Kalau kalian gabut dan pengin bingung, kalian bisa mulai dengan melihat Jalan Bulu-Tawangsari Sukoharjo.
Saya melewati jalan ini tiap minggu setidaknya selama 14 tahun terakhir. Dan di tiap minggu itu, kepala saya selalu dihinggapi kebingungan. Sebenarnya, konsep jalan ini bagaimana sih? Sebab, yang saya lihat, inkonsistensi kualitas jalanan ini benar-benar juara.
Terlebih selama 2024-2025 ini. Saya makin bingung melihat jalan ini. Sebenarnya, ini konsepnya bagaimana?
Jalan Bulu-Tawangsari Sukoharjo ini adalah jalan penghubung Krisak Wonogiri ke Tawangsari Sukoharjo. Jalan ini kerap dilalui sebab jadi jalur utama para pengendara yang ingin ke Jogja via Klaten. Jangan bayangkan ramainya seperti apa. Tengah malam sekalipun, jalan ini terhitung masih ramai untuk jalan ndeso. Yang bikin ramai ya tentu saja truk-truk pengangkut itu.
Oleh karena ramai dan vital, tak mengagetkan jika akhirnya Pemerintah Sukoharjo memperbaiki jalan ini. Jujur saja, jalan ini lumayan sering diperbaiki karena sering dilewati truk kelebihan muatan. Menemukan truk yang jalannya agak miring amat mudah di jalan ini. Beban yang diterima jalan bikin mau tak mau, perbaikan menyeluruh jadi hal yang tak bisa dicegah.
Masalahnya, perbaikan di jalan ini membingungkan, inkonsisten. Ada jalan yang diperbaiki dan jadi mulus, ada jalan yang malah makin remuk setelah diperbaiki.
Inkonsistensi Jalan Bulu-Tawangsari Sukoharjo
Di daerah Pertashop Kunden menuju pertigaan jalan alternatif, keadaan jalannya begitu mulus. Renovasi jalan yang dilakukan tahun kemarin (kalau tidak salah, atau akhir 2023, saya agak lupa) benar-benar membuat perjalanan melewati Jalan Bulu-Tawangsari Sukoharjo itu nyaman. Tapi setelah melewati lapangan Puron ke arah SMA 1 Bulu, keadaan jalan berangsur-angsur buruk.
Di daerah Pertashop Kunden, keadaan jalannya begitu aneh. Aneh, karena kondisinya sedang diperbaiki, tapi tetap nggak ada bedanya. Jalan hanya ditambal dengan aspal yang masih kasar, beberapa malah masih dibiarkan berpasir. Dalam keadaan hujan seperti ini, bertemu jalan berpasir adalah tiket ekspres menuju surga.
Setelah melewati Kunden mendekati SMA 1 Bulu, barulah jalan jadi agak mendingan. Setelahnya, sudah perbatasan Krisak-Bulu, jalan berupa cor. Oke, tidak mulus tentu saja, tapi jauh lebih mending ketimbang tambalan tak rata.
Ini yang saya maksud dengan kebingungan. Kok bisa Jalan Bulu-Tawangsari yang nggak begitu panjang ini, punya kondisi yang beda-beda. Ada yang cor, ada yang aspal tambalan, ada yang malah nggak kena aspal, ada yang mulusnya kebangetan. Sek, konsepe kepie jane?
Wonogiri kena getahnya
Saya nggak menuntut apa gimana sih, tapi alangkah baiknya kalau kualitas Jalan Bulu-Tawangsari Sukoharjo ini dibikin konsisten. Kalau bagus semua kan nggak ada ruginya to. Lagian jalan ini beneran vital.
Sukoharjo dan Klaten ini bukan kabupaten sembarangan lho sebenarnya. Sebagai orang yang pernah tinggal di Sukoharjo dan melewati Klaten selama 14 tahun tanpa henti, tahulah potensi dua daerah ini sebenarnya banyak. Cuma memang kudu punya jalan yang kualitasnya bagus dulu biar orang-orang nggak menggerutu.
Inkonsistensi dalam kualitas Jalan Bulu-Tawangsari dan Klaten ini juga punya imbas besar pada saya, selain kelancaran perjalanan. Yaitu, bikin orang punya stigma buruk pada Wonogiri, tempat tinggal saya.
Ha ya gimana, banyak yang bilang jalan di Wonogiri jelek. Padahal yang mereka maksud tuh Klaten dan Tawangsari Sukoharjo. Wonogirinya mah udah bagus kali. Tapi malah kena imbas dari jeleknya daerah lain. Ya agak gimana gitu.
Di awal pemerintahan Bupati petahana Sukoharjo, mungkin bisa deh dimulai dengan memberi perhatian pada Jalan Bulu-Tawangsari Sukoharjo, biar makin lancar lah kegiatan ekonomi di sini. Sekalian lah, Bu, biar kualitasnya konsisten gitu lho.
Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya