Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Jakarta Benar-benar Keras, tapi Bikin Orang Sadar dan Mau Menggunakan Transportasi Publik  

Muhamad Iqbal Haqiqi oleh Muhamad Iqbal Haqiqi
15 Juli 2023
A A
5 Alasan Masuk Akal untuk Tidak Tinggal di Jakarta

5 Alasan Masuk Akal untuk Tidak Tinggal di Jakarta (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Jakarta itu keras. Bahkan saya mengakui kalau kerasnya lebih dari Ibu tiri memperlakukan anaknya. Tapi dalam konteks yang positif, hal itu bikin manusia di dalamnya sadar dan mau bertumbuh jadi manusia yang gak manja terutama perihal mobilitas menggunakan transportasi publik.

Zaman sekarang, moda transportasi jadi seperti kerupuk di toko kelontong yang sangat mudah dijangkau oleh masyarakat. Ngajuin kredit modal KTP sudah dapat pinjaman buat beli motor atau mobil. Punya transportasi pribadi artinya sudah berdikari karena jadi kebutuhan primer untuk menunjang aktivitas. Hal ini bahkan bisa mengelabui orang-orang polos, hingga ada yang berpikir bahwa punya kendaraan pribadi artinya mengurangi beban negara. Padahal, sebagai warga negara yang tiap hari dimanfaatkan melalui retribusi pajak di seluruh lini, membebani negara adalah hal yang wajar, bahkan wajib.

Hal itu berbeda dengan zaman saya kecil dulu. Satu kampung, yang punya motor bisa dihitung dengan jari. Selebihnya memanfaatkan transportasi umum seperti angkot atau ojek. Tapi transportasi itu biasanya disediakan oleh perseorangan yang memiliki modal, bukan oleh pemerintah atau negara. Negara pada saat itu masih sibuk ngurusin soal citra diri di hadapan dunia internasional untuk bayar utang setelah babak belur dihantam krisis moneter.

Transportasi publik yang masih dianggap anak tiri

Hingga kini, pengadaan dan ketersediaan transportasi publik di mayoritas daerah dan kota di Indonesia itu sangat buruk. Sangat super sedikit daerah yang sadar tentang pentingnya keberadaan transportasi publik yang disubsidi atau diprogramkan secara sistematis dan terintegrasi oleh pemerintah setempat.

Pemerintah khususnya yang setingkat provinsi dan daerah seperti malas menyediakan transportasi publik. Mereka seperti membiarkan warganya berbondong-bondong untuk kredit kendaraan bermotor agar penyerapan pajak daerah makin tinggi. Imbasnya, ketika Pemprov atau Pemda tidak peduli dengan kebutuhan transportasi publik, masyarakat akhirnya jadi pemalas dan ikut-ikutan tidak peduli.

Tapi hal itu berbeda dengan Jakarta. Sebagai Ibu Kota yang digambarkan keras, padat, macet, kumuh, dan bising, Jakarta adalah kota terbaik di Indonesia perihal penyediaan transportasi publik di tiap sudut-sudut kota. Mau bandingkan dengan Bandung yang lebih fokus ke trotoar ketimbang pengadaan Bus Rapid Transitnya? Atau Bus Jateng Gayengnya Semarang yang jalurnya pilih kasih sehingga menepikan Demak dan Grobogan? Atau dengan Suroboyo Bus dan Trans Semanggi di Surabaya yang dianggap simbol kemiskinan? Sudahlah, tidak ada yang sebaik Jakarta bila ngomongin soal transportasi publik.

“Jakarta kan ibu kota, wajar dong kalau transportasinya bagus?”

Kalian pasti akan merasa wajar bila sebuah ibu kota negara memiliki transportasi publik terbaik, padahal tidak selalu demikian. Meski tidak masuk 10 besar sebagai kota dengan moda transportasi berkelanjutan dalam The 2022 Sustainable Mobility sub-index, tapi Jakarta masih lebih baik dibandingkan kota dengan predikat over populasi lainnya seperti Mumbai, Delhi, Bangkok, Manila, dan Jeddah. Artinya, status Ibu Kota negara atau predikat kota metropolitan tidak selalu menjamin perihal kualitas transportasi publik. Tapi, Jakarta mampu memberikan dan melayani hal itu.

Jakarta memberikan kesan aman ketika menjelajahi setiap sudut kotanya karena semua transportasi saling terhubung satu sama lain. Ada Kereta Rel Listrik Commuter Line (KRL), Mass Rapid Transit (MRT), dan Light Rail Transit (LRT) yang tiap posnya setidaknya terdapat satu halte Transjakarta. Kemudian di tiap-tiap gang terdapat pos minimalis Untuk jaklingko. Di mana lagi kalian bisa menikmati suasana naik kereta seperti di Jepang kalau bukan di Jakarta?

