Jalan Bypass Soekarno Hatta, Jalan Paling Meresahkan Se-Bandung Raya

Jalan Bypass Soekarno-Hatta, Jalan Paling Meresahkan Se-Bandung Raya Mojok.co

Jalan Bypass Soekarno-Hatta, Jalan Paling Meresahkan Se-Bandung Raya (unsplash.com)

Banyak orang bilang Bandung kota yang romantis. Itu tidak salah, beberapa titik memang demikian. Namun, nggak sedikit titik di Bandung yang meresahkan. Jalan Bypass Soekarno Hatta Bandung misalnya. 

Selama menjadi warga Bandung dan bekerja sebagai driver ojek online (ojol), saya sangat sering melewati ruas jalan ini. Jalan yang menghubungkan Bunderan  Cibeureum sampai Bunderan Cibiru itu panjangnya mencapai 18,46 km. Jalan Bypass Soekarno Hatta Bandung cukup padat karena bagian dari Jalan Nasional III yang menghubungkan kota-kota di selatan pulau Jawa. 

Pengalaman melewati Jalan bypass Soekarno Hatta mayoritas kurang menyenangkan. Entah karena pengendaranya atau memang kondisi jalannya yang seperti nggak dipikir masak-masak ketika membangunnya. 

#1 Jalan Bypass Soekarno Hatta banyak lampu merahnya

Pengertian jalan bypass atau jalan elak adalah jalan yang dibuat untuk menghindari/mengelak dari padatnya perkotaan. Namun, kalau kalian melewati Jalan Bypass Soekarno Hatta, kalian malah mendapat banyak gangguan dan hambatan. 

Bayangkan saja, di jalan tersebut banyak sekali lampu merahnya, hampir di setiap perempatan ada. Sejauh pengamatan saya, setidaknya ada belasan lampu merah di sana. Salah satu lampu merah yang paling dibenci pengendara adalah lampu merah perempatan Buahbatu dan lampu merah perempatan Kiaracondong. 

Belum selesai sampai disitu, di perempatan jalan yang ada lampu merahnya, sudah tentu banyaknya pengamen, badut atau anak jalanan yang terkadang suka memaksa minta-minta.

#2 Sopir truk besar dan bus melaju kencang

Para pengendara yang sering melintasi Jalan Bypass Soekarno Hatta Bandung pasti nggak asing dengan truk-truk bermuatan besar dan bus antar kota antar provinsi. Sebenarnya saya memaklumi kehadiran kendaraan-kendaraan besar ini karena secara posisi, jalan dekat dengan berbagai jalan tol. Bypass Soekarno Hatta Bandung bahkan langsung menyambung dengan gerbang tol Pasirkoja.

Permasalahannya, truk-truk dan bus besar ini kerap melaju dengan kecepatan tinggi. Belum bus yang sering saling salip seolah nggak mengindahkan pengendara jalan lain. Kondisi ini membuat pengendara lain harus ekstra hari-hari.

Baca halaman selanjutnya: Jalan banjir kalau …

#3 Jalan banjir kalau musim hujan tiba

Kalau musim hujan tiba, di Jalan Bypass Soekarno Hatta Bandung tergenang banjir. Sejauh pengamatan saya, beberapa titik yang selalu jadi langganan banjir di Pasar Induk Gedebage dan Perempatan Gedebage. Selain hujan deras, jalan ini memang punya sistem drainase yang buruk. 

Banjir membuat kemacetan yang benar-benar di luar nalar. Pernah suatu waktu, banjir menyebabkan kemacetan panjang hingga perempatan Kiaracondong. Saya sering sekali terjebak di kemacetan ini. Tidak sedikit saya jumpai kendaraan bermotor mogok  karena mesinnya terlalu lama terendam banjir. 

Solusi yang tepat untuk Jalan Bypass Soekarno Hatta Bandung

Sebenarnya saya melihat upaya perbaikan. Pemerintah dan kementerian PUPR mengembalikan fungsi jalan ini sebagai jalan elak tanpa hambatan dengan membuat 2 flyover di jalan bypass ini: Flyover Kopo yang sudah jadi membentang sepanjang 1,7 km dari Pasar Induk Caringin sampai perempatan Inhoftank. Satu lagi, flyover yang masih dalam rencana pembangunan dari perempatan Buahbatu sampai perempatan Kiaracondong.

Menurut hemat saya sebagai pengendara yang sehari-hari melewati jalan ini, kenapa pemerintah tidak langsung membuat flyover di atas jalan bypass ini saja ya? Flyover yang membentang dari ujung barat Bunderan Cibeureum sampai ke ujung jalan timur Bunderan Cibiru saya rasa akan lebih efektif. Kendaraan yang ingin melintas tanpa hambatan lampu merah dan lalu lintas bisa langsung melintas ke flyover tersebut. 

Di atas keresahan akan Jalan Bypass Soekarno Hatta yang saya lewati sehari-hari. Saya harap segera ada solusi yang tepat untuk jalan yang menjadi andalan warga ini. 

Penulis: Acep Saepulloh
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA Jangan Hidup di Lamongan kalau Nggak Punya Kendaraan Pribadi, Transportasi Umum Nggak Bisa Diharapkan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version