Jadi Bendahara RT Itu Berat, Hindari 4 Hal Ini kalau Mau Selamat

Jadi Bendahara RT Itu Berat, Hindari 4 Hal Ini kalau Mau Selamat

Jadi Bendahara RT Itu Berat, Hindari 4 Hal Ini kalau Mau Selamat (Unsplash.com)

Mungkin jabatan bendahara RT kedengarannya sepele, padahal berat banget!

Kata orang, tahun 2024 adalah tahun politik dan (katanya) politik itu adalah kekuasaan. Setiap hari kita disuguhi berita tentang tingkah laku manusia dalam berebut jabatan. Entah itu jabatan di tingkat eksekutif maupun legislatif. Pokoknya, semua cara dilakukan agar bisa meraih jabatan yang diinginkan.

Akan tetapi hal itu tidak berlaku bagi jabatan yang berhubungan dengan kepengurusan RT. Jabatan pengurus RT malah dijauhi banyak orang dan cendurung ditolak. Kenapa? Karena ribet, ruwet, dan menyita banyak waktu.

Dalam kepengurusan RT, selain ketua RT, pengurus harian yang mempunyai peran penting adalah sekretaris dan bendahara. Nah, kali ini saya akan membahas pentingnya tugas sebagai bendahara RT, Gaes. Kenapa saya sebut peran bendahara RT penting? Sebab, bendahara memegang kendali pengelolaan keuangan RT. Maju tidaknya kegiatan di suatu RT, salah satunya ditentukan oleh kinerja sang bendahara.

Pengalaman menjadi bendahara RT selama satu periode memberikan banyak pelajaran yang bisa saya bagikan kepada jamaah mojokiyah. Berdasarkan pengalaman saya, setidaknya ada 4 hal yang perlu dihindari saat menjabat menjadi bendahara RT agar tetap “selamat”.

#1 Bendahara RT yang menunda pekerjaan

Saya sudah menjelaskan kalau tugas seorang bendahara RT sangat vital. Ibarat menteri keuangan di suatu negara, bendahara bertanggung jawab penuh atas penggunaan kas RT. Sekali saja menunda pekerjaan, bendahara akan lupa berapa uang yang diterima dan dikeluarkan.

Ah, ingatan saya kan bagus, mungkin kalian bakal beranggapan demikian. Tapi percayalah, otak manusia itu ada batasnya. Masalahnya, saat menjadi bendahara RT, yang kita pikirkan tentu nggak cuma duit RT. Banyak hal di luar jabatan tersebut yang perlu kita pikirkan, apalagi kalau sudah berkeluarga. Harus bayar ini itu, antar jemput anak sekolah, antar istri belanja, dll. Dengan seabrek kegiatan tersebut, dijamin deh kerjaan sampingan sebagai bendahara RT bakal tergusur dengan sendirinya.

Sekali lagi saya ingatkan, jangan pernah menunda pekerjaan. Misal, ketika ada warga yang menyetor iuran RT, sebaiknya bendahara segera mencatatkannya di buku kas. Aturan ini juga berlaku ketika bendahara mengeluarkan uang untuk berbagai kegiatan. Segera catat pengeluaran tersebut supaya penggunaannya jelas.

Bendahara bisa menggunakan alat bantu semacam kartu iuran yang bisa digunakan untuk mencatat setoran iuran dari warga. Jangan lupa kedua pihak (bendahara dan warga) harus tanda tangan di kartu tersebut. Kalau sama-sama tahu jadinya enak kan, Gaes?

#2 Membuat laporan keuangan semaunya

Yang saya maksudnya dengan “semaunya” di sini adalah seorang bendahara membuat laporan keuangan (laporan kas RT) nggak secara berkala. Idealnya, bendahara RT membuat laporan kas sebulan sekali. Jadi, dia merekap semua transaksi selama satu bulan kemudian dilaporkan pada awal bulan berikutnya.

Lho, bikin laporan kas RT kan nggak harus bulanan? Bisa triwulan, caturwulan, atau bahkan semesteran? Nggak ada waktu kalau harus bikin laporan tiap bulan!

Ya, memang nggak ada larangannya membuat laporan kas triwulan bahkan semesteran, tapi pencatatan dengan rentang waktu yang lama pasti akan mempersulit kita sendiri. Sebab, pengendalian atas kas yang dikelola jadi lemah.

Kalau membuat laporan kas minimal sebulan sekali, setidaknya ada dua keuntungan yang bisa kita dapatkan sebagai bendahara RT. Pertama, kita nggak perlu khawatir ada transaksi yang terlewat. Kedua, dengan membuat laporan kas secara rutin (setidaknya bulanan), kepercayaan warga terhadap pengelolaan kas RT tetap terjaga. Warga berhak mengetahui uang yang disetor digunakan untuk apa saja dan berapa saldo kas yang tersisa.

Ingat, sekarang zamannya transparansi, Gaes. Jadi, laporan keuangan/laporan kas RT sebaiknya disajikan sejelas-jelasnya.

#3 Tidak mendokumentasikan bukti-bukti transaksi dengan baik

Tadi saya sudah menjelaskan bahwa membuat kartu iuran sangat membantu tugas bendahara RT dalam mengelola keuangan. Nah, masalahnya, nggak semua warga bisa menyetorkan uang secara tunai. Hari gini masih setor uang tunai, hehehe. Seringkali karena kesibukan masing-masing, warga menyetorkan iuran dengan cara mentransfernya ke rekening bank bendahara. Warga mau bayar masa harus ditolak?

Nah, kesadaran warga untuk membayar iuran RT secara rutin walau lewat transfer ini tak boleh disia-siakan. Kita harus sedikit repot, tapi ada hasil yang didapatkan. Maksud saya, bendahara harus siap mengecek apakah uang yang ditransfer sudah masuk atau belum. Kemudian bendahara bisa memberikan konfirmasi kepada warga yang membayar iuran. Jika benar-benar sudah ditransfer, baru bisa dicatat dalam buku kas.

Kalau kita nggak mendokumentasikan bukti transfer seperti ini, kita bakal kerepotan. Makanya kita perlu minta kerja sama warga yang membayar iuran dengan cara transfer untuk mengirimkan bukti transferan. Semua ini perlu dilakukan agar kita bisa tahu siapa yang sudah bayar iuran dan siapa yang belum. Atau bukti ini juga bisa menunjukkan kapan warga tersebut terakhir kali membayar iuran RT. Kalau buktinya kuat, nggak bakal ada yang berani macem-macem, deh.

#4 Bendahara RT alergi terhadap kritik dan saran

Ini yang nggak banyak orang kuat menghadapinya, Gaes. Kadang ada saja warga yang mencela pekerjaan kita sebagai bendahara RT. Sebenarnya nggak usah diambil hati. Anggap saja itu adalah bentuk perhatian warga kepada kita.

Saya menganggap wajar jika warga menanyakan iuran RT karena mereka merasa memiliki uang tersebut. Biasanya mereka menanyakan penggunaan iuran tersebut dan tugas kita sebagai bendahara untuk menjelaskannya. Dengan penjelasan yang detail, saya rasa warga bisa menerimanya. Jadi, nggak usah alergi terhadap kritik dan saran warga ya, Gaes.

Itulah pengalaman sebagai bendahara RT selama satu periode yang bisa saya bagikan kepada jamaah mojokiyah. Semoga bermanfaat ya, Gaes. Ada yang berminat menjadi bendahara RT?

Penulis: Rudy Tri Hermawan
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Menghitung Pendapatan dari Dana Jimpitan dalam Lingkup RT di Sleman.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version