Baca Juga:

Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

Orang dari Kota Besar Stop Berpikir Pindah ke Purwokerto, Kota Ini Belum Tentu Cocok untuk Kalian

KRL di Jakarta juga menghubungkan kawasan Jabodetabek yang merupakan wilayah yang tergabung dari 3 provinsi. Yaitu Jakarta, Jawa Barat terdiri dari Bogor, Depok, dan Bekasi, serta Banten yang meliputi Tangerang. Hal ini yang membuat orang-orang seperti Bonge atau Jeje bisa merasakan dan mengakses ruang ekspresi di SCBD.

Semua sama, meski tak rata

Jakarta membuat orang-orang di dalamnya, terutama pendatang untuk tak perlu khawatir, merasa minder, atau bahkan merasa miskin karena tak punya kendaraan pribadi. Kota ini memberikan penegasan bahwa sudah sewajarnya negara memberikan perhatian khusus terhadap aksesibilitas masyarakat melalui transportasi publik. Jakarta juga menempatkan transportasi publik sebagai pilihan utama di benak setiap orang di dalamnya. Sebab, membuat pengeluaran jadi lebih minimalis.

Makin tinggi pemanfaatan transportasi publik oleh masyarakat akan berimplikasi secara sistemik dalam berbagai aspek. Mulai dari penurunan emisi karbon, penurunan tingkat kemacetan, penghematan penggunaan energi fosil, meningkatkan tingkat interaksi sosial masyarakat. Hingga hal fundamental seperti penurunan tingkat kecelakaan lalu lintas.

Bukan salah Jakarta

Kalau perihal fenomena desak-desakan karena kurangnya gerbong atau armada, itu bukan salah Jakarta. Tapi karena kekolotan, kebebalan, dan kekonyolan para anggota DPR yang sangat susah untuk menyetujui anggaran yang sifatnya memenuhi dan melayani kebutuhan masyarakat. Mereka mana paham, sehari-harinya naik mobil pribadi? Dapat pengawalan pula.

Kembali lagi, Jakarta memang keras. Hidup di dalamnya harus siap menerima dengan banyaknya tantangan berat yang harus dipikul. Tapi di sisi lain, dia mengajarkan bagaimana manusia masih dapat hidup dan terus bergerak tanpa harus bergantung dengan motor atau mobil dari hasil cicilan.

Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Jakarta Banyak Manisnya, Tidak Sedikit Pahitnya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 15 Juli 2023 oleh

Tags: Jakartamacettransportasi publik
Muhamad Iqbal Haqiqi

Muhamad Iqbal Haqiqi

Mahasiswa Magister Sains Ekonomi Islam UNAIR, suka ngomongin ekonomi, daerah, dan makanan.

ArtikelTerkait

Bintara, Jalur Penghubung Bekasi dan Jakarta Paling Cepat Sekaligus Paling Horor di Antara Jalur Lainnya

Bintara, Jalur Penghubung Bekasi dan Jakarta Paling Cepat Sekaligus Paling Horor di Antara Jalur Lainnya

24 Mei 2025
Titik di Sekitar UMS yang Sering Bikin Gregetan dan Muntab Tak Terkira terminal mojok.co

Titik di Sekitar UMS yang Sering Bikin Gregetan dan Muntab Tak Terkira

14 Desember 2020
Bukan Plat B, Plat AB adalah Plat Nomor Paling Meresahkan di Jalanan Jogja Mojok.co

Bukan Plat B, Plat AB Adalah Plat Nomor Paling Meresahkan di Jalanan Jogja

16 Agustus 2024
Kemacetan di Jember Bukan karena PKL, tapi karena Mahasiswa!

Kemacetan di Jember Bukan karena PKL, tapi karena Mahasiswa!

18 November 2023
Info Loker Jakarta 2022 yang Pas Buat Fresh Graduate Terminal Mojok

Loker Jakarta Juli 2022: Info Loker Buat Fresh Graduate

17 Juli 2022
Tapos, Kecamatan Terluas di Kota Depok yang Krisis Identitas Terminal Mojok

Keistimewaan Tapos, Kecamatan Terluas di Kota Depok yang Krisis Identitas

18 September 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

18 Desember 2025
3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

16 Desember 2025
5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

22 Desember 2025
Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

17 Desember 2025
Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

17 Desember 2025
Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah
  • 10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua
  • Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik
  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa
  • Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional
  • Dianggap Aib Keluarga karena Jadi Sarjana Nganggur Selama 5 Tahun di Desa, padahal Sibuk Jadi Penulis

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.