Jadi Tempat Pameran Seni, Jalan Gatot Subroto Solo Nggak Kalah sama Jalan Malioboro Jogja, bahkan Lebih Bagus!

Jadi Tempat Pameran Seni, Jalan Gatot Subroto Solo Nggak Kalah sama Jalan Malioboro Jogja, bahkan Lebih Bagus!

Jadi Tempat Pameran Seni, Jalan Gatot Subroto Solo Nggak Kalah sama Jalan Malioboro Jogja, bahkan Lebih Bagus! (unsplash.com)

Jalan Gatot Subroto Solo dipoles sedemikian rupa hingga kini rasanya nggak kalah sama Malioboro Jogja.

Semua orang tahu bahwa Kota Solo memiliki kebudayaan dan kesenian Jawa yang tak lekang oleh waktu. Bahkan dunia luar pun telah mengakui hal tersebut. Kini, Solo menjelma menjadi bak dunia fantasi yang menawarkan keindahan karya seni masyarakatnya. Hal ini didukung dengan kegiatan pameran seni di sepanjang Jalan Gatot Subroto Solo atau biasa disingkat Gatsu.

Apabila biasanya pameran seni dilaksanakan di studio seni, home art, dll., hal demikian nggak berlaku di Solo. Di sini, Jalan Gatsu disulap menjadi tempat karya seni dipamerkan dan dinikmati oleh pengunjung layaknya pameran di studio seni. Berbagai karya seni yang ditorehkan oleh seniman dan kreator Solo mampu menyihir atensi pengunjung.

Seni mural di Jalan Gatot Subroto Solo

Karya seni pertama yang bisa dilihat di sepanjang jalan ini adalah seni mural. Seni mural di Jalan Gatot Subroto Solo diinisiasi oleh komunitas Solo is Solo. Mereka melukis di pintu-pintu toko yang tadinya kurang eye catching. Pintu-pintu toko tersebut pun menjelma jadi spot foto favorit masyarakat. Ketika sore hari saat toko ditutup, terlihatlah lukisan karya mereka dari ujung sampai ujung.

Objek lukisan yang dibuat pun bervariasi. Mulai dari Pak Jokowi, Kurt Cobain, Nike Ardilla, hingga wanita membawa onthel adalah sedikit karya dari komunitas ini. Nggak usah takut bosan dengan lukisan-lukisan tersebut karena dalam beberapa waktu, komunitas Solo is Solo akan membuat lukisan baru. Walaupun spot fotonya sama, background-nya sudah beda, kok.

Menghadirkan Solo Street Art Market

Selanjutnya masih di Jalan Gatot Subroto Solo adalah Solo Street Art Market. Solo Street Art Market merupakan perpaduan keindahan seni mural dengan karya seni lainnya. Pengunjung yang datang akan disuguhi pemandangan karya seni masyarakat Solo yang dipajang di sepanjang Jalan Gatsu ini. Berbagai karya seni seperti lukisan, face painting, kerajinan handmade, penampilan alat musik tradisional, hingga penampilan band akan dipamerkan di sini.

Karya seni di sini tak hanya dipajang, tapi juga diperjualbelikan kepada pengunjung yang melintas. Makanya Solo Street Art Market ini menjadi wadah yang tepat bagi para seniman atau kreator yang ingin hasil karyanya dikenal secara luas dan meraih keuntungan. Karya seni dan suasana inilah yang memeriahkan keceriaan malam di Kota Solo.

Kanopi dan lampu-lampu juga turut menghiasi kemewahan tatanan Jalan Gatot Subroto Solo. Pengunjung datang silih berganti, baik yang berasal dari Solo ataupun dari kota lainnya untuk sekadar jalan-jalan atau menikmati dan menghayati keindahan karya seni. Solo Street Art Market ini biasanya hadir hari Sabtu pukul 17.30-23.30 WIB.

Nggak kalah sama Malioboro Jogja 

Selain Solo Street Art Market, terdapat juga Ngarsopuro Night Market yang berisi produk UMKM seperti pakaian, makanan, dan masih banyak lagi. Ngarsopuro Night Market ini buka hari Sabtu mulai pukul 19.00-22.00 WIB. Kalau dari koridor Street Art Market tinggal lurus saja ke arah Ngarsopuro. Di sana pengunjung akan dibawa ke nuansa klasik karena penataan kotanya masih kental dengan vibes Keraton Solo. Ditambah dengan keindahan dan keelokkan Pura Mangkunegaran, membuat siapa saja betah memanjakan dirinya di Solo.

Seni mural, Solo Street Art Market, dan Ngarsopuro Night Market merupakan wujud sinergi antara pemerintah, komunitas lokal, dan masyarakat dalam mengenalkan budaya Solo kepada masyarakat luar. Hal ini pada akhirnya membuat Jalan Gatot Subroto jadi nggak salah dengan Malioboro Jogja, lebih keren malah. Sebab, ketiga hal tersebut bukan hanya menjadi spot favorit anak muda, tapi juga surga bagi seluruh masyarakat dalam menghayati sebuah karya seni dan melestarikan budaya Kota Solo.

Penulis: Yessica Octa Fernanda
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Parkir Semrawut di Jalan Gatot Subroto Bukti Nyata Penataan Solo Masih Kacau.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version