs resminya, Pemkot Pekalongan menganggarkan 7,3 miliar rupiah untuk merevitalisasi jalan tersebut.
Apakah saya marah? Jelas. Tetapi daripada capek-capek marah ke Pemkot, saya cari solusi sendiri, yakni membeli motor baru karena motor lama mampus dihajar Jalan Imam Bonjol. Dan sialnya, baru dipakai sebulan, motor baru saya sudah menjadi korban jalan ini.
Naik motor Supra Fit melintasi Jalan Imam Bonjol Pekalongan
Jadi begini ceritanya. Sejak SMA, motor saya adalah Honda Supra Fit tahun 2005 berwarna biru. Motor itu saya pakai bahkan sampai lulus kuliah. Walaupun terhitung motor agak lawas, Supra Fit milik saya ini tangguh dan awet. Sewaktu kuliah, seingat saya, motor ini jarang rusak.
Baru setelah mau lulus kuliah, ketika kampus saya mulai pindah dari dekat rumah di kota ke daerah kabupaten, cobaan itu datang. Persoalannya, saya mesti bolak-balik dari kampus di kabupaten ke kampus di kota yang posisinya berada di pesisir.
Biar ada gambaran, waktu itu kampus saya membangun gedung baru, letaknya di kabupaten dan itu di daerah dataran tinggi. Sementara gedung lama letaknya di kota dan posisinya dekat pantai utara. Saya mesti bolak-balik karena dosen pembimbing skripsi saya ada di gedung lama, sedangkan administrasi fakultas sudah pindah ke gedung baru.
Saya tak pernah mempersoalkan jarak. Lagi pula kata Jokpin, jarak itu sebenarnya tidak pernah ada. Tapi yang jadi masalah, karena harus bolak-balik kota-kabupaten, saya mesti melewati jalan laknatullah bernama Jalan Imam Bonjol Pekalongan. Jalan yang pada waktu itu sudah memakan banyak korban.
Baca halaman selanjutnya: Motor mulai sering rusak…
Motor mulai sering rusak
Alhamdulillah, saya belum pernah menjadi korban dari Jalan Imam Bonjol Pekalongan, tapi motor saya sudah. Motor Honda Supra Fit biru yang tangguh itu akhirnya mulai kelihatan tua dan renta di hadapan Jalan Imam Bonjol. Jalan yang menjadi manifestasi negara tidak hadir itu, berkali-kali mendatangkan penyakit pada motor Supra Fit saya.
Entah sudah berapa kali laher atau bearing motor saya rusak dan mesti diganti. Penyakit nggak cuma menjangkiti laher. Selama melewati jalan ini, rantai motor kendor mulu, sehingga saya berkali-kali membawanya ke bengkel untuk memotongnya.
Masalah tak berhenti di sana. Karena nyatanya, jika ingatan saya tidak berkhianat, dua kali bahkan saya harus mengganti rantai beserta roda giginya. Sudah selesai? Belum, Nder. Jalan Imam Bonjol Pekalongan itu kan rusak ya, parah banget rusaknya, dan itu membuat saya mesti berhati-hati ketika melewatinya.
Tak terhitung berapa kali saya mesti ngerem mendadak karena pengendara lain pun, saat melewati jalan ini, melakukan hal yang sama. Buntutnya kampas rem cepat habis. Masih ada lagi? Jelas. Selain mesti sering mengganti kampas rem, saya juga mesti sering mengganti roda, bagian luar maupun dalam.
Masih ada? Masih dong. Lantaran melewati jalan yang naudzubillah itu, motor akan selalu bergetar, dan itu mengakibatkan bodi motor mulai ambrol. Baut-baut lepas dan motor tak karuan lagi saat dinaiki. Di situ saya dongkol. Tapi sebagai warga Kota Pekalongan yang baik dan berakhlakul karimah, daripada lelah marah-marah, saya putuskan meneladani sifat Nabi Ayub: sabar.
Ganti motor, baru sebulan sudah masuk bengkel
Tahun berganti, saya lulus kuliah dan mulai bekerja. Saya masih sabar dengan Honda Supra Fit dan Jalan Imam Bonjol Pekalongan yang tak kunjung diperbaiki. Pemkot masih melemparkan tanggung jawab ke provinsi, begitu pula sebaliknya. Ruwet. Makanya saya pilih sabar.
Gusti Allah beneran sayang pada hamba-Nya yang sabar. Kesabaran saya dibalas dengan rezeki tak disangka. Saya bisa membeli motor baru dan menjual Supra Fit lawas itu. Cukup berat sebenarnya karena ada aroma perempuan yang saya cintai di motor itu. Tetapi setelah cinta yang ditolak berkali-kali, saya akhirnya menjual motor itu.
Motor itu juga sudah layak dijual. Kata bapak, daripada harganya makin jatuh, mending segera dijual. Singkat cerita, uang hasil jual motor saya pakai nambahin beli motor baru. Tidak sepenuhnya baru, karena motor yang saya beli adalah motor bekas.
Motor yang saya beli Honda Revo Fit 2012. Bodinya besar serta kelihatan tangguh dan perkasa. Suaranya pun lebih halus. Tapi ada pepatah dari Kepulauan Mauritius begini, “Setangguh apa pun motormu, di hadapan jalan rusak, ia bukan apa-apa.”
Begitulah motor itu menemui nasib buruknya. Lantaran mesti melewati Jalan Imam Bonjol Pekalongan, Honda Revo Fit saya bernasib sama dengan Supra Fit. Belum ada sebulan, motor itu masuk bengkel.
Bukan cuma diperbaiki, tapi ada yang mesti diganti. Apa itu? Ya, laher dan kampas rem. Seingat saya, pemilik sebelumnya bilang kondisi motor masih prima, jarang masuk bengkel, dan memang, ketika saya pakai motor itu yoi betul.
Saya tidak bisa memastikan apakah pemilik lama ngapusi. Tapi satu hal yang pasti, rencana Pemkot Pekalongan untuk memperbaiki Jalan Imam Bonjol, sudah lebih dari dua tahun belum terealisasi.
Penulis: Muhammad Arsyad
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Pekalongan Bikin Orang Purbalingga Lebih Bersyukur, Kotanya Problematik Bikin Nggak Betah.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
