Berawal dari mengikuti fanspage sepak bola Indonesia di Facebook, eh saja berakhir jadi admin. Singkat cerita, karena keseringan mengirimkan meme itulah saya melamar menjadi admin.
Tanpa perlu mengirim CV, saya langsung diterima menjadi admin tetap. Tugas hariannya adalah membuat meme yang berkaitan dengan sepak bola Indonesia, entah itu tentang pertandingan, isu transfer, hingga masuk ke ranah suporter.
Sepak bola Indonesia tentu lebih kompleks ketimbang mancanegara. Meskipun sama-sama membicarakan kultur di luar lapangan, di sepak bola Indonesia, kita bukan sekadar membicarakan, tetapi juga bagian dari kultur tersebut.
Setiap tindakan admin sangat berpengaruh karena kebanyakan pengikut merupakan suporter dunia nyata. Berikut pengalaman saja jadi admin sekitar setahunan lebih:
1. Nggak bisa menikmati pertandingan seutuhnya
Menjadi admin dituntut memberi informasi terkini dan aktual, utamanya skor pertandingan. Admin dituntut setidaknya membuat konten tepat setelah wasit meniupkan peluit panjang. Saya jadi sering kehilangan momen menegangkan di menit-menit akhir karena menyiapkan konten sesegera mungkin.
Sialnya, kadang sudah disiapkan skor, eh malah berubah di menit-menit akhir. Sudah kehilangan keseruan, ditambah jadi keriting bikin konten lagi. Untuk mengakali hal ini, kadang admin menyiapkan konten dengan kemungkinan hasil akhir yang berbeda-beda, antara menang, kalah, dan seri.
2. Sering dianggap provokator
Kadang membicarakan fakta saja masih dianggap memprovokasi, cuma karena kesalahpahaman menafsirkan konten yang dibuat. Belum lagi generalisasi soal admin yang kurang ajar.
Saya contohkan, bila dipetakan, Indonesia memiliki beberapa basis fans besar dengan hubungan yang kurang baik. Bahkan kadang sampai merenggut nyawa, seperti permusuhan Jakmania, Bobotoh, Bonek, dan Aremania. Membuat konten dengan memprovokasi basis-basis tersebut jelas secara instan meningkatkan traffic.
Harus diingat, fanspage serupa tidak hanya satu dan masing-masing dipegang banyak admin. Tidak semua fanspage dan admin memiliki pemikiran sama dengan mengutamakan kuantitas konten. Karena beberapa ulah oknum yang sengaja membuat konten berbau provokasi inilah, kadang yang tidak memprovokasi pun sering dianggap provokator.
3. Dituntut senetral mungkin
Yang membedakan admin sepak bola luar negeri dan Indonesia adalah kebebasan dalam menunjukan identitasnya. Sangat kontras dengan akun-akun sepak bola mancanegara yang kadang secara terang-terangan menunjukan tim mana yang dia bela. Karena sebaper-bapernya pengikutnya tidak langsung berpengaruh. Pengaruhnya pun paling sebatas kehilangan pengikut.
Saya contohkan seperti akun Twitter @MafiaWasit, karena pengaruhnya yang langsung ke stakeholder sepa kbola Indonesia baik tim maupun suporter, @MafiaWasit berupaya tidak menunjukan tim mana yang dia dukung. Sekali pun tidak secara literally ngaku, admin akun semacam @MafiaWasit sendiri sering diancam karena dianggap memihak atau terkesan memojokan salah satu tim di salah satu kontennya.
4. Ngurusin orang ribut di fanspage
Suporter lokal itu sangat sensitif dengan sifat kedaerahan yang kental. Ditambah tidak ada filter usia, pendidikan, fans beneran, atau cuma provokator. Meskipun sudah membuat konten sepositif mungkin, beberapa oknum pengikut yang juga merupakan suporter justru yang melakukan provokasi hingga konfrontasi dengan numpang di fanspage yang saya pegang.
Ajakannya pun tak main-main. Duel di dunia nyata. Saya, sebagai admin, yang sebenarnya tidak merasa memulai masalah, merasa ngeri sendiri dan sedikit merasa bersalah. Padahal, sebenarnya, masalahnya tidak datang langsung dari konten atau informasi yang saya buat.
Diapresiasi dan turut menyebarkan virus perdamaian merupakan kebahagiaan tersendiri
Satu yang perlu diingat, tidak semua admin semacam saya mendapatkan uang dari endorse, apalagi bagi saya yang memulai beberapa tahun lalu sebelum seramai sekarang. Niatanya pun untuk membuat konten belaka. Sederhananya, yang membuat saya dulu bangga menjadi admin adalah apresiasi dari pengikut karena dianggap menyebarkan informasi bermanfaat.
Saya prihatin karena sepak bola di negara ini masih gampang terpecah oleh beberapa oknum. Padahal hal semacam kadang ini menghambat prestasi sepak bola kita. Alasan utama menjadi admin itulah yang membuat saya terdorong membuat konten positif, dan penghargaan dari pengikut merupakan bonus tersendiri. Lebih-lebih jika pesan positif tersebut menyebar dari dunia maya ke dunia nyata.
BACA JUGA Indonesia Sudah Tidak Butuh Standup Comedy dan tulisan Dicky Setyawan lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.